Gen Z dalam Pemilu 2024, Masa Depan Indonesia di Tangan Anak Muda

Partai politik dan kader perlu memutar otak untuk merebut hati para gen z untuk perolehan

retizen /Muhammad Naufal Ryantama
.
Rep: Muhammad Naufal Ryantama Red: Retizen

Pesta demokrasi serentak akan segera dilaksanakan pada awal tahun 2024 nanti. Ini tandanya, kurang lebih 6 bulan lagi waktu tersebut akan tiba. Pembahasan mengenai hal ini pun semakin meningkat, apalagi mengingat musim kampanye yang akan dimulai pada akhir bulan November nanti. Salah satu pembahasan yang banyak disoroti adalah bagaimana peran Gen Z dalam Pemilu 2024 bersama milenial selaku pemegang suara yang mendominasi.


Gen Z atau generasi Z adalah sebutan untuk kumpulan individu yang lahir di antara tahun 1995 dan 2000-an. Sedangkan generasi milenial merujuk pada individu yang lahir pada tahun 1980 sampai dengan 1994. Individu yang termasuk dalam generasi-generasi ini terkenal dengan kemampuan mereka untuk mengoperasikan teknologi. Generasi Z sangat akrab dengan teknologi dan memanfaatkannya dalam berbagai kegiatan harian, sehingga sering disebut sebagai generasi yang tumbuh bersama teknologi.

Berdasarkan hasil rekapitulasi DPT, mayoritas pemilih dalam Pemilu 2024 adalah generasi Z dan milenial yang termasuk dalam golongan anak muda jika dilihat dari segi umur mereka. Jumlah pemilih yang berasal dari generasi Z adalah 46,8 juta pemilih atau 22,85% dan pemilih milenial sebanyak 66,8 juta atau 33,6% dari total pemilih keseluruhan. Oleh karena itu, generasi Z dan milenial akan mendominasi pemilih Pemilu 2024 dan menjadi dua generasi anak muda yang sangat berpengaruh dalam pembangunan Indonesia ke depannya.

Selain menjadi salah satu faktor penentu dalam pesta demokrasi 2024 karena kuantitasnya, generasi Z yang menjadikan sosial media sebagai tempat berkeluh-kesah dan memberikan pendapat akan menjadi sebuah faktor yang sangat berpengaruh ke depan. Bagaimana tidak, salah satu tantangan besar yang dihadapi dalam Pemilu 2024 adalah perang media dan informasi karena teknologi yang semakin berkembang dan maju.

Generasi Z seringkali menggunakan media sosial untuk membahas berbagai isu-isu yang sedang beredar, mulai dari isu perselingkuhan artis hingga masalah infrastruktur. Generasi ini juga sering kali menggunakan media sosial sebagai alat untuk menyuarakan atau mendukung kampanye politik secara eksplisit maupun implisit. Mereka juga dapat menjadi simpatisan yang aktif, membagikan informasi terkait kandidat atau partai politik yang akan mereka pilih, dan kemudian mengunggah konten dukungan.

Terdengar sepele dan hanya bisa berkoar-koar di media sosial saja, namun platform yang satu ini benar-benar dapat memengaruhi opini publik. Tidak sedikit isu-isu yang dibahas di media sosial menjadi viral dan akhirnya membuahkan hasil yang baik. Misalnya saja meningkatkan kesadaran terhadap banyaknya sampah yang dibuang sembarangan, sehingga membuat banyak pihak saling membantu untuk mewujudkan tempat yang bersih dan bebas dari sampah berserakan.

Pengawas pemilu juga menjadi sebuah peran yang dapat dimainkan oleh generasi Z. Mereka dapat memastikan integritas dan transparansi saat Pemilu diadakan secara langsung dan menyebarluaskannya melalui media sosial. Mereka juga dapat membantu dalam mengidentifikasi pelanggaran yang terjadi dengan pemahaman mereka yang luas tentang teknologi dan akses informasi.

Tidak dapat dipungkiri bahwa generasi Z memiliki kekuatan untuk melampaui batasan-batasan yang mungkin tidak dapat dilewati generasi-generasi sebelumnya juga membawa semangat baru dalam proses pemilihan umum ke depan. Generasi ini dapat memengaruhi arah politik dan mendorong masyarakat dalam perubahan positif dengan partisipasi mereka yang berdampak, kritis, dan cerdas tentunya. Oleh karena itu, Pemilu 2024 dapat menjadi kesempatan generasi Z dalam mengambil peran aktif dalam membentuk politik Indonesia di masa depan.

Source : istockphoto

Perebutan suara generasi Z akan semakin sengit seiring dengan waktu Pemilu 2024 yang semakin sempit. Pihak-pihak yang terkait seperti kandidat dan partai politik perlu menyusun berbagai strategi jitu untuk menarik generasi Z menggunakan media sosial. Memiliki akun di media sosial Instagram, Twitter, dan Tiktok dapat menjadi langkah awal yang baik. Generasi Z cenderung tidak berfokus di satu media sosial saja, sehingga penting untuk aktif di ketiga media sosial ini.

Penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami dapat menjadi pilihan bagi pihak terkait. Isu ekonomi, kesejahteraan, dan infrastruktur menjadi topik-topik menarik bagi para generasi Z dan sering kali dibahas di media sosial, baik di Tiktok, Instagram, hingga menjadi trending topic di Twitter.

. Siapapun bisa memanfaatkan media ini dengan mudah, tanpa harus melakukan beberapa verifikasi dan syarat tertentu. Pihak yang dapat memenangi opini publik tentu memiliki keuntungan tersendiri dalam pemilu. Sebaliknya, jika tidak memiliki citra dan opini yang baik, pihak tersebut bisa saja diragukan.

Media sosial adalah tempat di mana informasi yang tidak benar atau tidak terverifikasi dapat menyebar dengan sangat cepat dan memiliki jangkauan yang sangat besar. Hal ini didukung dengan kemudahan yang dimiliki dalam menyebarkan informasi secara luas dan real time. Cara yang cukup efisien untuk membentuk opini publik. Tentu ini akan menjadi tantangan jika mengingat pihak-pihak tertentu dapat dengan sengaja menyebarkan hoaks untuk memengaruhi opini dan membuat masyarakat bingung. Peran Generasi Z akan sangat besar dalam menghadapi tantangan tersebut ke depan karena mereka sering menggunakannya.

Pemilih harus waspada terhadap informasi yang dapat dipercaya dan belajar untuk memverifikasi sumber sebelum menyebarkan informasi. Namun, hal tersebut akan sulit dilakukan karena kita tidak dapat dengan mudah mengontrol masa yang sangat banyak dengan akses internet itu.

Tantangan ini bisa saja menjadi keuntungan bagi pihak-pihak terkait jika dimanfaatkan dengan tepat. Pasalnya, perang media dan informasi dapat memiliki dampak yang signifikan pada proses politik secara keseluruhan hingga hasil pemilu ke depan. Pemerintah, platform media sosial, dan juga lembaga terkait memiliki peran penting dalam mengatasi hoaks dan memastikan integritas pemilu.

Politik di media sosial tidak hanya perlu diperhatikan oleh kandidat, partai politik, pemerintah, atau lembaga terkait saja. Generasi Z sebagai pengguna media sosial setiap harinya harus melek terhadap hal-hal ini juga. Generasi Z memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam politik Indonesia dengan keterbukaan mereka terhadap, kesetaraan, keberagaman, juga inklusivitas yang dapat membawa perubahan dalam sistem politik dan sosial.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat terutama generasi Z untuk tetap kritis dalam menerima informasi yang ada, memverifikasi kebenaran informasi terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menyebarkannya, dan berpartisipasi aktif dalam proses politik ke depan untuk menghadapi tantangan ini. Tetap fokus dan kritis karena masa depan berada di tangan anak muda, Gen Z.

sumber : https://retizen.id/posts/229717/gen-z-dalam-pemilu-2024-masa-depan-indonesia-di-tangan-anak-muda
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler