Junta Niger Menolak Intervensi Negara-negara Afrika

Pemimpin militer di Niger memperingatkan untuk tidak ada intervensi militer.

AP Photo/Fatahoulaye Hassane Midou
Para pemimpin militer Niger memperingatkan agar tidak ada intervensi bersenjata di negara tersebut
Rep: Lintar Satria Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, NIAMEY -- Para pemimpin militer Niger memperingatkan agar tidak ada intervensi bersenjata di negara tersebut karena para pemimpin negara-negara kawasan Afrika Barat akan berkumpul di ibukota. Mereka menghadiri pertemuan darurat guna memutuskan tindakan lebih lanjut untuk menekan tentara memulihkan ketertiban konstitusional.

Para kepala negara dari 15 negara anggota Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS), dan delapan negara anggota Uni Ekonomi dan Moneter Afrika Barat (ECMF) dapat menangguhkan Niger dari lembaga-lembaganya, memutuskan negara tersebut dari bank sentral regional dan pasar keuangan, dan menutup perbatasan.

Kantor kepresidenan Chad mengatakan negara tetangga Niger yang bukan anggota kedua organisasi regional itu,  diundang untuk menghadiri pertemuan ECOWAS. Niger salah satu negara termiskin di dunia.

Menurut Bank Dunia, setiap tahun negara itu menerima hampir 2 miliar dolar AS dalam bentuk bantuan pembangunan resmi. Niger juga merupakan mitra keamanan bagi  Prancis dan Amerika Serikat (AS). Dua negara tersebut menggunakan Chad sebagai basis untuk memerangi pemberontakan di wilayah Sahel di Afrika Barat dan Tengah.

Untuk pertama kalinya para pemimpin Afrika Barat juga dapat mempertimbangkan intervensi militer untuk mengembalikan kekuasaan Presiden Mohamed Bazoum yang digulingkan Jenderal Abdourahamane Tiani yang menunjuk dirinya sendiri sebagai kepala negara.

Menjelang pertemuan dalam sebuah pernyataan yang dibacakan di stasiun televisi nasional para pemimpin militer di Niger memperingatkan untuk tidak ada intervensi militer.

"Tujuan dari pertemuan (ECOWAS) ini adalah untuk menyetujui rencana agresi terhadap Niger melalui intervensi militer dalam waktu dekat di Niamey bekerja sama dengan negara-negara Afrika lainnya yang bukan anggota ECOWAS, dan beberapa negara Barat," kata juru bicara junta, Kolonel Amadou Abdramane, Sabtu (29/7/2023).

"Kami ingin sekali lagi mengingatkan ECOWAS atau petualang lainnya, akan tekad kuat kami untuk mempertahankan tanah air kami," tambahnya.

Junta mengeluarkan pernyataan kedua pada Sabtu malam yang mengundang warga di ibukota untuk turun ke jalan mulai pukul 07.00 waktu setempat untuk memprotes ECOWAS dan menunjukkan dukungan kepada para pemimpin militer yang baru.

Kudeta militer di Niger telah dikecam secara luas oleh negara-negara tetangga dan mitra-mitra internasionalnya. Mereka menolak untuk mengakui para pemimpin baru dan menuntut agar Bazoum dikembalikan ke tampuk kekuasaan.

Bazoum belum terdengar kabarnya sejak Kamis dini hari ketika ia dikurung di dalam istana kepresidenan, meskipun Uni Eropa, Prancis dan negara-negara lain mengatakan mereka masih mengakuinya sebagai presiden yang sah.

Uni Eropa dan Prancis telah memutus bantuan keuangan kepada Niger dan Amerika Serikat telah mengancam untuk melakukan hal yang sama.

Setelah pertemuan darurat pada hari Jumat, Uni Afrika mengeluarkan sebuah pernyataan yang menuntut agar militer kembali ke barak mereka dan memulihkan ketertiban konstitusional dalam waktu 15 hari. Tidak disebutkan apa yang akan terjadi setelah itu.

Baca Juga


sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler