Mandy Moore Ungkap Putranya Idap Sindrom Gianotti Crosti, Apa Itu?
Mandy Moore bagikan kisah anaknya yang mengidap sindrom Gianotti-Crosti.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktris sekaligus penyanyi Mandy Moore mengungkapkan bahwa putranya yang masih berusia dua tahun, Gus, mengidap sindrom Gianotti-Crosti. Untuk meningkatkan kewaspadaan para orang tua, Moore berbagi cerita mengenai diagnosis sang anak melalui unggahan Instagram Story.
Moore mengatakan cerita bermula ketika Gus bangun pada Sabtu (29/7/2023) pagi dengan banyak ruam di tubuhnya. Moore dan suaminya, Taylor Goldsmith, sempat mengira bahwa ruam tersebut disebabkan oleh eksim atau alergi.
Tanpa menunggu waktu lama, pasangan suami-istri tersebut membawa Gus ke berbagai dokter agar gejala yang dialami oleh sang anak membaik. Gus sempat ditangani oleh tim layanan kesehatan darurat, dokter anak, dokter kulit, hingga dokter kulit anak sebelum akhirnya mendapatkan diagnosis yang tepat.
"Semua itu dia lalui sambil tersenyum dan tertawa, sambil terus menjalani harinya seperti seorang rockstar," ungkap Moore, seperti dilansir Fox News pada Senin (31/7/2023).
Moore lalu mengunggah foto yang menampilkan ruam-ruam yang memenuhi tubuh Gus. Menurut Moore, ruam akibat sindrom Gianotti-Crosti hanya muncul di area kaki dan punggung tangan sang anak.
"Tak ada yang bisa dilakukan selain memberikannya krim steroid dan Benadryl di malam hari. Kondisi ini dapat bertahan selama 6-8 pekan. Huft. Adakah yang pernah mengalami ini?" kata Moore.
Lebih lanjut, wanita berusia 39 tahun tersebut lalu mengungkapkan bahwa dia terkadang merasa kesulitan dan bahkan tak berdaya sebagai orang tua. Meski begitu, dia bisa merasa baik-baik saja selama anaknya bahagia.
"Anak-anak sangat kuat dan selama dia (Gus) tersenyum saat melalui ini, kami akan baik-baik saja," ujar Moore.
Mengenal Sindrom Gianotti-Crosti
Menurut National Organization for Rare Disease (NORD), sindrom Gianotti-Crosti merupakan kondisi kulit yang langka. Kondisi ini biasanya dialami oleh anak-anak dengan rentang usia sembilan bulan hingga sembilan tahun.
Penderita sindrom Gianotti-Crosti bisa mengalami gejala berupa kemunculan ruam atau lepuhan di area kulit. Ruam atau lepuhan ini biasanya muncul di area kaki, bokong, dan tangan.
Ruam pada sindrom Gianotti-Crosti biasanya berukuran besar, dengan bagian atas yang datar, dan berisi cairan. Ruam ini bisa menetap selama 20-25 hari dan umumnya jarang kambuh atau muncul kembali.
Melalui laman resminya, NORD mengungkapkan bahwa sindrom Gianotti-Crosti biasanya muncul sebagai reaksi terhadap infeksi virus yang terjadi sebelumnya. Di beberapa negara, infeksi yang dapat memicu kemunculan sindrom Gianotti-Crosti adalah infeksi virus Hepatitis B.
Selain virus Hepatitis B, riwayat infeksi virus lain seperti Coxsackievirus, virus Epstein-Barr, dan Cytomegalovirus juga dapat memicu kemunculan sindrom Gianotti-Crosti. Sindrom Gianotti-Crosti dikategorikan sebagai gangguan self-limiting.
Artinya, terapi yang dapat diberikan untuk anak dengan sindrom Gianotti-Crosti adalah terapi yang bersifat meringankan gejala dan suportif. Sebagai contoh, krim oles atau obat minum tertentu dapat diberikan untuk meredakan keluhan gatal yang hebat.
Sedangkan ruam atau lepuhan yang muncul pada kulit biasanya akan membaik dengan sendirinya. Proses penyembuhan ini umumnya memakan waktu sekitar 15-60 hari.