Hadapi Tantangan Suku Bunga, Laba Bersih Mitratel Tetap Tumbuh 14,7 Persen

Pertumbuhan laba ditopang kenaikan jumlah tenant, monetisasi bisnis serta efisiensi

Dok Mitratel
Logo PT Dayamitra Telekomunikasi, Tbk (Mitratel).
Rep: Retno Wulandhari Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel membukukan kinerja positif dan pertumbuhan yang berkelanjutan pada semester I 2023. Laba bersih Perseroan mencapai Rp 1,02 triliun, meningkat 14,7 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya Rp 892 miliar. 


"Pertumbuhan laba ditopang oleh kenaikan jumlah tenant, monetisasi bisnis serta peningkatan efisiensi kinerja perusahaan," kata Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko dalam keterangannya yang diterima Republika, Senin (31/7/2023). 

Perseroan mencatatkan pendapatan pada periode semester I 2023 sebesar Rp 4,13 triliun, tumbuh 10,8 persen. Segmen bisnis Tower berkontribusi 93,2 persen. Sedangkan segmen bisnis Mitratel lainnya (tower related business) semakin berkurang kontribusinya dengan porsi 6,8 persen terhadap keseluruhan pendapatan.

Mitratel pada akhir Semester I 2023 memiliki 36.719 menara, meningkat 27,6 persen dari periode yang sama tahun lalu. Terdapat penambahan menara baru sejumlah 1.301 sehingga semakin mengukuhkan posisinya sebagai perusahaan dengan kepemilikan menara telekomunikasi terbesar di Asia Tenggara. 

Sejalan dengan peningkatan jumlah menara, jumlah tenant meningkat 24,6 persen menjadi 54.718 tenant. Lokasi menara telekomunikasi Mitratel sebanyak 15.354 di Jawa dan 21.365 menara berada di luar Jawa atau sekitar 58 persen dari total menara. Dari sisi tenancy, penambahan tenant di luar Jawa sebesar 26 persen, lebih tinggi dibandingkan di Jawa yang sebesar 22 persen.

“Kami meyakini tenancy ratio di luar Jawa akan terus meningkat seiring pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang mendorong operator seluler di Indonesia untuk terus berekspansi,” ujar Teddy.

Pada akhir Juni 2023 total aset fiber optic milik Mitratel tercatat 27.269 kilometer termasuk hasil dari akuisisi fiber sepanjang 6.012 kilometer pada akhir 2022. Hal ini menjadi pendorong penambahan pendapatan sebesar Rp 86 miliar dari bisnis tower fiberization.

Mitratel juga sedang menggarap bisnis Power as a Service (PaaS). Teddy mengatakan model bisnis PaaS ini adalah penyediaan sumber energi baik untuk catu daya utama (main power) maupun sebagai cadangan (Backup Power) ke perangkat-perangkat aktif operator telekomunikasi.

Kombinasi dari pertumbuhan pendapatan dan peningkatan efisiensi mendorong EBITDA Mitratel pada Semester I 2023 mencapai Rp 3,35 triliun, meningkat 16,1 persen secara yoy. Rasio EBITDA Margin membaik menjadi 81,2 persen dibandingkan setahun sebelumnya 77,5 persen.

Mitratel pada akhir Juni 2023 membukukan kenaikan aset sebesar 1,3 persen menjadi Rp 56,79 triliun yang dikontribusi oleh akuisisi dan pembangunan menara baru secara organik. Debt to equity ratio (DER) tercatat 47,3 persen yang mencerminkan rasio utang yang sehat.

Teddy mengakui, bisnis menara memang masih menghadapi sejumlah tantangan seperti suku bunga tinggi, inflasi dan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi. "Tetapi kami sudah menyiapkan sejumlah strategi dan mitigasi agar perseroan tetap tumbuh sehat dan berkelanjutan sehingga dapat terus memberikan nilai tambah bagi para shareholders," ujar Teddy.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler