Anggota Bank Dunia IFC Resmi Genggam 2,64 Persen Saham ASSA

IFC menggunakan haknya untuk mengubah obligasi konversi menjadi 97,44 juta lembar.

Republika/Prayogi.
Anggota Bank Dunia International Finance Corporation (IFC) telah resmi menjadi pemegang saham PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA), melalui konversi obligasi konversi menjadi saham.
Rep: Retno Wulandhari Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Bank Dunia International Finance Corporation (IFC) telah resmi menjadi pemegang saham PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA), melalui konversi obligasi konversi menjadi saham. IFC menggunakan haknya untuk mengubah obligasi konversi menjadi 97,44 juta lembar atau setara dengan 2,64 persen dari total saham ASSA.

Baca Juga


"Kami yakin masuknya IFC yang merupakan anggota dari Bank Dunia ini sebagai pemegang saham Perseroan akan memperkuat citra ASSA sebagai perusahaan yang kredibel baik di mata para mitra bisnis maupun investor publik," kata Direktur Utama ASSA Prodjo Sunarjanto dalam keterangannya, Selasa (1/8/2023). 

Investasi IFC kepada ASSA bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan sektor logistik dan konektivitas dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja baru. Pada pertengahan 2021 IFC telah menyuntikkan pinjaman, melalui obligasi konversi yang bisa dikonversi menjadi kepemilikan saham, dengan total 31 juta dolar AS atau Rp 468,75 miliar (kurs Rp 15.121). 

Dengan dukungan IFC, ASSA optimistis akan dapat meraih peningkatan laba dua digit pada akhir tahun ini dibandingkan laba 2022. Langkah efisiensi yang telah dilakukan Perseroan mampu mendorong perbaikan operasional anak usaha logistik dan kurir ekspress Anteraja pada kuartal II 2023 ini jika dibandingkan kuartal IV 2022.

Prodjo melihat masing-masing bisnis pilar ASSA memiliki peluang pertumbuhan yang bagus di 2023, sejalan dengan kondisi perekonomian yang membaik. Ia percaya ASSA mampu membukukan kinerja yang lebih baik, seiring dengan bisnis rental yang secara konsisten terus bertumbuh. 

Pada bisnis ekosistem kendaraan bekas juga menunjukkan demand dan supply yang mengalami turnaround di tahun ini. "Selain itu bisnis logistik ASSA juga terus dikembangkan menuju penyedia solusi logistik end to end yang terintegrasi, dengan dukungan kinerja operasional Anteraja yang sudah jauh lebih baik," kata Prodjo.

Pada Semester I 2023 ini, Perseroan mencatatkan pendapatan Rp 2,39 trilliun, turun 24,7 persen dari Rp 3,17 trilliun pada periode yang sama 2022. Hal ini sejalan dengan penurunan pendapatan dari segmen express delivery akibat dari normalisasi permintaan pengiriman parsel dari ecommerce.

Beban pokok penjualan juga tercatat Rp 1,82 triliun, turun 28,6 persen dari Rp 2,55 triliun di periode yang sama 2022. Per 30 Juni 2023, Perseroan memiliki total aset senilai Rp 7,40 triliun, dengan total kas dan setara kas sebesar Rp 727.39 miliar. Pada periode ini, ASSA mencatatkan laba bersih tahun berjalan Rp 39,24 miliar, lebih tinggi dibandingkan perolehan laba bersih pada akhir 2022 Rp 3,70 miliar. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler