Rusia: Ekspansi Anggota akan Masuk Agenda Utama KTT BRICS
KTT BRICS digelar di Johannesburg, Afrika Selatan, pada 22-24 Agustus 2023.
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Pemerintah Rusia mengatakan, topik mengenai ekspansi anggota akan menjadi salah satu pembahasan utama dalam KTT BRICS yang diagendakan digelar di Johannesburg, Afrika Selatan (Afsel), pada 22-24 Agustus mendatang. Sejumlah negara sudah mengajukan permohonan keanggotaan ke koalisi ekonomi beranggotakan Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afsel tersebut.
“Memang, topik perluasan BRICS sudah mendekati agenda utama, termasuk agenda KTT yang akan datang. Ini adalah topik yang sangat penting karena kami melihat semakin banyak negara yang membuat pernyataan tentang niat mereka untuk bergabung dengan grup ini,” ungkap Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov, Selasa (1/8/2023), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Peskov mengakui dalam kerangka BRICS terdapat nuansa tertentu di antara para anggota mengenai isu ekspansi. “Semua nuansa ini pasti akan dibahas selama KTT mendatang,” ucapnya mengomentari laporan Bloomberg yang menyebut bahwa India dan Brasil menolak seruan serta inisiatif Cina agar keanggotaan BRICS diperluas secara cepat.
“Secara keseluruhan, minat yang tinggi terhadap kelompok BRICS merupakan indikasi dari potensi besar asosiasi dan otoritas yang berkembang, dan, yang paling penting, sifat langsung dari kelompok tersebut,” ujar Peskov menambahkan.
Beberapa negara seperti Bangladesh, Ethiopia, Belarusia, dan Aljazair telah mengajukan permohonan keanggotaan ke BRICS. Dura Besar Rusia untuk Mesir Georgy Borizenko juga mengklaim bahwa Kairo sudah resmi mengajukan permohonan keanggotaan BRICS. “Mesir mengajukan permohonan bergabung dengan BRICS karena salah satu inisiatif yang sedang dijalankan oleh BRICS saat ini, yaitu penggunaan mata uang alternatif dalam perdagangan, baik itu mata uang nasional atau pembentukan mata uang bersama. Mesir sangat tertarik dengan hal ini,” ucapnya pada 15 Juni 2023 lalu.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov sempat menyampaikan bahwa setidaknya sudah terdapat hampir 20 negara yang berupaya memperoleh keanggotaan BRICS. “Jumlah negara yang ingin bergabung ke BRICS terus bertambah,” ujarnya, dilaporkan kantor berita Rusia, TASS, 15 Juni 2023 lalu.
Dia menyebut, negara-negara yang berminat bergabung dengan BRICS berasal dari dunia Arab dan kawasan Asia-Pasifik. Ryabkov menekankan, dalam BRICS tidak dianut prinsip “pemimpin-pengikut”. Posisi semua negara anggota setara.
Sementara itu Pemerintah Cina telah menyatakan bahwa mereka berkomitmen memperluas koalisi BRICS. “Perluasan BRICS adalah konsensus politik yang dicapai oleh kelima anggota BRICS. Cina berkomitmen untuk memajukan ekspansi BRICS dan siap membawa lebih banyak mitra yang berpikiran sama ke dalam keluarga besar BRICS,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Mao Ning pada 20 Juni 2023 lalu.
Dia menekankan, BRICS adalah platform penting untuk kerja sama di antara pasar negara berkembang dan negara berkembang. Oleh sebab itu BRICS berkomitmen menjunjung tinggi multilateralisme dan memajukan reformasi sistem tata kelola global. “Serta meningkatkan representasi dan suara pasar negara berkembang dan negara berkembang,” ucapnya.
BRICS dibentuk pada 2009 atas inisiatif Rusia. Tujuannya adalah mengembangkan kerja sama komprehensif antara negara-negara terkait. Kursi keketuaan BRICS tahun ini dipegang oleh Cina. BRICS kerap dipandang sebagai “kutub perlawanan” terhadap kelompok ekonomi G7 yang beranggotakan Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Jerman, Prancis, Italia, dan Jepang.
Menurut data IMF, pada 2022 lalu, total gabungan pendapatan domestik bruto (PDB) BRICS telah mencapai 22,5 triliun dolar AS. Jumlah itu melampaui PDB G7 yang mencapai 21,4 triliun dolar AS. Negara BRICS kini dinilai menjadi aktor penting dan signifikan dalam memerangi pertumbuhan ekonomi serta konteks politik global.