Kalimat Legendaris Berisi Kutukan dari Valentino Rossi yang Hancurkan Karier Sete Gibernau
Sejak dikutuk Rossi, Gibernau tak pernah sekalipun mampu kembali ke podium pertama.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Status legenda dan popularitas Valentino Rossi di sejarah MotoGP rasanya tidak hanya dibangun dari koleksi kemenangan atau trofi. Kisah perseteruan Rossi dengan pembalap-pembalap lain juga menyajikan cerita menarik buat para penggemar ajang balap motor paling bergengsi sejagat tersebut.
Sempat berseteru dengan sesama pembalap asal Italia, Max Biaggi, Rossi juga diketahui pernah melancarkan perang urat syaraf dengan rider asal Spanyol, Sete Gibernau.
Salah satu episode paling menarik dalam rivalitas Rossi dan Gibernau terjadi pada pengujung musim MotoGP 2004. Saat itu, Rossi tengah melakoni musim debutnya bersama tim Gauloises Fortuna Yamaha. Pada musim sebelumnya, mantan pembalap berjuluk The Doctor itu memutuskan meningalkan tim Repsol Honda.
Keputusan itu sekaligus mengakhiri kerjasama Rossi dengan pabrikan asal Jepang tersebut, yang telah berjalan empat musim. Menatap musim 2004, Rossi mengenggam status sebagai juara bertahan kelas utama MotoGP.
Pengoleksi tujuh gelar dunia kelas utama MotoGP mampu tampil konsisten pada awal musim 2004. Dari 12 seri yang digelar, Rossi sukses mengakhiri enam seri dengan menjadi yang tercepat dan berada di podium tertinggi.
Rossi pun memimpin klasemen sementara pembalap, diikuti Gibernau, yang saat itu memperkuat tim Telefonica Movistar Honda. Namun, di GP Qatar atau seri ke-13 MotoGP musim 2004, Rossi mendapatkan hukuman penalti dari enam detik dari race director.
Alhasil, Rossi harus mundur dari grid kedelapan ke grid ke-23 dalam sesi balapan di Sirkuit Losail tersebut. Malam sebelum sesi balapan, kru Valentino Rossi dan tim Yamaha kedapatan membersihkan trek. Alasannya agar Rossi mendapatkan traksi maksimal saat mengawali lomba.
Langkah ini diketahui oleh tim Telefonica Movistar Honda, yang akhirnya mengajukan protes ke race control. Protes ini terkait larangan mengubah trek sebelum ataupun sesudah balapan. Ujungnya, Rossi mengawali balapan dari starting grid paling belakang.
Namun, Rossi tetap mampu tampil apik di sepanjang balapan. Pada lap awal, Rossi sukses menembus ke posisi kedelapan. Bahkan, di empat putaran awal di Sirkuit Losail, Rossi sudah berada di posisi keempat.
Sayangnya, Rossi terpaksa mengakhiri balapan di lap kelima lantaran terjatuh saat memasuki tikungan terakhir. Akibat cedera tersebut, Rossi mengalami cedera di jari kelingking. Namun, cedera ini bukan satu-satunya pangkal kekecewaan dan kemarahan Rossi, melainkan protes yang diajukan tim Sete Gibernau pada awal balapan.
Di sisi lain, Gibernau mampu secara dramatis menjuarai GP Qatar. Gibernau unggul dari rekan setimnya, Collin Edwards. Kemenangan Gibernau itu pun disambut dengan ketus oleh Rossi. Bahkan, dalam sebuah wawancara dengan televisi asal Italia, Rossi sempat mengeluarkan pernyataan bernada kutukan buat Gibernau.
''Gibernau tidak akan lagi menjuarai balapan setelah ini,'' kata Rossi seperti dikutip Crash, beberapa waktu lalu.
Kutukan ini ternyata benar-benar menjadi terwujud...
Kutukan ini ternyata benar-benar menjadi terwujud dan menjadi kenyataan. Di tiga seri balapan terakhir musim 2004, Gibernau tidak pernah mampu naik ke podium tertinggi. Posisi terbaik pembalap kelahiran Barcelona itu adalah saat mampu finish di posisi kedua GP Australia.
Sementara di dua seri lainnya, Gibernau hanya bisa finish di peringkat keempat dan ketujuh. Ujungnya, Gibernau gagal menggeser Rossi di puncak klasemen akhir pebalap dan harus puas mengakhiri MotoGP musim 2004 sebagai runner-up.
Rossi pun dinobatkan sebagai juara MotoGP musim 2004 sekaligus mempertahankan gelarnya. Berbeda dari Gibernau, Rossi menutup tiga seri terakhir musim 2004 dengan keberhasilan menjadi yang tercepat dan menyabet posisi di podium tertinggi. Kegagalan finish di GP Qatar membuat Rossi tampil habis-habisan di tiga seri terakhir.
Ini sekaligus menjadi trofi juara dunia MotoGP pertam Rossi bersama tim Yamaha. Kutukan Rossi itu ternyata terus berlanjut, tidak hanya pada musim 2004. Kemenangan di GP Qatar tercatat menjadi kemenangan terakhir Gibernau di pentas MotoGP.
Hingga akhirnya mundur dari arena MotoGP pada 2009, Gibernau tidak pernah kembali merasakan podium tertinggi. Di tiga musim terakhir berkiprah di MotoGP, termasuk kala hijrah ke tim Ducati, Gibernau tercatat hanya lima kali naik podium setelah finish di posisi kedua.