Aksi Mulia Valentino Rossi: Gratiskan Seluruh Biaya Bagi yang Mau Belajar di VR46 Academy
Rossi hanya ingin melihat para pembalap didikannya berjaya di lintasan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Francesco Bagnaia menjadi raja baru di kelas MotoGP. Pembalap asal Italia berhasil menjadi juara kelas utama MotoGP pada musim lalu. Pecco, panggilan Bagnaia, sekaligus menorehkan rekor baru saat mengakhiri MotoGP musim lalu di puncak klasemen akhir pembalap.
Pecco menjadi pembalap Ducati pertama yang mampu menyabet gelar juara dunia MotoGP dalam 15 tahun terakhir. Pembalap asal Australia, Casey Stoner, menjadi pebalap terakhir yang berhasil membawa Ducati meraih gelar juara dunia MotoGP, tepatnya pada musim 2007. Keberhasilan Pecco menjadi juara dunia MotoGP juga memberikan kebanggaan tersendiri buat Italia.
Pembalap berusia 26 tahun itu menyudahi penantian publik Italia untuk melihat rider asal Italia menjadi juara di kelas utama MotoGP. Sejak Valentino Rossi merengkuh gelar juara dunia kelas utama MotoGP pada 2009, pembalap Italia tidak pernah ada yang mampu bersaing.
Selain bendera Italia, keberhasilan Pecco ini juga mengibarkan bendera Akademi Balap VR46. Maklum, Pecco merupakan salah satu didikan akademi balap bentukan Rossi tersebut. Dengan menggunakan inisial nama dan nomor yang digunakan saat masih berkiprah sebagai pebalap, Rossi mendirikan Akademi Balap VR46 pada 2013 silam.
Akademi balap ini diharapkan bisa membantu pembalap-pembalap muda Italia untuk bisa menorehkan prestasi di dunia balap motor, termasuk MotoGP. Rossi menjadi mentor langsung dari enam pebalap yang bergabung ke dalam akademi balap VR46.
Selain Pecco, Franco Morbidelli, Luca Marini, Marco Bezzechi, Celstino Vietti, dan Andrea Migno tercatat menjadi pembalap jebolan Akademi Balap VR46. Terhitung sejak musim lalu, empat dari enam pembalap itu pun telah mengaspal di kelas utama MotoGP, sementara Vietti dan Migno masih berkiprah di kelas Moto2 dan Moto3 secara berurutan.
Mereka pun kerap berlatih, bahkan sempat bersaing langsung dengan Rossi di kompleks akademi yang terletak di Tavulia, kampung halaman Rossi. Berdasarkan lansiran TuttoMotoriWeb.it, beberapa waktu lalu, pembalap yang berminat untuk menimba ilmu di Akademi Balap VR46 tidak perlu mengeluarkan bayaran sepeser pun.
Namun, Akademi Balap VR46 tetap melakukan proses seleksi yang cukup ketat untuk bisa memilih pembalap. Selain soal bakat, pebalap tersebut juga harus memiliki ketangguhan mental. Berbagai proses seleksi ini membuat para pebalap di Akademi Balap VR46 memiliki hubungan yang cukup dekat dan intens.
Kendati dibebaskan dari biaya masuk, ada kesepakatan antara Akademi Balap VR46 dengan pebalap tersebut. Apabila pembalap tersebut sudah mendapatkan pemasukan dari dunia balap setidaknya mencapai 50 ribu euro, 10 persen dari pemasukan tersebut diserahkan kepada Akademi Balap VR46.
Uang ini tidak masuk ke kantong pribadi Rossi, melainkan untuk pengembangan akademi tersebut. Akademi Balap VR46 tentu tidak akan berhenti untuk mencari bibit baru pembalap muda dan mengasah kemampuan mereka. Nantinya, pembalap-pembalap tersebut diharapkan bisa menembus kelas utama MotoGP.
Tentu saja, sebelum masuk akademi, pembalap muda tersebut harus tetap memenuhi kriteria-kriteria tertentu yang telah ditetapkan oleh akademi. Menilik kesuksesan para pembalap didikan Akademi Balap VR46, Rossi sempat berkelakar soal penyesalannya mendirikan akademi tersebut.
Penyesalan ini telah ia sampaikan...
Di GP San Marino pada 2020, Rossi diketahui bersaing ketat dengan Bagnaia dan Morbidelli. Rossi akhirnya harus mengakui keunggulan dua anak didiknya tersebut. Bagnaia dan Morbidelli berhasil finish di peringkat dua dan satu satu secara berututan, sementara Rossi mengakhiri balapan di peringkat keempat.
"Kami telah mengembangbiakkan ular. Dalam satu momen balapan, saya sempat berkata dalam hati, 'Dari siapa ide pembentukan akademi itu?','' ujar Rossi seperti dikutip Motorsport, beberapa waktu lalu.
Namun, terlepas dari candaan tersebut, Rossi mengaku begitu bangga dengan perkembangan anak-anak didiknya tersebut. Mantan pembalap berjuluk The Doctor itu sebenarnya masih memiliki mimpi terkait kiprah anak-anak asuhnya. Sayangnya, the Doctor harus mengubur mimpi tersebut seusai pensiun pada 2021 silam.
''Sangat memuaskan bisa melihat mereka tampil begitu baik, atau bahkan terlampau kuat dalam waktu yang sangat cepat. Kehadiran mereka memberikan sensasi unik tersendiri. Jika saja kami bisa berada di podium bersama-sama, maka itu akan menjadi capaian historis,'' kata Rossi.