Tokoh Senior NU KH Anwar Iskandar Dicalonkan Jadi Ketum MUI, Ini Sosoknya  

KH Anwar Iskandar akan ditetapkan sebagai Ketua Umum MUI

Dok Istimewa
KH Anwar Iskandar (kiri) bersama Sekjen MUI Buya Amirsyah Tambunan (kedua kiri)
Rep: Muhyiddin Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sudah lebih dari setahun Majelis Ulama Indonesia (MUI) tidak memiliki nahkoa. Karena, KH Miftachul Akhyar mengundurkan diri sebagai Ketua Umum MUI pada Maret 2022 lalu.

Baca Juga


Kiai Miftachul Akhyar memilih mundur dari MUI karena terpilih sebagai Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada Muktamar NU ke-48 di Lampung pada 2021 lalu.

Baru-baru ini akhirnya muncul nama baru yang diusung PBNU untuk menjadi pengganti Kiai Miftachul Akhyar di MUI, yaitu KH Anwar Iskandar. Siapa KH Anwar Iskandar?

Ia adalah salah seorang tokoh ulama NU yang kini menjabat sebagai Wakil Rais Aam PBNU. Bisa dikatakan, ia adalah orang nomor dua di jajaran syuriah organisasi NU. Berikut ini adalah gambaran singkat tentang biografinya:

Nama Lengkap        : KH Muhammad Anwar Iskandar

Tanggal Lahir          : 24 April 1950

Tempat Lahir          : Berasan, Kecamatan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia

 

Riwayat Pendidikan

KH Anwar Iskandar banyak mendalami ilmu agama Islam di lingkungan pesantren, yang merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam di Indonesia. Ia sudah mendapatkan pendidikan agama sejak masih kecil.

Di dalam keluarganya, ia dididik agar suatu saat nanti bisa menjadi penerus ayahnya, KH Iskandar sebagai pendiri dan pengasuh pondok pesantren “Mambaul Ulum” Berasan, Muncar, Banyuwangi. Di bawah asuhan ayahnya, ia mengaji kitab-kitab salaf.

Selain belajar agama, Anwar muda juga menimba ilmu pengetahuan umum di sekolah formal. Pada 1955-1967, ia menempuh pendidikan formalnya di lingkungan pondok pesantren Mamba’ul Ulum, mulai dari dari jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (Mts), hingga Madrasah Aliyah (MA).

Setelah lulus MA, barulah ia kemudian berkelana ke pesantren lainnya untuk mempelajari berbagai ilmu agama Islam. Pada 1967, ia berangkat ke Pondok Pesantren Lirboyo Kediri selama empat tahun di bawah asuhan KH Mahrus Ali. Ia juga pernah mengaji di pondok pesantren lainnya seperti Ploso Kediri, Sarang Rembang, Minggen Demak, dan ilmu Falak di Jember.

Baca juga: Alquran Bukan Kalam Allah SWT Menurut Panji Gumilang, Ini Bantahan Tegas Prof Quraish

Di samping menempuh pendidikan di pondok pesantren, Kiai  Anwar Iskandar juga meneruskan jenjang pendidikan formalnya di Perguruan Tinggi (PT) Tribakti Kediri. Sampai pada 1969, Kiai Anwar Iskandar berhasil meraih gelar sarjana.

Pada 1970, Kiai Anwar Iskandar meninggalkan pondok pesantren Lirboyo Kediri menuju Jakarta untuk menyelesaikan program sarjana lengkap di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di kampus ini, ia mengambil jurusan Sastra Arab, Fakultas Adab.

Setelah itu, Kiai Anwar Iskandar tidak langsung pulang ke kampung halamannya untuk berdakwah. Karena, di kampungnya telah banyak pemuka agama. Akhirnya, ia memutuskan untuk berdakwah menuju kota Kediri. 

 

Kiai Anwar Iskandar berperan aktif dalam mengembangkan pendidikan agama di lingkungan pesantren. Pesantren adalah pusat pendidikan Islam yang telah menjadi bagian penting dari tradisi kebudayaan Indonesia.

Kiai Anwar Iskandar mendirikan Yayasan Pendidikan Assa'idiyah di Jamsaren 1982 dan mendirikan Yayaysan Al-Amin di Ngasinan Rejomulyo pada 1995. Sejak mendirikan kedua yayasan ini, Kiai Anwar Iskandar tetap dipercaya sebagai ketua yayasan.

Di lingkungan yayasan Assa’diyah sendiri, ia berhasil mengembangkan pendidikan di dalamnya. Ini bisa dilihat dengan berdirinya sebuah lembaga pendidikan yang ada di yayasan Assa'idiyah seperti TK kusuma mulia, SDI YP Assa'idiyah, Mts Nurul Ula, MA Nurul Ula dan SMU Islam YP Assa'idiyah.

Pada 1985, Kiai Anwar Iskandar juga mendapat kepercayaan dari Akademis Universitas Islam Kadiri (UNISKA) untuk menduduki jabatan sebagai ketua yayasannya.

Aktif di Organisasi NU

KH Anwar Iskandar selalu berusaha untuk dapat mengaplikasikan ilmunya melalui dakwah, sehingga dia pun masuk organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Sejak usia 15 tahun, ia telah menjadi anggota Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) di Banyuwangi.

Saat kuliah di Universitas Tribakti, ia juga sangat aktif dalam organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan menjabat sebagai ketua. Saat kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ia tetap aktif dalam organisasi PMII dan menjadi pimpinan pusat.

Baca juga: Ketika Berada di Bumi, Apakah Hawa Sudah Berhijab? Ini Penjelasan Pakar

Pada 1975, ia pun dipercaya untuk memimpin Gerakan Pemuda Ansor (ketua GP Ansor) cabang Kotamadya Kediri. Jabatan itu di embannya selama dua periode atau selama delapan tahun. Pada 1982 masyarakat NU wilayah Kotamadya Kediri kemudian mempercayai Kiai Anwar Iskandar untuk memimpin organisasi mereka. Ia bahkan memimpin selama dua periode.

Selanjutnya pada 1992, Kiai Anwar Iskandar dipercaya untuk menjabat ketua Rais Syuriyah NU cabang kota Kediri selama lima tahun. Pada 1997, dia pun diangkat menjadi wakil ketua Rais Syuriyah NU wilayah Jawa Timur, dan sekarang ia menjabat sebagai Wakil Rais Aam PBNU.

 

Dalam perjalanan kariernya, ia juga pernah terlibat dalam aktivitas politik. Pada 1998, ia pernah diangkat sebagai ketua Dewan Syuro PKB wilayah Jawa Timur dan juga menjabat sebagai anggota MPR dari utusan daerah Jawa Timur. Tidak hanya itu, pada 2008 ia bahkan prnah menjadi ketua Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Nasional Ulama (DPP PKNU).   

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler