Kritik Pedas Nasrallah: Negara Muslim Lemah Bela Alquran, Bagaimana Mau Bela Al Aqsa?
Nasrallah kritik lemahnya pemimpin negara Islam sikapi pembakaran Alquran
REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT – Hingga hari ini, pemberitaan seputar pembakaran Alquran masih menjadi isu yang hangat diperbincangkan di berbagai negara.
Sekretaris Jenderal Hizbullah Libanon, Hassan Nasrallah, bahkan turut buka suara atas hal tersebut.
Nasrallah menilai mereka yang menodai Alquran harus dihukum. Dia juga menggambarkan posisi yang diambil oleh negara-negara Muslim dalam membela Alquran sebagai lemah dan mengecewakan, meski tidak mengherankan.
"Jika penghinaan itu ditujukan pada seorang raja atau anggota keluarga mereka, mereka akan sangat marah. Tetapi untuk pembakar Alquran, mereka tidak melakukan apa-apa," kata dia dikutip di Middle East Monitor, Kamis (3/8/2023).
Tidak hanya itu, dia juga menyebut jika para penguasa di dunia Islam kita tidak memiliki keberanian dan semangat untuk membela Alquran, maka bagaimana mereka akan berani mempertahankan tanah mereka, Libanon, atau Masjid Al-Aqsa.
Aksi warga Kristen Irak, Selwan Momika, yang membakar halaman-halaman Alquran di depan gedung parlemen Swedia di Stockholm baru-baru ini seolah menjadi pemantik huru-hara ini. Sebelumnya, ia juga pernah membakar salinan Kitab Suci di depan sebuah masjid pada hari pertama Idul Adha. Kejadian serupa lainnya berlangsung sepuluh hari lalu di Denmark
"Kemarin saya menyaksikan orang terkutuk ini (Momika) membakar Alquran. Jika kita bisa mendengar Kitab Suci itu berbicara, ia akan mengatakan 'Apakah tidak ada pendukung yang akan membantu saya?'" ucap dia.
Alquran yang Suci, yang dinodai oleh orang terkutuk, disebut Nasrallah sebagai suatu bentuk penghinaan terhadap satu miliar Muslim di dunia.
Sejatinya, beberapa negara Islam telah melakukan protes terhadap aksi pembakaran Alquran yang berulang. Beberapa bahkan memanggil duta besar Swedia di negaranya, untuk menyatakan kecaman mereka atas tindakan yang tidak dapat diterima ini.
Negara Irak bahkan dilaporkan mengusir duta besar Swedia. Di sisi lain, Kedutaan Besar Swedia di Baghdad dirusak oleh pengunjuk rasa.
Sementara itu, Organisasi Kerja sama Islam (OKI) menyuarakan "kekecewaan" atas tanggapan Swedia dan Denmark, Senin (31/7/2023).
Baca juga: Denmark-Swedia: Situasinya Sudah Berbahaya Sebagai Dampak Aksi Pembakaran Alquran
Hal ini mengacu pada serentetan aksi pembakaran Alquran, yang telah membangkitkan kemarahan di seluruh Timur Tengah.
Sekretaris Jenderal OKI, Hissein Brahim Taha, meminta kedua negara mencegah penodaan Alquran di kemudian hari. Organisasi Islam global ini juga kecewa, karena sejauh ini tidak ada tindakan yang diambil terkait hal tersebut.
"Sangat disayangkan otoritas terkait yang mengklaim kebebasan berekspresi, terus memberikan izin mengulangi tindakan tersebut yang bertentangan dengan hukum internasional. Hal ini menyebabkan kurangnya rasa hormat terhadap agama,” kata Taha saat memberikan sambutan dalam pertemuan OKI, dikutip di Malay Mail, Selasa (1/8/2023).
OKI, yang beranggotakan 57 negara berbasis di Jeddah, diketahui melakukan sesi virtual luar biasa untuk Dewan Menteri Luar Negeri Negara Anggota (CFM) pada Senin kemarin.
Hal ini berlangsung atas permintaan Arab Saudi dan Irak, untuk mengatasi insiden berulang penodaan dan pembakaran salinan Alquran di Swedia dan Denmark.
Setelah pertemuan itu berakhir, OKI mengatakan Taha akan memimpin delegasi ke Uni Eropa. Langkah ini diambil untuk mendesak para pejabat di sana mengambil langkah-langkah yang diperlukan, terutama mencegah terulangnya tindakan kriminal semacam itu dengan dalih kebebasan berekspresi.
Tidak hanya itu, organisasi tersebut juga meminta Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, untuk menunjuk pelapor khusus yang bertugas memerangi Islamofobia.
Di waktu yang bersamaan saat Taha menyampaikan sambutannya kemarin sore, dua pria dilaporkan membakar Alquran dalam protes terbaru di Stockholm.
Salah satu pria merupakan Salwan Momika, yang pernah membakar halaman Alquran di luar Masjid Stockholm pada akhir Juni dan menginjak Alquran di luar Kedutaan Irak awal Juli.
Di Denmark, pekan lalu kelompok sayap kanan Danske Patrioter mengunggah sebuah video di mana seorang pria terlihat menodai dan membakar apa yang tampak seperti Alquran. Mereka juga terlihat menginjak-injak bendera Irak.
Baca juga:
Insiden tersebut telah memicu kerusuhan di Irak. Ratusan demonstran disebut menyerbu kedutaan Swedia awal bulan ini dan membakar kompleks tersebut.
Dewan Pengungsi Denmark mengatakan kantornya di kota Basra, Irak selatan, berada di bawah serangan bersenjata sebagai tanggapan atas video Danske Patrioter.
Pemerintah di seluruh wilayah juga telah menyatakan kemarahan mereka. Irak bahkan mengusir duta besar Swedia, sementara Iran mengatakan tidak akan mengizinkan duta besar Swedia baru masuk ke negara itu.
Baca juga: Alquran Bukan Kalam Allah SWT Menurut Panji Gumilang, Ini Bantahan Tegas Prof Quraish
Arab Saudi, rumah bagi kota suci Islam Mekah dan Madinah, dalam beberapa pekan terakhir telah memanggil diplomat Swedia dan Denmark. Pertemuan itu dibuat untuk menyampaikan nota protes yang mengutuk tindakan tercela terhadap Alquran.
Menjelang pertemuan OKI kemarin, baik Swedia maupun Denmark berupaya meredakan ketegangan yang ada.
Pada Kamis sebelumnya, Taha menerima panggilan telepon dari Menteri Luar Negeri Swedia, Tobias Billstrom. Ia mengatakan Stockholm menolak tindakan yang menghina Alquran dan ingin menjaga hubungan baik dengan anggota OKI, kata organisasi itu dalam sebuah pernyataan.
Satu hari sebelum sesi luar biasa OKI, Taha menerima telepon dari Menteri Luar Negeri Denmark Lars Lokke Rasmussen. Ia juga mengutuk penghinaan terhadap Alquran dan mengatakan pemerintahnya tengah mempelajari masalah ini dengan penuh keseriusan.
Sumber: middleeastmonitor