AS Gunakan Kata 'Terorisme' untuk Serangan Israel Terhadap Palestina
Bahasa AS yang tajam ini cerminkan rasa frustasi terhadap kekerasan di Tepi Barat
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Washington mengutuk pembunuhan seorang warga Palestina oleh tersangka pemukim Yahudi dan menyebutnya sebagai terorisme. Bahasa Washington yang tajam ini mencerminkan rasa frustrasi AS dengan gelombang kekerasan di wilayah pendudukan Tepi Barat, di bawah pemerintahan sayap kanan Israel.
"Kami mengutuk keras serangan teror oleh pemukim ekstremis Israel yang menewaskan seorang warga Palestina berusia 19 tahun. Kami mendesak pertanggungjawaban penuh dan keadilan," kata Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (5/8/2023) malam.
Polisi Israel menahan dua pemukim Yahudi dalam insiden kekerasan pada Jumat (4/8/2023) di dekat Desa Burqa. Menurut warga Palestina, mereka adalah bagian dari kelompok yang melempar batu, membakar mobil, dan menembak seorang remaja berusia 19 tahun hingga tewas serta melukai beberapa lainnya.
Temuan awal oleh militer Israel menggambarkan insiden tersebut sebagai konfrontasi yang meningkat, dengan korban di kedua belah pihak. Seorang pengacara pembela mengatakan, para pemukim Yahudi bertindak membela diri. Dalam sebuah dakwaan, negara menuduh para pemukim melakukan pembunuhan yang disengaja dengan motivasi rasialis.
Pemerintahan nasionalis-religius Perdana Menteri Benjamin Netanyahu geram pada setiap perbandingan antara militansi Israel dan Palestina. Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben-Gvir mengatakan, pelempar batu Palestina di Burqa mencoba membunuh orang Yahudi. Dia mengharapkan, pelempar batu Palestina itu diselidiki sepenuhnya.
Tepi Barat adalah salah satu daerah yang diinginkan oleh Palestina untuk membentuk sebuah negara. Negosiasi yang dimediasi AS dengan Israel untuk solusi dua negara terhenti hampir satu dekade lalu. Hal ini meningkatkan garis keras di kedua sisi. Menurut Radio Angkatan Darat Israel, tingkat serangan pemukim atau pendukung mereka terhadap warga Palestina di Tepi Barat meningkat lebih dari dua kali lipat tahun ini dibandingkan 2022.
"Kita dihadapkan pada evolusi terorisme nasionalis Yahudi yang berbahaya," kata anggota parlemen oposisi Benny Gantz yang merupakan mantan menteri pertahanan.
"Apa pun yang terjadi di Burqa, itu bergabung dengan banyak peristiwa yang menimpa pasukan keamanan kami karena harus mengejar, bukannya melindungi warga Israel," ujar Gantz.
Meningkatnya serangan di Tepi Barat telah menyebabkan kerusakan properti yang luas. Di antara para korban adalah warga Palestina dengan kewarganegaraan ganda AS. Departemen Luar Negeri berulang kali menyebut serangan di Burqa sebagai terorisme.