Pilah Organik-Anorganik, Hotel dan Resto DIY Gandeng Pengelola Bank Sampah

Terdapat lebih 400 hotel dan resto yang berada di bawah naungan PHRI DIY.

Wihdan Hidayat/ Republika
Deretan hotel di kawasan Malioboro, Yogyakarta.
Rep: Silvy Dian Setiawan Red: Yusuf Assidiq

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY menyebut bahwa pengelolaan sampah hotel dan resto sudah dilakukan secara mandiri. Hal ini bahkan sudah dilakukan sebelum ditutupnya TPA Regional Piyungan.

Ketua DPD PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono mengatakan, pihaknya sudah melakukan pengelolaan sampah sesuai standard operating procedure (SOP) yang ditetapkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

"Anggota PHRI pengelolaannya sudah sesuai dengan SOP, sesuai apa yang direkomendasikan Kemenparekraf melalui sertifikasi hotel," kata Deddy kepada Republika, (7/8/2023).

Pengelolaan sampah ini dilakukan dengan cara pemilahan sampah organik dan non organik. Deddy menyebut, setelah dilakukan pemilahan, untuk pengelolaan sampah non organik dimaksimalkan di bank sampah yang ada di sekitar hotel dan resto.

"Pemilahan sampah itu sudah kita lakukan sebelum penutupan TPA Piyungan. Bank sampah di sekitar hotel dan resto, kita manfaatkan itu. Misalnya botol-botol mineral dan plastik itu diambil bank sampah," ujar Deddy.

Bahkan, kas yang ada di bank sampah tidak digunakan untuk kepentingan hotel maupun resto. Namun, kas dari pemilahan sampah yang ditabung di bank sampah digunakan untuk operasional bank sampah itu sendiri.

"Hasilnya itu untuk kas bank sampah yang ada di kampung-kampung di sekitar hotel, ini prinsip kami. Jadi bukan lalu dijual untuk kita, tidak, tapi untuk masyarakat," ungkapnya.

Sementara itu, untuk sampah organik juga dilakukan pengolahan. Hal ini mengingat hotel dan resto juga menghasilkan sampah organik yang cukup besar.

Deddy menuturkan, sampah organik dikelola salah satunya menggunakan metode lubang biopori. Menurut Deddy, sudah banyak hotel maupun resto di bawah PHRI DIY yang menerapkan metode ini.

Bagi hotel dan resto yang memiliki lahan yang cukup, sudah mulai menerapkan pengolahan sampah dengan metode biopori ini. Namun, bagi hotel dan resto yang tidak memiliki lahan, ada yang memanfaatkan lahan warga di sekitar hotel dan resto.

Pihaknya akan terus menggerakkan hotel-hotel maupun resto agar melakukan pengelolaan sampah dengan baik, termasuk dengan mengelola secara mandiri sampah organik.

"Kalau tidak punya lahan, CSR dengan penduduk sekitar. Ada tidak rumah penduduk atau pekarangan yang kosong yang bisa dari hotel itu membangun biopori untuk warga dan untuk hotel mereka. Walaupun (sampah) dari hotel itu sangat kecil karena sudah dikelola dengan SOP," kata Deddy.

Saat ditanya berapa volume sampah yang dihasilkan per harinya oleh hotel dan resto di bawah naungan PHRI DIY, Deddy belum dapat memastikan. Setidaknya, lebih dari 400 hotel dan resto yang berada di bawah naungan PHRI DIY.

Deddy menjelaskan, pihaknya baru mendata berapa sampah yang dihasilkan oleh hotel dan resto. Begitu pun dengan pengelolaan sampah, apakah berjalan dengan baik atau tidak juga masih dilakukan pendataan lebih lanjut.

"Kita baru menyebarkan kuesioner ke teman-teman (hotel dan resto), berapa volume sampah, baik organik maupun non organik, bagaimana mereka mengelola sampah. Ini baru kita sebarkan supaya PHRI tahu (volume sampah) di (hotel dan resto di) Kota Yogya itu sekian, secara pengelolaan sekian, Sleman sekian, Bantul sekian, Kulonprogo sekian, Gunungkidul sekian. Kami belum bisa menjawab karena data itu baru kita sebarkan minggu lalu," jelasnya.


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler