Mental Marquez Hancur dan Hanya Bisa Crash, Keluarga Mulai Memintanya Segera Pensiun
Marquez tampak jelas kehilangan sentuhan membalap.
REPUBLIKA.CO.ID, SILVERSTONE -- Pembalap Repsol Honda, Marc Marquez, menajamkan rekornya di pentas MotoGP musim ini. Namun, rekor ini bukanlah catatan yang patut dibanggakan.
Terjatuh dan gagal finish di sesi balapan GP Inggris, Ahad (6/8/2023) malam WIB, Marquez menjadi pebalap yang paling sering terjatuh di gelaran MotoGP musim ini. Pada paruh pertama MotoGP musim ini, tepatnya di delapan seri awal, ada 166 insiden terjatuh ataupun kecelakaan yang dialami pembalap di kelas utama. Dengan catatan ini, rata-rata insiden terjatuh dan kecelakaan di kelas utama MotoGP musim ini mencapai 20,75 insiden.
Dari 166 insiden tersebut, Marquez terlibat dalam 14 insiden, termasuk saat terjatuh ataupun mengalami insiden kecelakaan yang melibatkan pembalap lain. Pembalap berusia 30 tahun itu pun menjadi pebalap yang paling sering terjatuh dan mengalami kecelakaan.
Catatan ini bertambah saat Marquez terjatuh pada lap ke-15 di GP Inggris, akhir pekan lalu. Dalam seri kesembilan MotoGP 2023, yang digelar di Sirkuit Silverstone, tersebut, Marquez kembali gagal finish. Pebalap berjuluk The Baby Alien itu sempat bersenggolan dengan Enea Bastianini sebelum akhirnya kehilangan kendali motor RC213V tunggangannya.
Tidak hanya soal rekor terjatuh, Marquez juga menajamkan rekor buruk di pentas MotoGP musim ini. Pembalap asal Spanyol itu tercatat tidak pernah bisa finish di sembilan seri yang telah digelar. Setelah absen di tiga seri lantaran mengalami cedera, Marquez gagal finish di empat seri setelah sempat mampu mengawali lomba. Sedangkan di dua seri, termasuk di GP Belanda, Marquez memutuskan mundur dari sesi balapan karena mengalami cedera.
Kecuali pada musim 2020 saat mengalami cedera pada awal musim, Marquez bisa dibilang tengah melakoni musim terburuknya sejak berkiprah di kelas utama MotoGP pada 2013 silam. Bahkan, saat masih dibayangi cedera pada musim lalu, Marquez masih bisa mengakhiri sesi balapan pada periode pertengahan musim.
Dalam sebuah wawancara dengan BBC Sports International, Marquez pun mengamini soal anggapan musim ini sebagai musim terburuknya. Selain cedera parah yang memaksanya absen pada musim 2020, Marquez menyebut, musim ini menjadi salah satu episode terburuk dalam kariernya sebagai pebalap di kelas utama hingga saat ini.
Tidak hanya soal kondisi fisik, Marquez mengakui, rentetan pengalaman cedera yang dialaminya dalam tiga tahun terakhir telah mengerogoti mentalnya. Berbagai kondisi yang sempat menghadirkan sebuah pemikiran ekstrem dari Marquez.
''Pernah terbersit untuk mengakhiri karier sebagai pembalap. Sejumlah orang terdekat saya juga menyarankan hal serupa. Namun, ini bukan keputusan yang bisa diambil dalam satu malam. Saya masih punya gairah, motivasi, dan semangat. Saya hanya harus berusaha untuk bisa menikmati kembali momen-momen berada di trek,'' ujar Marquez.
Gairah, semangat, dan motivasi menjadi modal yang tersisa dari Marquez untuk bisa melakoni musim ini. Modal itu kemudian ditambah dengan keinginan pebalap asal Barcelona itu untuk mengubah pendekatan dan gaya membalapnya. Pasca GP Inggris, Marquez mengaku berusaha jauh lebih tenang dan mengendalikan diri. Insiden terjatuh di GP Inggris, ujar Marquez, bukan hadir lantaran keinginanya untuk bisa memaksimalkan kemampuan motor RC213V.
Sesuatu yang kerap dilakukan Marquez, termasuk dengan mengambil resiko saat memasuki tikungan dan memacu motornya di atas trek. Fokus utama Marquez pada sisa musim ini adalah untuk bisa lebih menikmati balapan, dibanding merasa terbebani dengan catatan waktu.
Dengan begitu, Marquez berharap bisa kembali menemukan performa terbaiknya. Kendati begitu, kondisi fisik tetap menjadi salah satu penentu semua upaya yang dilakukan Marquez untuk bisa bangkit. Riwayat cedera yang begitu panjang membuat Marquez bukan lagi pebalap yang sama saat mengguncang kelas utama MotoGP sepuluh tahun lalu.
Di titik ini, kekhawatiran mantan pembalap asal Australia, Wayne Gardner, terasa masuk akal. Juara kelas 500 cc pada 1987 itu menyarankan Marquez untuk mundur dari ajang balapan motor. Marquez, ujar Gardner, tidak perlu membuktikan apa-apa lagi. Keberhasilan meraih enam gelar juara dunia MotoGP dinilai sudah cukup untuk menjadikan Marquez sebagai salah satu legenda balap. Belum lagi dengan berbagai torehan rekor, termasuk pebalap termuda yang pernah meraih gelar juara dunia MotoGP.
''Menurut pendapat saya, dia harus mundur selagi bisa. Saya merupakan salah satu penggemar beratnya, tapi saya khawatir dian akan terus terluka. Motor telah berkembang, begitu juga dengan kehadiran pembalap yang lebih muda. Dalam usia 30 tahun, dia sudah harus memiliki mentalitas yang berbeda,'' kata Gardner seperti dilansir Crash, beberapa waktu lalu.
Marquez rasanya tidak bisa terlalu berharap banyak untuk mengikuti karier panjang milik Valentino Rossi, yang memutuskan mundur dari gelaran MotoGP dalam usia 42 tahun.
Marquez mungkin bisa belajar banyak dari peraih dua gelar juara dunia MotoGP, Casey Stoner, yang memilih mundur dari pentas MotoGP dalam usia 27 tahun seusai merasa kesulitan untuk bersaing.