Cerita Erick Thohir, Kunci Rumah Jadi Harapan Sang Ayah

Membuka pintu rumah juga bermakna membuka harapan akan hidup yang lebih baik.

Antara/Dhemas Reviyanto
Menteri BUMN Erick Thohir (kiri) menyapa peserta yang mengikuti Akad Massal KPR BTN di perumahan Puri Delta Tigaraksa, Tangerang, Banten, Selasa (8/8/2023).
Rep: Dian Fath Risalah Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir tak pernah lupa dengan cerita sang Ayah, Mochammad Thohir tentang rumah pertama yang dibeli keluarganya di Tebet, Jakarta Selatan. Menurut Erick, hunian yang dibeli sang Ayah saat itu tidak jauh lebih baik dibandingkan hunian subsidi yang menjadi program pemerintah saat ini. 

Baca Juga


Erick menuturkan, pria asal Lampung Tengah kelahiran 1935 itu sudah pergi merantau dari Lampung ke Jawa saat masih berusia 10 tahun. Usai lulus SMP, sang ayah merantau ke Surakarta, Jawa Tengah, dengan menggunakan kereta demi melanjutkan studinya di sekolah tingkat tinggi.

Usai lulus sekolah, bos Astra itu merantau ke Jakarta untuk mencari kerja bersama sang Istri. Keduanya pun tak langsung membeli rumah, tapi menyewa kamar kos-kosan. Baru setelah Garibaldi Thohir atau Boy Thohir lahir, sang ayah membeli rumah mungil di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.

"Almarhum bapak saya H Mochamad Thohir itu merantau, lalu beliau membeli rumah pertama yang kecil bersama ibu dan kakak saya. Beliau cerita kepada saya, bahwa sebuah kunci rumah itu mengajarkan saya dengan kata-kata: Bahwa rumah itu ketika dibuka, rumahnya, bukan hanya rumah, tapi harapan (agar) lebih maju lagi," tutur Erick saat meresmikan Akad Massal Serentak KPR BTN di Perumahan Puri Delta Tigaraksa, Tangerang, Banten, Selasa (8/8/2023). 

Karena, sambung Erick, ketika memilih hunian pun harus dipertimbangkan keadaan dan kondisi sekitar. Sebab, lingkungan yang baik sangatlah penting dalam sebuah keluarga saat membangun manusia Indonesia yang maju.

"Kalau punya rumah, apalagi daerah layak tinggal, itu bisa membangun keluarga baik. Itu penting untuk membangun manusia Indonesia supaya kita bisa bersama-sama menjadi masyarakat baik. Tidak mungkin jadi karakter baik, anak baik, keluarga sejahtera tanpa pondasi pendidikan keluarga," jelas Erick.

"Hari ini membuktikan negara hadir, kita semua hadir sama-sama karena ingin memastikan Thohir-Thohir muda seperti almarhum bapak saya waktu masih muda. Punya kesempatan memiliki rumah," tambahnya.

Saat ini, lanjut Erick masih ada backlog alias kekurangan kepemilikan rumah sebesar 12,7 juta keluarga. Bahkan, 81 juta milenial harap-harap cemas ingin punya tempat tinggal.

"Makanya tadi saya lihat (saat akad KPR), bahkan ada yang usia 20 tahun sudah beli rumah. Artinya apa? Mereka tahu bahwa ini adalah kebutuhan yang sangat penting. Mereka punya uang sedikit, menabung lalu beli rumah. Nah, ini yang saya harapkan kepada generasi muda di era sosial media yang luar biasa hari ini, dimana lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan belanja dan gaya hidup, yang akhirnya kebutuhan yaitu memiliki rumah malah jadi tidak punya. Habis dipakai untuk hal-hal yang tidak berguna, hanya konsumtif," tutur Erick.

"Tadi seperti yang sudah saya sampaikan, Almarhum ayah saya Haji Mochamad Thohir itu merangkak. Ketika beliau membeli rumah pertama yang kecil," kata dia.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler