Buntut Bentrokan Muslim-Hindu, Beredar Surat Larangan Pedagang Muslim Masuk 50 Desa

Surat itu mengatakan Muslim harus menyerahkan dokumen identitas mereka kepada polisi.

AP
Keluarga-keluarga muslim di Gurugram, India diusir dan diminta untuk pergi dalam dua hari
Rep: Ratna Ajeng Tejomukti Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, MAHENDERGARH -- Setelah bentrokan di Nuh, India, pada 31 Juli dan ketegangan di bagian lain Haryana selatan, lebih dari 50 panchayat (pemerintah desa) di tiga distrik Haryana melarang masuknya pedagang Muslim. Ketiga distrik tersebut adalah Rewari, Mahendergarh, dan Jhajjar.

Selama beberapa hari terakhir, ketiga desa itu telah merilis surat dengan kata-kata yang identik. Dilansir di Times of India, Rabu (9/8/2023), surat-surat yang ditandatangani oleh para sarpanch (kepala desa) itu juga mengatakan umat Islam yang tinggal di desa harus menyerahkan dokumen identitas mereka kepada polisi.

Baca Juga



Sebagian besar warga di desa tersebut tidak memiliki penduduk dari komunitas minoritas, kecuali beberapa keluarga yang telah hidup selama tiga sampai empat generasi. "Kami tidak bermaksud menyakiti sentimen agama siapa pun," bunyi surat itu.

Hakim sub-divisi Narnaul Mahendergarh Manoj Kumar mengatakan dia belum menerima salinan fisik dari surat- surat tersebut, tetapi telah melihatnya di media sosial dan meminta kantor blok untuk mengirimkan pemberitahuan acara ke semua panchayat. Dia mengatakan surat tersebut melanggar hukum.

"Padahal kami belum menerima surat seperti itu dari panchayat. Saya mengetahuinya melalui media dan media sosial. Masyarakat minoritas bahkan tidak mencapai dua persen dari populasi di desa-desa ini. Semua orang hidup rukun dan pemberitahuan semacam itu hanya akan mengganggu hal tersebut," ujar dia.

Surat sarpanch Saidpur dikeluarkan karena adanya bentrokan Nuh adalah pemicu terbaru, tetapi desa itu telah mencatat beberapa kasus pencurian Juli lalu.

"Semua insiden mulai terjadi hanya setelah orang luar mulai memasuki desa kami. Tepat setelah bentrokan Nuh, kami mengadakan panchayat pada 1 Agustus dan memutuskan untuk tidak mengizinkan mereka masuk ke desa kami untuk menjaga perdamaian," kata Vikas.

Dia menambahkan mencabut surat...

Dia menambahkan mencabut surat itu setelah penasihat hukumnya mengatakan kepadanya bahwa adalah melanggar hukum untuk memilih sebuah komunitas berdasarkan agama.

"Saya tidak tahu bagaimana surat itu mulai beredar di media sosial. Kami telah menariknya," kata dia.

Menurut Vikas, Saidpur adalah desa pertama yang mengeluarkan surat itu dan yang lainnya menyusul. Seorang warga desa tetangga desa lain, Tajpur, mengutip berita kekerasan di Nuh dan desakan dari bade log (orang kuat) untuk mengeluarkan surat tersebut.

"Kami tidak punya masalah di sini. Tapi ada panggilan dan kunjungan dari bade log, yang mungkin mengarah ke hal itu," kata dia.

Dengan total 750 kepala keluarga, desa ini tidak memiliki satu pun keluarga dari masyarakat minoritas. Penduduk setempat juga mengatakan mereka tidak memiliki kekhawatiran seperti itu.

"Kami sama sekali tidak tertarik pada hal- hal yang bukan urusan kami," kata Rohtas Singh, sambil mengocok setumpuk kartu di bawah pohon peepal di depan kuil desa.

Mereka menjalani kehidupan yang sederhana dan damai. Mereka mengetahui apa yang terjadi di Nuh, tetapi kami tidak memiliki ketegangan komunal atau masalah keamanan di sini.

Skenario di Nuh telah menghentikan bisnis...

"Kami tinggal bersama. Kami mendengar tentang Nuh, tapi kami tidak tersentuh. Keluarga saya sudah empat generasi tinggal di sini. Ini rumah saya," kata Majid, seorang pedagang.

Seorang pegawai departemen kesehatan Shazeb mengatakan mereka tidak pernah memiliki perbedaan. "Agama tidak memengaruhi persahabatan kami. Kami tumbuh bersama," kata dia.

"Namun, skenario di Nuh telah menghentikan bisnis ini. Ada beberapa dari daerah yang tinggal di sini, tetapi mereka pergi untuk kembali ke keluarga mereka di Nuh," kata dia.

Bentrokan komunal yang terjadi di Haryana, India semakin memanas. Terbaru, otoritas disebut menangkap ratusan Muslim dan membuldoser rumah dan toko yang ada.

Salah satu korban adalah Abdul Rasheed. Ia mengatakan polisi menguncinya di dalam bus, saat sebuah buldoser menghancurkan toko-tokonya di negara bagian Haryana, India utara.

“Saya patah hati. Keluarga dan anak-anak saya bergantung pada sewa yang kami terima dari toko. Kami telah menyewakan toko untuk umat Hindu dan Muslim,” kata dia dikutip di Aljazirah, Selasa (8/8/2023).

Ia juga menambahkan pihak berwenang tidak memberi pemberitahuan atau menunjukkan perintah apa pun. Secara tiba-tiba mereka membuldoser semuanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler