Indonesia Bakal Jadi Anggota BRICS? Ini Untung Ruginya
Koalisi ini bisa menjadi sumber alternatif pembiayaan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Center of Economic and Law Studies (Celios) menilai, wacana Indonesia yang masuk anggota koalisi ekonomi BRICS yang terdiri atas Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan dapat menjadi alternatif pembiayaan secara terjangkau. Hal ini dapat menjadi salah satu opsi untuk melanjutkan pembiayaan infrastruktur bahkan transisi energi.
Direktur Celios Bhima Yudhistira mengatakan, Indonesia bahkan bisa mengambil kesempatan ikut debt forgiveness atau penghapusan utang misalnya dari China.
“BRICS dengan bank pembangunan barunya bisa tawarkan alternatif pembiayaan dengan bunga terjangkau, sehingga menjadi opsi misalnya untuk pembiayaan infrastruktur atau transisi energi. Bahkan, Indonesia bisa ambil kesempatan ikut debt forgiveness atau penghapusan utang misalnya dari China. Utang Indonesia kan banyak ya dengan China termasuk utang BUMN,” ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Rabu (9/8/2023).
Bhima menyebut bergabungnya Indonesia ke BRICS maka potensi kerja sama ekspor ke negara, seperti India, China, dan Brasil bisa lebih ekspansif.
“BRICS ini kan blok kekuatan ekonomi, negara yg tergabung didalamnya adalah mitra dagang potensial indonesia selama ini,” katanya.
Kendati demikian, Bhima menggarisbawahi hal-hal yang perlu dicermati Pemerintah Indonesia jika ingin bergabung dengan BRICS.
“Indonesia kalau gabung ke BRICS akan dianggap pro China-Rusia dan ini cukup problematik karena ada konsekuensi juga terhadap renggangnya hubungan ekonomi investasi dengan negara barat,” ujarnya.
Menurut Bhima, politik bebas aktif harus dijaga. Apalagi, perang Ukraina masih berlanjut. Khawatir ada hambatan dagang yang dibebankan ke indonesia dari negara seperti AS dan Eropa konsekuensi bergabung ke BRICS.
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah tak memberi jawaban pasti. “Akan disampaikan pada waktunya,” katanya ketika ditanya tentang kemungkinan Indonesia bergabung dengan BRICS, Selasa (1/8/2023).
BRICS dibentuk pada 2009 atas inisiatif Rusia. Tujuannya untuk mengembangkan kerja sama komprehensif antara negara-negara terkait. Kursi keketuaan BRICS tahun ini dipegang oleh China. BRICS kerap dipandang sebagai kutub perlawanan terhadap kelompok ekonomi G7 yang beranggotakan Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Jerman, Prancis, Italia, dan Jepang.
Menurut data IMF, pada 2022 lalu, total gabungan pendapatan domestik bruto BRICS telah mencapai 22,5 triliun dolar AS. Jumlah itu melampaui PDB G7 yang mencapai 21,4 triliun dolar AS. Negara BRICS kini dinilai menjadi aktor penting dan signifikan dalam memerangi pertumbuhan ekonomi serta konteks politik global.