UNHCR: 4 Juta Orang Mengungsi Akibat Krisis di Sudan

UNHCR khawatirkan layanan kesehatan terhadap pengungsi Sudan.

Donaig Le Du/UNICEF via AP
Empat juta orang dilaporkan mengungsi akibat krisis di Sudan.
Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Badan urusan pengungsi Perserikatan Bangsa-bangsa (UNHCR) mengatakan pada Selasa bahwa ada lebih dari empat juta orang mengungsi akibat krisis Sudan dan menyatakan kekhawatiran atas dampak konflik terhadap layanan kesehatan.

Baca Juga


"Di tengah meningkatnya jumlah pengungsi, UNHCR sangat prihatin mengenai menurunnya kondisi kesehatan di seluruh negeri, termasuk di kamp pengungsian," kata perwakilan dari UNHCR William Spindler dalam suatu pengarahan pers PBB di Jenewa, mengutip Anadolu, Rabu (9/8/2023).

"Situasi di dalam Sudan, di mana tim UNHCR berada, tidak dapat dipertahankan karena kebutuhan jauh lebih besar daripada apa yang dapat dilakukan manusia dengan sumber daya yang ada,” tambah Spindler.

Di wilayah Nil Putih, layanan kesehatan dan gizi di seluruh 10 kamp pengungsi sangat terdampak akibat kelangkaan obat-obatan utama, petugas kesehatan dan pasokan, kata dia. Selain itu, lebih dari 144 ribu pengungsi baru tiba dari Khartoum, yang bergabung dengan para pengungsi Sudan Selatan dan masyarakat setempat yang menggunakan klinik-klinik kesehatan.

Spindler menyatakan bahwa jumlah pengungsi tersebut termasuk 700.000 pengungsi dan pencari suaka yang melarikan diri ke negara tetangga, serta 195.000 orang Sudan Selatan yang terpaksa kembali ke negara asalnya. Dia menambahkan bahwa di dalam Sudan, lebih dari empat juta orang terpaksa mengungsi, termasuk 187 ribu diantaranya yang sudah tinggal di negara itu sejak awal krisis.

"Kebanyakan keluarga bergerak selama berminggu-minggu dengan sedikit persediaan makanan dan obat-obatan, dan ini meningkatkan angka gizi buruk, wabah penyakit, dan kematian akibat wabah masih terus menjadi perhatian," kata Spindler.

Dia menyoroti bahwa lebih dari 300 kematian dilaporkan, terutama di antara anak-anak berusia di bawah lima tahun, akibat cacar dan gizi buruk yang terjadi antara 15 Mei hingga 17 Juli. Kurangnya obat-obatan penting, petugas kesehatan dan pasokan mempengaruhi layanan kesehatan dan gizi. Selain itu, wabah kolera parah dan malaria diperkirakan terjadi pada bulan-bulan mendatang akibat banjir.

Sejak konflik pecah pada April, status kesehatan dan gizi para pengungsi yang datang dari Sudan ke Sudan Selatan dan Chad menurun cepat dan terus memburuk, kata dia. Spindler menambahkan bahwa situasi di seberang perbatasan sama buruknya.

Mengenai serangan terhadap tenaga dan institusi kesehatan, Christian Lindmeier dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan ada 53 serangan terjadi terhadap petugas kesehatan antara 15 April hingga 31 Juli.

Lindmeier meminta serangan terhadap tenaga kesehatan atau pelanggaran buruk atas hak asasi manusia untuk dihentikan dan mengatakan pekerja kemanusiaan membutuhkan jaminan keamanan dan keselamatan saat memberikan bantuan penting kemanusiaan dan kesehatan.

Sudan sejak April telah dirusak oleh pertempuran antara kelompok militer dan Pasukan Dukungan Cepat. Konflik itu menewaskan lebih dari tiga ribu warga sipil dan melukai ribuan lainnya, menurut tenaga medis setempat.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler