Israel Serbu Kamp Pengungsi Palestina di Kota Nablus

Pasukan Israel menghancurkan rumah seorang pria Palestina.

AP/Nasser Nasser
Orang-orang berdiri di sisa-sisa rumah seorang pria Palestina yang dituduh melakukan serangan penembakan mematikan awal tahun ini, di kamp pengungsi Askar di kota Nablus, Tepi Barat, Selasa, (8/8/2023).
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Pasukan Israel menyerbu kamp pengungsi Askar di Kota Nablus, wilayah pendudukan Tepi Barat. Mereka menghancurkan rumah seorang pria Palestina yang diduga terlibat dalam pembunuhan dua pemukim Israel Februari lalu.

Baca Juga


Menurut kantor berita Palestina Wafa, pasukan Israel mengepung rumah Abdelfattah Kharousheh pada Selasa (8/8/2023) dini hari dan meledakkannya enam jam setelah serangan itu.

Tentara Israel menuduh Kharousheh menembak mati dua pemukim Yahudi yaitu Halel Menachem Yaniv dan saudara laki-lakinya Yagel Yaakov Yaniv, pada Februari ketika mereka melewati Kota Huwara di Tepi Barat. Pasukan Israel membunuh Kharousheh selama penggerebekan di bulan berikutnya.

Sebelum pembongkaran, tentara Israel memaksa setidaknya 60 warga Palestina, termasuk 20 anak-anak  yang tinggal di sebelah rumah keluarga Kharousheh untuk meninggalkan rumah mereka dan menahan mereka di dalam masjid setempat. Serangan ini memicu konfrontasi sengit antara tentara Israel dan penduduk kamp.  

Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan, mereka menangani 185 kasus korban lemas akibat gas air mata, dan enam warga Palestina terluka, termasuk satu orang karena peluru tajam. Dalam sebuah pernyataan, militer Israel mengatakan, beberapa kerusuhan hebat dipicu oleh lemparan batu dan pembakaran ban.

“Selain itu, alat peledak dilemparkan, dan tembakan langsung ditembakkan ke pasukan, yang menanggapi dengan cara pembubaran kerusuhan," ujar pernyataan militer.

Beberapa pekan sebelumnya, pasukan Israel mengukur rumah putra Kharousheh sebagai persiapan untuk pembongkarannya. Israel menuduh putra Kharousheh membantu ayahnya dalam operasi tersebut.

“Kami teguh di sini terlepas dari semua yang dilakukan pendudukan (Israel),” kata istri Kharousheh, dilaporkan Aljazirah.

Kamp pengungsi Askar adalah salah satu kamp paling padat di Tepi Barat. Setidaknya 30 ribu warga Palestina tinggal di kamp itu. Israel secara teratur menghancurkan rumah-rumah warga Palestina yang dituduh melakukan serangan mematikan terhadap warga Israel, dengan alasan bahwa tindakan tersebut sebagai tindakan pencegahan.

Aktivis hak asasi manusia mengatakan, kebijakan tersebut sama dengan hukuman kolektif, karena dapat membuat non-pejuang, termasuk anak-anak, kehilangan tempat tinggal. 

Dalam sebuah pernyataan pada Selasa, Hamas mengatakan, taktik penghancuran rumah oleh Israel adalah kebijakan yang telah membuktikan kegagalannya untuk memadamkan perlawanan dan mempengaruhi moral para pejuang perlawanan dan keluarga mereka yang berjuang.

Sejak awal tahun lalu, kekerasan mematikan telah mengguncang Tepi Barat utara, bersamaan dengan munculnya kelompok bersenjata Palestina dan peningkatan operasi militer Israel, serta serangan yang terjadi hampir setiap malam di kota-kota Palestina.

Lebih dari 200 warga Palestina telah terbunuh tahun ini. PBB memperingatkan bahwa 2023 akan menjadi tahun paling mematikan bagi warga Palestina.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler