Kode untuk Gibran? Prabowo Ungkit Kisah Pemimpin Muda Brigjen Slamet Riyadi
Yang terpenting bukanlah usia, namun jiwanya.
REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Bakal calon presiden (capres) sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, angkat bicara terkait bergulirnya gugatan batas usia minimum capres dan cawapres di Mahkamah Konstitusi (MK). Penggugat diketahui meminta batas usia minimum diturunkan dari 40 tahun menjadi 35 tahun atau berpengalaman sebagai penyelenggara negara.
Seperti diketahui, malam sebelumnya, Prabowo sempat disodori nama Wali Kota Solo Gibran Rakabuming oleh relawan Bolone Mase sebagai calon wakil presiden (cawapres) nya di Pemilu 2024. Relawan pun menyebut Prabowo memberikan kesan positif.
Ditemui usai acara peringatan Hari Veteran Nasional (Harvetnas) di UNS, Kamis (10/8/2023), Prabowo buka suara soal usia Gibran yang belum mencukupi sebagai cawapresnya. Namun, ia menjawab yang terpenting bukanlah usai, namun jiwanya.
"Itu Slamet Riyadi waktu memimpin perjuangan umur 22 tahun bisa berhadapan di depan. Usia itu bukan usia, jiwanya yang penting," kata Prabowo.
Ditanya soal gugatan batas usia calon wakil presiden (cawapres) yang sekarang tengah bergulir di MK, Prabowo mengatakan untuk menanyakan kepada pihak terkait saja. Ia enggan banyak komentar menanggapi pertanyaan tersebut. "Gugatan ya tanya aja sana. Tanya aja, terima kasih," katanya.
Sementara itu, Prabowo juga sempat bercerita bagaimana kiprah Brigadir Jenderal (Anumerta) TNI Ignatius Slamet Rijadi ketika sambutan di depan para veteran yang menghadiri acara Harvetnas di UNS tersebut.
"Ada hal menarik, Kota Solo sangat ofensif dan peristiwa tadi Panglima Belanda datang berunding dengan komandan brigadir dari Indonesia," katanya.
"Perwira yang pangkat tertinggi di sekitar Solo Raya ini komandan brigadir. Kaget mereka, kok lo komandan brigadir anak kecil, umur 22 tahun, komandan brigade 22 tahun saudara-saudara, coba ini kita ingat artinya apa?" katanya menambahkan.
Prabowo menjelaskan dari kisah Brigadir Jendral Slamet Riyadi yang luar biasa sebagai pemimpin muda tersebut bisa diambil kesimpulan. Di mana usai pemimpin menjadi tak penting sebagai pembanding apabila sosoknya mempunyai tanggung jawab dan kepemimpinan yang besar.
"Artinya bapak-bapak kita waktu itu sangat muda, tapi punya rasa tanggung jawab yang besar, punya kepemimpinan yang besar. Bahkan Sumpah Pemuda kita Oktober 1928 yang merupakan salah satu tonggak awal dari perjuangan kemerdekaan kita juga dideklarasikan, disusun oleh anak-anak muda umurnya 20 tahun semua," tegas dia.
"Ini sejarah kita ini saya kira pelajaran bagi kita semua, jenderal kolonel Belanda datang berunding. Dia kira siapa ini panglimanya musuh, panglimanya republikan yang kita perangi selama sekian tahun saya ingin ketemu, tiba-tiba anak muda 22 tahun yang muncul, luar biasa," ungkapnya.