Gerindra: Kunci Penentuan Cawapres Ada di PKB-Muhaimin
Gerindra memastikan tidak akan meninggalkan PKB dan Muhaimin.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Andre Rosiade menyebut, penentuan sosok calon wakil presiden (cawapres) pendamping bakal capres Prabowo Subianto akan dilakukan lewat musyawarah yang melibatkan semua partai anggota Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). Dengan cara itu, keinginan setiap partai bisa didengarkan dan dipertimbangkan.
"Pemilihan cawapres tidak akan kita lakukan dengan cara voting, tetapi justru akan kita lakukan dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat sebagai bentuk kearifan bangsa Indonesia," kata Andre ketika dihubungi Republika.co.id dari Jakarta, Senin (14/8/2023).
Hal ini disampaikan Andre berhubungan dengan bergabungnya Partai Golkar dan PAN ke dalam KKIR yang dibentuk oleh Partai Gerindra dan PKB. Bertambahnya anggota koalisi membuat kandidat cawapres semakin banyak.
PKB ingin ketua umumnya, Muhaimin Iskandar yang jadi cawapres. PAN ingin kursi tersebut diserahkan kepada Erick Thohir. Golkar juga meminta kursi cawapres diberikan kepada kader terbaiknya.
Andre mengatakan, sosok yang nanti terpilih sebagai cawapres pendamping Prabowo dipastikan adalah orang yang disetujui seluruh partai anggota koalisi, baik partai parlemen maupun non-parlemen. "Tidak akan ada satu pun partai politik yang ditinggalkan atau diabaikan," ujarnya.
Kendati penentuan dilakukan lewat masyawarah, Andre menyebut PKB dan Muhaimin Iskandar adalah pihak yang akan berperan besar dalam pemilihan cawapres. Karena itu, dia menegaskan bahwa Prabowo ataupun Gerindra tidak akan meninggalkan PKB dan ketua umumnya itu.
"PKB dan Gus Muhaimin pasti tidak akan ditinggalkan. Justru mereka, PKB dan Gus Muhaimin, adalah yang memegang kunci siapa cawapres yang akan dipilih," kata Andre.
Ketika ditanya apakah ada kemungkinan sosok cawapres yang dipilih adalah nama yang bukan bagian dari partai koalisi, Andre enggan berspekulasi. "Jangan kita berandai-andai," ujar juru bicara tim pemenangan Prabowo pada Pilpres 2019 itu.
Kandidat cawapres Prabowo...
Terpisah, Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Golkar, Melchias Marcus Mekeng meminta kursi cawapres diberikan kepada partainya. Menurutnya, permintaan tersebut merupakan kehendak internal Golkar agar kader terbaik dari partai berlogo pohon beringin itu menjadi cawapres. "Kita minta kursi wapres diberikan ke Golkar," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id dari Jakarta, Senin.
Menurut Mekeng, posisi cawapres sudah sepatutnya diberikan kepada partainya karena Golkar adalah partai dengan jumlah kursi terbanyak di DPR dibanding partai lainnya dalam KKIR. Sebagai catatan, Golkar adalah pemilik kursi terbanyak kedua di Senayan setelah PDIP, yakni 85 kursi atau 14,8 persen.
Selain itu, lanjut Mekeng, Golkar adalah partai yang punya pengalaman panjang di pemerintahan alias sudah sering menempatkan kadernya sebagai pejabat eksekutif. "Dua hal itu merupakan alasan rasional mengapa kami minta kursi cawapres," ujarnya.
Adapun PAN mengaku optimistis bahwa Menteri BUMN Erick Thohir yang akan menjadi cawapres pendamping Prabowo. Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Yandri Susanto yakin pasangan Prabowo-Erick akan memenangkan Pilpres 2024 karena Menteri BUMN itu merupakan kandidat cawapres dengan elektabilitas tertinggi berdasarkan hasil sigi sejumlah lembaga survei.
Sementara itu, PKB tetap menginginkan ketua umumnya, Muhaimin Iskandar menjadi cawapres pendamping Prabowo. Tekat itu berlandaskan pada hasil Muktamar PKB di Bali beberapa waktu lalu.
Wakil Sekretaris Jenderal DPP PKB Syaiful Huda mengingatkan semua partai anggota KKIR agar menjadikan target memenangkan Pilpres 2024 sebagai pertimbangan utama dalam setiap pengambilan keputusan, termasuk ketika menentukan cawapres. Hal ini penting dilakukan supaya pengalaman kelam masa lalu tidak terulang, yakni Prabowo kalah berturut-turut dalam Pilpres 2014 dan 2019.
"Jadi pertimbangannya harus benar-benar peluang menang. Tidak sekadar jumlah kursi di parlemen, pasokan logistik, atau sekadar hasil survei. Tetapi benar-benar keseimbangan dari figur yang diusung, kekuatan logistik, hingga basis tradisional dukungan capres-cawapres yang akan diusung,” ujar Huda lewat keterangan tertulisnya, Senin.