Era 'Durian Runtuh' Berakhir, Ekspor Indonesia Terus Melemah 

Total nilai ekspor selama Juli 2023 capai 20,88 miliar dolar AS, turun 18 persen yoy.

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (28/12/2022). BPS mencatat total nilai ekspor selama Juli 2023 capai 20,88 miliar dolar AS, turun 18 persen yoy.
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Era winfall di mana Indonesia mendapatkan “durian runtuh” dari kenaikan harga komoditas ekspor yang mendorong surplus neraca perdagangan telah berakhir. Meski Indonesia masih mencatatkan surplus beruntun sejak 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor perlahan mengalami penurunan akibat penurunan harga dunia. 

Baca Juga


Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, total nilai ekspor selama Juli 2023 mencapai 20,88 miliar dolar AS, naik 1,36 persen dibandingkan Juni 2023 atau month to month (mtm) yang sebesar 20,6 miliar dolar AS. Namun, anjlok 18,03 persen dibandingkan Juli 2022 atau year on year (yoy) yang saat itu mencapai 25,47 miliar dolar AS. 

“Penurunan nilai ekspor melanjutkan tren sejak awal 2023 seiring menurunnya harga-harga komoditas di pasar global,” kata Plt Kepala BPS Amalidia Adininggar Widyastuti dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (15/8/2023).

Secara kumulatif Januari-Juli 2023, BPS mencatat total nilai ekspor mencapai 149,53 miliar dolar AS, anjlok 10,27 persen dibandingkan Januari-Juli 2022 sebesar 166,64 juta dolar AS.

Lebih detail, kinerja ekspor nonmigas hanya mencapai 140,47 miliar dolar AS, turun 10,76 persen dibanding periode sama tahun lalu yang sempat mencapai 157,41 miliar dolar AS. 

Sementara, ekspor migas Januari-Juli 2023 hanya 9,07 miliar dolar AS, turun 1,78 persen dari periode sama tahun lalu sebesar 9,23 miliar dolar AS. 

Amalia mengatakan, harga-harga komoditas utama Indonesia seperti minyak sawit mentah (CPO) maupun batu bara yang sempat tinggi tahun lalu juga menunjukkan penurunan harga yang berdampak pada nilai ekspor. 

“Era winfall telah berlalu,” katanya menambahkan. 

BPS mencatat, sepanjang Juli 2023 harga CPO mencapai 878,5 dolar AS per ton turun 16,86 persen yoy sedangkan batu bara 140,6 dolar AS per ton anjlok hingga 65,03 persen. 

Begitu pula untuk komoditas minyak mentah di mana harga kini mencapai 79 dolar AS per ton, turun 24,84 persen yoy serta gas alam yang hanya 2,6 dolar AS per ton, turun hingga 64,8 persen yoy. 

Dilihat berdasarkan negara tujuan ekspor, BPS mencatat tujuan utama masih dipegang oleh China dengan pangsa pasar 25,07 persen. Nilai ekspor ke China bulan Juli 2023 sebesar 4,93 miliar dolar AS, naik dari 7,52 persen mtm namun turun 1,97 persen. 

Adapun negara tujuan terbesar kedua, yakni Amerika Serikat sebesar 2,03 miliar dolar AS. Angka tersebut naik 4,07 persen mtm, tapi anjlok 18,97 persen yoy. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler