Harga Gabah Buat Petani Cirebon Senang, HKTI: Tertinggi 10 Tahun Terakhir
HKTI Cirebon memperkirakan harga gabah masih akan bertahan tinggi.
REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON — Harga gabah di tingkat petani wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, disebut masih tinggi. Kondisi ini membuat petani senang.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon Tasrip Abu Bakar menjelaskan, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani saat ini berkisar Rp 6.200-6.500 per kilogram. Sementara harga gabah kering giling (GKG) ada di kisaran Rp 7.000 per kilogram.
“Ini harga gabah tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Petani sangat senang,” ujar Tasrip kepada Republika, Selasa (15/8/2023).
Tasrip menilai, tingginya harga gabah ini berkaitan dengan kondisi cuaca ekstrem dan fenomena iklim El Nino. Bukan hanya di Indonesia, tapi dunia. Menurut dia, komoditas gabah atau beras menjadi sangat penting dalam kondisi tersebut karena menyangkut kebutuhan pangan masyarakat.
Karenanya, Tasrip memperkirakan harga gabah akan terus tinggi, bahkan mungkin mengalami kenaikan. Terutama diperkirakan pada Oktober sampai Desember 2023.
Saat ini, menurut Tasrip, area persawahan di Kabupaten Cirebon yang sudah panen gadu (musim kemarau) kebanyakan tersebar di wilayah timur, di antaranya di Kecamatan Losari, Babakan, Waled, Ciledug, dan Mundu.
Sedangkan di wilayah barat Kabupaten Cirebon tanaman padi rata-rata baru berumur sekitar 15-40 hari. Wilayah tersebut sebelumnya mengalami keterlambatan masa tanam akibat terdampak banjir. Adapun saat ini terkendala kurangnya pasokan air.
Tasrip mengatakan, produksi gabah pada musim tanam gadu kali ini memang lebih rendah dari biasanya. Hasil produksi disebut berkisar 6 ton per hektare, dari yang biasanya sekitar tujuh ton.
Penurunan produksi itu disebut akibat ganasnya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), terutama tikus. “Walaupun produksinya sedang, tapi petani tetap senang karena harga gabahnya mahal,” kata Tasrip.
Serapan Bulog
Menurut Tasrip, tingginya harga gabah di tingkat petani akan membuat Bulog kesulitan melakukan penyerapan. Pasalnya, harga di tingkat petani lebih tinggi dibandingkan harga pembelian pemerintah (HPP).
HPP GKP di tingkat petani ditetapkan Rp 5.000 per kilogram, HPP GKP di tingkat penggilingan Rp 5.100 per kilogram, HPP GKG di penggilingan Rp 6.200 per kilogram, dan HPP GKG di gudang Bulog Rp 6.300 per kilogram.
Untuk HPP beras di gudang Perum Bulog, dengan kadar air maksimum 14 persen, butir patah maksimum 20 persen, dan butir menir maksimum dua persen, ditetapkan Rp 9.950 per kilogram.
Pemimpin Perum Bulog Kantor Cabang Cirebon Imam Firdaus Jamal mengakui, tingginya harga di tingkat petani menghambat upaya penyerapan hasil panen yang dilakukan Bulog Cirebon. Penyerapan beras terakhir disebut dilakukan pada akhir Juli lalu.
Kondisi saat ini, menurut Imam, tidak masuk dalam HPP beras yang mencapai Rp 9.950 per kilogram. Bulog Cirebon disebut akan kembali berupaya melakukan penyerapan hasil panen petani jika harganya sesuai dengan HPP.
Meskipun ada hambatan dalam penyerapan, Imam menyebut stok di gudang Bulog dalam kondisi aman. “Untuk pengadaan kami sudah mencapai 82 ribu ton. Target prognosisnya 96.500 ton,” kata Imam.
Dari 82 ribu ton itu, ada yang sudah didistribusikan. Stok gudang-gudang milik Bulog Cirebon saat ini sekitar 54 ribu ton. Stok tersebut diklaim mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat hingga masa panen rendeng (musim hujan) mendatang. “Saat ini kami tinggal melakukan manajemen pengelolaan stok,” ujar Imam.
Hal itu di antaranya untuk memenuhi bantuan pangan. Bulog Cirebon menyatakan kesiapannya untuk memenuhi kebutuhan beras untuk program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga di pasar-pasar tradisional.