Ini 8 Srikandi Pejuang yang Menginspirasi Kemerdekaan
Srikandi pejuang kemerdekaan mengorbankan apa yang dimiliki untuk melawan penjajahan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bangsa Indonesia tahun ini merayakan ulang tahun kemerdekaannya ke-78. Untuk meraih hal ini, berbagai kalangan dari beragam latar belakang turut berusaha dan bahu membahu.
Di antara sejumlah sosok yang berjasa dibalik kemerdekaan ini, ada sejumlah Muslimah yang juga ikut mengerahkan pemikiran, ide dan tenaganya. Mereka terus bergerak agar mencapai kemenangan dan masa depan yang cerah.
Diambil dari berbagai sumber, berikut ini beberapa nama yang dimaksud:
1. Cut Nyak Dhien
Nama Cut Nyak Dhien sudah sangat dikenal sebagai pejuang dari Aceh. Ia termasuk yang berjuang dalam perjalanan melawan para penjajah secara langsung.
Dalam sejarah, sosok Cut Nyak Dhien disebut berhasil meningkatkan moral dan semangat masyarakat Aceh dalam melawan penjajah dari Belanda. Atas perjuangannya ini, pada 2 Mei 1962 ia ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
2. Opu Daeng Risaju
Berasal dari Sulawesi Selatan, Opu Daeng Risaju turut menantang penjajahan yang dilakukan Belanda. Ia membantu mobilisasi para pemuda yang melakukan perlawanan terhadap tentara NICA.
Muslimah ini dikenal dengan nama lainnya Famajjah. Semasa kecil ia belajar ilmu agama, seperti mengkaji Alquran dan mempelajari ilmu fiqih yang ditulis oleh tokoh penyebar agama Islam di Sulawesi Selatan, Khatib Sulaweman Datung Patimang.
Ia juga disebut tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Opu Daeng Risaju baru mengenal dan mempelajari bidang politik saat tergabung aktif sebagai anggota Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).
3. R.A Kartini
Lahir di Jepara, sosok Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat adalah pahlawan yang sangat dikenal memperjuangkan emansipasi wanita Indonesia kala itu. Salah satu landasan perjuangannya adalah ketimpangan sosial yang dirasakan perempuan dan laki-laki Jawa.
Ia lantas berjuang membela perempuan agar bisa mendapatkan hak yang sama, salah satunya adalah kebebasan mengenyam pendidikan. Karya-karya pemikiran dan perjuangannya yang lain diabadikan dalam sebuah buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.
4. Sultanah Safiatuddin
Lahir di daerah yang sama dengan Cut Nyak Dhien, Sultanah Safiatuddin juga merupakan salah satu pejuang kemerdekaan. Ia tercatat sebagai pemimpin wanita pertama di Kesultanan Aceh Darussalam, setelah suaminya Sultan Iskandar Tsani wafat pada 1641 M.
Selama masa kepemimpinannya, ada pro dan kontra yang timbul tentang hukum seorang perempuan memimpin Aceh. Namun, hal tersebut tidak melemahkan semangatnya untuk tetap menjaga masyarakat Aceh.
Selama Sultanah Safiatuddin memimpin, muncul ragam bentuk strategi pemerintahan, seperti mengembangkan ilmu pengetahuan, menjaga stabilitas politik di tengah kolonialisme bangsa barat, membuat sistem pemerintahan yang efektif, mengatur komunikasi politik, serta memberikan zakat kepada masyarakat yang membutuhkan.
Dalam hal menjaga martabat perempuan di Aceh, Sultanah Safiatuddin juga merancang beberapa strategi. Salah satunya dengan menyusun undang-undang khusus tentang wanita, serta strategi mengangkat kedudukan wanita.
5. Laksamana Malahayati
Keumalahayati atau akrab dikenal sebagai Laksamana Malahayati memiliki perjalanan perjuangannya sendiri. Dalam masa perjuangan melawan Belanda, ia diangkat sebagai laksamana oleh Sultan Aceh dan diamanahkan untuk memimpin pasukan Inong Balee.
Dalam sejarahnya, ia dikenal sebagai sosok perempuan yang ahli di medan perang. Tidak hanya itu, ia mahir mewakili Sultan Aceh untuk melakukan perundingan damai dengan pihak Belanda.
Atas jasanya tersebut, pemerintahan Indonesia memberi gelar pahlawan kepada Laksamana Malahayati mendapat pada 10 November 2017
6. Rasuna Said
Selanjutnya, sosok Muslimah yang perlu dikenal adalah Hajjah Rangkayo Rasuna Said, atau biasa dikenal Rasuna Said. Ia adalah pahlawan nasional yang memperjuangkan hak-hak wanita dan pentingnya kaum wanita dalam proses meraih kemerdekaan.
Sosok ini lahir pada September 1910 di Maninjau, Sumatera Barat. Untuk terus mengenang perjuangannya, pemerintah Indonesia menetapkan beliau sebagai pahlawan nasional sejak 1974.
7. Syekhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyah
Syekhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyah adalah sosok reformator pendidikan. Ia terus berjuang dan pantang menyerah mempertahankan Sekolah Diniyah Putri di Padang Panjang.
Meski namanya jarang terdengar, tetapi perjuangannya patut dikagumi dan dijadikan inspirasi. Semasa hidupnya, ia dikenal sangat teguh mendirikan sekolah diniyah bagi anak perempuan dan terus mempertahankannya.
Petinggi Universitas Al-Azhar Mesir dikabarkan pernah datang ke Padang dan menyempatkan diri berkunjung ke Sekolah Diniyah Putri milik Syekhah Rahmah pada 1955. Di kesempatan itu, petinggi Al-Azhar kagum dengan ide dan upaya Syekhah Rahmah atas sekolah yang dibangunnya.
Atas inspirasi tersebut, Universitas Al-Azhar akhirnya membuka Kulliyatul Lil Banat atau fakultas khusus untuk perempuan yang direalisasikan pada 1962. Syekhah Rahmah pun diberikan gelar kehormatan "Syekhah" oleh Universitas Al-Azhar. Bahkan, menurut informasi yang beredar ia menjadi wanita pertama yang mendapat gelar "Syekhah" dari Al-Azhar.
8. Siti Walidah
Siti Walidah atau akrab disebut Nyai Ahmad Dahlan adalah sosok pahlawan yang juga berperan aktif dalam berkiprah di ranah pendidikan, khususnya bagi perempuan. Bersama sang suami, KH Ahmad Dahlan, ia membangun sekolah-sekolah untuk masyarakat dan selanjutnya digunakan sebagai tempat untuk mencerdaskan masyarakat, dalam hal pendidikan agama ataupun umum.
Pada September 1971, berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia Nomor 042/TK/1971, Siti Walidah diangkat sebagai Pahlawan Nasional.