Radio, Rahasia Propaganda Efektif Nazi

Model pertama yang dijual kepada publik adalah VE301.

AP
Adolf Hitler
Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN – Nazi pada masanya paling jago menggunakan propaganda untuk mencapai tujuan-tujuan politiknya. Perangkat apa yang mereka gunakan? Mereka memanfaatkan keunggulan revolusi teknologi baru pada saat itu, yaitu radio. 

Baca Juga


Ketika pemimpin Nazi, Adolf Hitler memegang kekuasaan pemerintahan pada Januari 1933, radio hampir sama dengan internet pada masa sekarang. Medium baru yang sangat powerful dalam menyebarluaskan informasi. Nazi paham benar kekuatan radio. 

Sebab, melalui alat ini mereka mampu dengan cepat memengaruhi 70 juta warga. Namun, satu kendala mereka hadapi. Kala itu, harga radio mahal. Deutsche Welle, Jumat (18/8/2023) menyebut harga satu unit bisa lebih dari sebulan gaji. 

Untuk mengatasinya, maka tak lama setelah Hitler menjabat kanselir, Menteri Propaganda Joseph Goebbels mewajibkan produsen-produsen radio di Jerman menjual receiver radio dengan harga murah. Model pertama yang dijual kepada publik adalah VE301. 

VE301 merupakan gabungan kata Volksempfanger (radio rakyat), sedangkan angka di belakangnya merujuk tanggal saat Hitler menjadi kanselir Jerman, 30 Januari 1933. Pemerintahan Hitler menetapkan harga sebesar 76 Reichsmarks, yang terjangkau daya beli masyarakat. 

Pada German Radio Exhibition in Berlin, 18 Agustus 1933, sebanyak 100 ribu set terjual. Hingga kemudian, sekitar empat juta rumah tangga membayar biaya lisensi media publik. Hingga pertengahan Perang Dunia II, jumlahnya telah bertambah berkali-kali lipat. 

Biaya bulanan sebesar 2 Reichsmarks mengalir ke Kementerian Propaganda yang dipimpin Goebbels. Untuk meningkatkan pengaruhnya, awalnya siaran radio independen dikombinasikan dengan program kebijakan Gleichschaltung atau sinkronisasi. 

 

Sehingga mereka kemudian sejalan dengan kebijakan-kebijakan yang ingin disampaikan Nazi. Goebbels bahkan secara terang-terangan menyatakan, "Radio milik kami." Program siaran hanya ada dua, yaitu informasi lokal dan nasional. 

Awalnya, hanya bermula dengan hal standar, yaitu salam "Heil Hitler", lambat laun memberikan banyak porsi siaran kepada Hitler. Radio semakin penting posisinya saat dimulainya Perang Dunia II pada September 1939. 

Musik militer menggantikan musik dansa. Lalu ada laporan intens dari garis depan pertempuran. Ketika ada kabar buruk dari medan pertempuran, mereka menggantikannya dengan acara hiburan, seperti konser. 

Maka, Goebbels mengubah kekalahan Nazi pada 1943 di Stalingrad menjadi kampanye untuk mengobarkan perang lagi. Dalam pidato yang disiarkan di Berlin pada 18 Februari 1943, ia bertanya,’’Kalian ingin perang total?’’

Respons dari massa yang antusias dengan pidatonya menjawab, "Ya" dan mereka pun bertepuk tangan. Namun, propaganda Nazi juga pada akhirnya meredup. Dengan kekalahan perang yang diderita Jerman, warga Jerman mulai kehilangan kepercayaan pada radio nasionalnya. 

Banyak yang kemudian berpaling ke siaran radio luar negeri, seperti BBC. Namun mereka juga mesti melakukannya dengan sangat hati-hati, sebab pemerintah melarangnya. Mereka yang ketahuan mendengarkan siaran "stasiun radio musuh" menghadapi hukuman mati. 

Selain memanfaatkan radio, Hitler menulis buku berjudul Mein Kampf yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris My Struggle antara 1924 dan 1926. Buku ini dilarang oleh negara sekutu yang mengalahkan Jerman pada akhir Perang Dunia II. 

Buku ini menggambarkan ideologi Hitler yang membentuk dasar Nazisme dan kebencian terhadap Yahudi yang kemudian pada akhirnya memicu Holocaust. Buku ini menjadi sangat laris setelah ia menjadi kanselir pada 1933. 

Mein Kampf hingga 1945 terjual sebanyak 12 juta eksemplar dan diterjemahkan ke dalam 18 bahasa. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler