Pilot Ukraina Latihan Enam Bulan untuk Terbangkan Pesawat Tempur F-16

Pelatihan pilot enam bulan merupakan waktu minimum.

AP Photo/Alik Keplicz
Angkatan Udara Polandia menerbangkan pesawat buatan Rusia MiG-29 (atas) dan jet tempur F-16 di Radom, Polandia, 27 Agustus 2022.
Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV – Pelatihan pilot Ukraina untuk menerbangkan pesawat tempur F-16 telah dimulai. Pelatihan ini akan memakan waktu selama enam bulan atau bahkan lebih lama. Sebelumnya, AS mengizinkan Denmark dan Belanda mengirimkan F-16 ke Ukraina. 

Baca Juga


Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Reznikov pada Sabtu (19/8/2023) menyatakan, F-16 akan dikirimkan ke Ukraina ketika para pilotnya sudah selesai menjalani pelatihan. Ia menambahkan, pelatihan enam bulan merupakan waktu minimum. 

Ia tak tahu berapa lama melatih mekanik dan insinyur F-16. ‘’Maka, untuk membuat harapan masuk akal, ditetapkan waktu enam bulan, tapi jangan kecewa jika lebih lama,’’ katanya kepada anchor Kanal 24, Andriana Kucher, yang mengunggahnya di akun YouTube-nya. 

Menurut Reznikov, ia tak akan memberikan keterangan perinci kapan dan di mana pelatihan para pilot itu dilakukan. Pelatihan termasuk terkait bahasa teknis karena kalau hanya bahasa Inggris dasar yang biasa tak memadai. 

Sebelumnya, AS setuju pengiriman pesawat tempur F-16 ke Ukraina dilakukan dari Denmarka dan Belanda. Pengiriman ini bertujuan agar Ukraina mampu bertahan melawan Rusia, tak lama setelah pelatihan pilot F-16 selesai. Selama ini Ukraina ini memang meminta F-16.

Menlu AS Antony Blinken mengirimkan surat ke menlu Denmark dan Belanda, meyakinkan mereka bahwa permintaannya akan disetujui.

‘’Saya menulis surat untuk menyampaikan bahwa AS mendukung penuh keduanya untuk mengirim F-16 ke Ukraina dan melatih para pilot Ukraina oleh instruktur memenuhi syarat,’’ kata Blinken dalam surat kepada mitranya dari Denmark dan Belanda. 

Menurut Blinken, kondisi Ukraina masih mengkhawatirkan apakah bisa mempertahankan diri dan kedaulatan melawan agresi Rusia. Ia menambahkan, persetujuan dari AS akan membuat Ukraina diuntungkan karena memiliki kemampuan baru, menerbangkan F-16.

Denmark dan Belanda memang meminta jaminan....

 ‘’Kami menyambut keputusan AS memuluskan pengiriman F-16 ke Ukraina,’’ kata Menteri Luar Negeri Belanda Wopke Hoekstra melalui akun X-nya, Kamis (17/8/2023). ‘’Sekarang, kami akan membahas isu ini lebih jauh dengan mitra kami di Eropa.’’

Beberapa waktu terakhir, Denmark dan Belanda memang meminta jaminan dari AS. Dalam hal ini, AS mesti memberikan persetujuan pengiriman pesawat militer tersebut dari negara-negara sekutunya ke Ukraina. 

Koalisi 11 negara bulan ini akan memulai pelatihan pilot Ukraina untuk menerbangkan F-16 di Denmark. Pelaksan Menteri Pertahanan Denmark, Troels Poulsen pada Juli lalu menyatakan pihaknya akan bisa melihat hasil pelatihan pilot ini awal 2024. 

Denmark dan Belanda yang merupakan anggota NATO menjadi semacam inisiator internasional mendorong pelatihan pilot Ukraina agar bisa menerbangkan F-16. Termasuk juga pelatihan untuk staf, pemeliharaan pesawat, dan mendapatkan F-16 untuk Ukraina. 

Mei lalu, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte menyatakan negaranya serius mempertimbangkan untuk menyediakan pesawat tempur F-16, yang saat ini rencananya secara perlahan dilepas dari angkatan bersenjata mereka. 

Berdasarkan angka dari Kementerian Pertahanan Belanda, mereka kini memiliki dan mengoperasikan 24 pesawat tempur F-16, yang secara perlahan dilepas pada pertengahan 2024. Sedangkan 18 unit lainnya, saat siap dijual.

Presiden AS Joe Biden mendorong adanya program pelatihan pilot Ukraina untuk menerbangkan F-16, Mei lalu. Pelatihan dilakukan di Denmark tetapi pusat pelatihan didirikn di Rumania. 

Meski demikian, juru bicara Angkatan Udara Ukraina Yuriy Ihnat pada Rabu tengah malam lalu mengatakan Kiev belum akan bisa mengoperasikan F-16 pada musim gugur dan dingin ini. Sejumlah pejabat AS merespons soal F-16 ini. 

Secara pribadi mereka menyatakan, F-16 hanya akan memberikan dampak kecil dalam serangan balik saat ini. Pesawat tempur ini juga tak bisa dijadikan game changer jika akhirnya tiba di Ukraina dan kemudian digunakan dalam pertempuran udara melawan Rusia. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler