Rangkul 6 Anggota Baru, PM India: BRICS akan Lebih Kuat dan Efektif
Dengan tambahan 6 anggota baru maka total anggota BRICS saat ini menjadi 11 negara.
REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Perdana Menteri India Narendra Modi menyambut bergabungnya Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab (UEA), Iran, Ethiopia, dan Argentina ke koalisi BRICS. Menurutnya perluasan anggota akan memperkuat koalisi yang sebelumnya hanya beranggotakan Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan (Afsel) tersebut.
“Dalam rangka 15 tahun BRICS, kami telah mengambil keputusan untuk memperluas forum ini. India selalu mendukung penuh ekspansi ini. Ekspansi seperti ini akan membuat BRICS lebih kuat dan efektif,” tulis Modi lewat akun X (Twitter)-nya, Kamis (24/8/2023).
Presiden Afsel Cyril Ramaphosa telah mengumumkan bahwa BRICS akan menerima enam anngita baru. “Kami memutuskan untuk mengundang Argentina, Mesir, Republik Demokratik, Federal Ethiopia, Republik Islam Iran, Kerajaan Arab Saudi, dan UEA untuk menjadi anggota penuh BRICS. Keanggotaan akan berlaku mulai 1 Januari 2024,” ucapnya.
Dia mengungkapkan, keputusan untuk menerima enam negara tersebut sebagai anggota diambil secara konsensus. “Kami mengambil keputusan secara konsensus dan teleh menyetujui prinsip pedoman, standar, kriteria, dan prosedur eskpansi BRICS,” ujar Ramaphosa.
BRICS menggelar KTT ke-15 di Johannesburg, Afsel, pada Selasa hingga Kamis pekan ini. Sebelum dan selama KTT berlangsung, isu ekspansi keanggotaan telah berembus kuat. Afsel selaku tuan rumah sudah secara terbuka mendukung gagasan perluasan anggota BRICS. India, Brasil, dan Cina pun satu suara dengan Afsel.
Ramaphosa sempat menyampaikan bahwa lebih dari 20 negara telah mengajukan permohonan keanggotaan BRICS. Indonesia pun kerap disebut sebagai negara yang berminta bergabung dengan koalisi yang terbentuk pada 2009 itu.
Tak hendaki konfrontasi blok
Pada Selasa (22/8/2023) lalu Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva ke menyatakan dukungannya atas gagasan perluasan keanggotaan BRICS. Dia menginginkan agar BRICS dapat menjadi institusi multilateral. “Kami ingin BRICS menjadi institusi multilateral, bukan klub eksklusif,” ujar da Silva saat berbicara di KTT BRICS.
Kendati mendukung ekspansi keanggotaan, da Silva menekankan, BRICS tidak memiliki keinginan untuk menjadi penanding dari kelompok G7, G20, atau Amerika Serikat (AS). Sebagai koalisi dari negara-negara berkembang, BRICS, kata da Silva, memiliki tujuan 'mengatur' apa yang disebutnya negara-negara Selatan Global (Global South).
“Kami tidak ingin menjadi tandingan G7, G20, atau AS. Kami hanya ingin mengatur diri kami sendiri,” ujar da Silva.
Selain da Silva, Presiden Cina Xi Jinping juga telah menyampaikan bahwa koalisi BRICS akan secara aktif memperluas keanggotaannya. Dia pun berharap akan ada lebih banyak negara berkembang yang bergabung dalam mekanisme kerja sama BRICS.
“Kami akan menjalin kemitraan strategis BRICS yang lebih kuat, memperluas model ‘BRICS Plus’, secara aktif memajukan perluasan keanggotaan, memperdalam solidaritas dan kerja sama dengan negara-negara EMDC (emerging markets and developing countries) lainnya, mendorong multipolaritas global dan demokrasi yang lebih besar dalam hubungan internasional, serta membantu menjadikan tatanan internasional lebih adil dan setara,” ucap Xi dalam pidatonya di BRICS Business Forum yang digelar Selasa malam lalu.
Pada kesempatan itu Xi menyampaikan bahwa Cina telah dengan tegas menjunjung tinggi kepentingan bersama negara-negara berkembang serta berupaya meningkatkan keterwakilan dan suara EMDC dalam urusan global. Dia mengatakan BRICS merupakan hasil dari kebangkitan kolektif EMDC yang secara fundamental mengubah lanskap global.
Xi juga menjelaskan bahwa partisipasi puluhan negara dalam KTT BRICS bukanlah upaya untuk meminta negara-negara tersebut memihak atau menciptakan konfrontasi blok. “Ini adalah upaya untuk memperluas arsitektur perdamaian dan pembangunan,” ucapnya.