Duka Warga Kulit Hitam AS Menjadi Sasaran Kebencian Ras
Presiden Joe Biden menyatakan tidak ada tempat bagi supremasi kulit putih di Amerika.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Di sejumlah titik dan gereja, doa dipanjatkan untuk tiga warga kulit hitam, Jacksonville, Florida, yang dibunuh warga kulit Putih. Sekitar 200 orang menghadiri acara doa bersama pada Ahad (27/8/2023) malam dekat toko Dollar General, Jacksonville.
Di sana Ryan Palmeter (21) menembakkan senjatanya dan merenggut tiga nyawa warga hitam itu, Sabtu (26/8/2023). Ia membeli senjata itu secara legal. Cemoohan bergema di tengah doa bersama saat Gubernur Florida dari Partai Republik, Ron DeSantis, menyampaikan pidatonya.
DeSantis diketahui telah memperlonggar undang-undang kepemilikan senjata sehingga orang dengan lebih mudah mendapatkan senjata. Ia menjanjikan dukungan dana untuk keamanan di Edward Waters University.
Universitas ini dalam sejarahnya merupakan pilihan warga kulit hitam dan berdekatan dengan lokasi penembakan. DeSantis juga berjanji membantu keluarga yang kehilangan anggotanya akibat penembakan tersebut.
‘’Apa yang dia (pelaku penembakan) lakukan sepenuhnya tak bisa diterima di Negara Bagian Florida. Kita tak akan membiarkan orang dijadikan sasaran berdasarkan rasnya,’’ kata DeSantis seperti dilansir laman berita Aljazirah, Senin (28/8/2023).
Sherif TK Waters mengidentifikasi, tiga warga kulit hitam yang menjadi korban penembakan Palmeter. Dia adalah Angela Michelle Carr (52) yang ditembak beberapa kali di mobilnya, AJ Laguerre (19) pegawai toko yang berupaya melarikan diri.
Korban ketiga, yaitu pelanggan toko bernama Jerrald Gallion (29) yang ditembak saat berjalan menuju toko Dollar General. ‘’Dalam dua pekan, saya menyampaikan ceramah di pemakaman seseorang yang harusnya masih hidup,’’ kata Uskup John Guns.
Presiden Joe Biden menyatakan, penembakan itu terjadi di hari yang sama saat negeri ini merayakan 60 tahun March on Washington, lokasi pidato Martin Luther King Jr yang terkenal dengan kalimatnya, ‘’I Have a Dream’’.
‘’Kita harus menyatakan dengan jelas dan tegas, tidak ada tempat bagi supremasi kulit putih di Amerika,’’ katanya dalam pernyataan Ahad. Ia menambahkan, semua tak boleh menoleransi ada keluarga kulit hitam pergi ke toko atau siswa kulit hitam ke sekolah dalam ketakutan.
Ketakutan karena mungkin nyawa mereka melayang karena ditembak saat pergi ke toko atau sekolah. Biden berbicara ke Wali Kota Jacksonville, Donna Deegan dan Sherif Waters soal penembakan itu. Melalui telepon, ia mendukung penuh warga Jacksonville.
Peristiwa terbaru dari sejarah panjang pembunuhan atas dasar ras di Amerika terjadi pada Sabtu (26/8/2023) sore, setelah Ryan Palmeter memarkirkan kendaraannya di Edward Waters University. Palmeter mengenakan rompi antipeluru.
Petugas keamanan universitas melihat Palmeter dan parkir di dekatnya. Palmeter keluar dari kendaraannya dan petugas keamanan menyampaikan informasi ke kantor sherif Jacksonville yang juga mengirimkan peringatan ke petugas lain ketika serangan dimulai.
Menutup wajahnya dengan maskernya, Palmeter menggunakan senjata tangan dan senapan AR-15, yang tertara tanda swastika. AR-15, senuata semiotomatis selama ini biasanya digunakan dalam peristiwa penembakan massal.
Palmeter selama ini tak memiliki catatan kejahatan dan pada 2017 menjalani pemeriksaan kesehatan mental. Namun, polisi menjelaskan, dia kemudian keluar dan tak terlihat jelas latar belakang yang dimiliki Palmeter.
Palmeter tinggal bersama orang tuanya di suburban Jacksonville. Ia mengirimkan pesan kepada ayahnya saat penembakan dan meminta ayahnya untuk masuk ke kamarnya. Ayahnya itu menemukan catatan bunuh diri, keinginan, dan tulisan-tulisan rasialis.