Deteksi Kasus HIV/AIDS di Kota Tasikmalaya, Ibu Hamil Jadi Perhatian
Kasus HIV/AIDS disebut meningkat seiring masifnya pengetesan.
REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA — Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, melaporkan peningkatan kasus HIV/AIDS dalam beberapa tahun terakhir. Secara kumulatif sejak awal 2000-an hingga Juni 2023, KPA mendata 1.154 kasus HIV/AIDS di Kota Tasikmalaya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya Asep Hendra mengakui penambahan kasus HIV/AIDS meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut dia, adanya peningkatan itu dikarenakan pengetesan yang dilakukan lebih masif.
“Kalau dulu kan skrining dijatah. Sekarang kan diberikan alat pengetesan mencapai 11 ribu, jadi pengetesan lebih banyak dilakukan,” kata Asep, saat dikonfirmasi Republika, Senin (28/8/2023).
Menurut Asep, kasus HIV/AIDS tak bertambah secara signifikan. Jika dibandingkan dengan jumlah pengetesan, persentase ditemukannya kasus HIV/AIDS diklaim tak sampai angka satu persen.
Asep mengatakan, selain menyasar kelompok masyarakat rentan, ibu hamil menjadi fokus sasaran pengetesan HIV/AIDS di Kota Tasikmalaya. Dengan pengetesan, diharapkan dapat mencegah risiko penularan virus dari ibu hamil kepada bayinya.
“Kalau ditemukan, penanganan bisa cepat dilakukan. Kita terapi dengan antiretroviral. Apabila diberikan, anaknya bisa negatif. Alhamdulillah, beberapa yang kita dampingi, meski ibunya positif, anaknya bisa negatif,” kata Asep.
Menurut Asep, terapi itu juga dapat membantu menjaga kualitas hidup orang yang terkena HIV. Karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk memeriksakan diri. “Masyarakat bisa memeriksakan diri di puskesmas secara gratis. Kami punya banyak alat tes,” ujar dia.
Sebelumnya, Sekretaris KPA Kota Tasikmalaya Tarlan mengatakan, kasus HIV/AIDS di Kota Tasikmalaya cenderung menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu berdasarkan hasil survei KPA Kota Tasikmalaya di lapangan.
“Jumlah terakhir warga Kota Tasikmalaya yang tertular hingga Juni 2023 itu mencapai 1.154 orang. Sampai saat ini, hampir 600 orang di antaranya telah meninggal dunia,” ujar Tarlan.
Berdasarkan data terakhir, menurut Tarlan, tahun ini hingga Juni sudah terdata 68 kasus. Mayoritas yang terpapar disebut masih berusia produktif, yaitu 20 tahun-40 tahun. “Ada delapan orang ibu hamil yang positif HIV. Karenanya, kita semua harus terus waspada,” kata dia.
Tarlan mengimbau masyarakat menghindari perilaku berisiko penularan HIV, seperti seks bebas, yang masih menjadi faktor tertinggi. Begitu juga perilaku seksual menyimpang.