Disorot World Economic Forum, Ini Empat BUMN di Balik Proyek LRT Jabodebek
LRT digadang menjadi solusi bagi upaya menekan polusi udara di Jakarta.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lintas raya terpadu atau LRT kini telah menjadi kereta api ringan yang beroperasi di Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek). World Economics Forum (WEF) menyatakan bahwa LRT bukan hanya alternatif moda transportasi antimacet, melainkan juga solusi bagi upaya menekan polusi udara di Jakarta dan sekitarnya.
"(LRT) jaringan kereta layang terbaru di Jakarta dapat membantu kota ini bernapas dengan lebih mudah," demikian ditulis oleh akun Instagram WEF, Rabu (30/8/2023).
Bernapas dengan mudah dijadikan kata kunci oleh WEF karena berkaitan pada upaya Jakarta dan kota-kota di sekitarnya untuk menekan polusi udara. Kereta tanpa masinis yang disebut juga light rail transit (LRT) ini menghubungkan berbagai kawasan pada rentang jarak 41,2 kilometer (km) atau 25,6 mil.
Mengutip Reuters, WEF menyebutkan warga Jakarta Raya biasanya menggunakan Commuter Line atau kerap disebut kereta rel listrik (KRL) yang melayani jarak 418 km. Terdapat 1,2 juta penumpang yang dilayani KRL setiap harinya.
Semua hal positif yang dibawa oleh proyek LRT itu mendorong Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir untuk melibatkan lebih banyak perusahaan negara di dalam pengerjaan proyeknya. LRT dikerjakan ramai-ramai oleh empat perusahaan BUMN. Keempat perusahaan tersebut memiliki peran masing-masing yang berbeda.
Pertama, PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Kedua, PT INKA (Persero). Ketiga, PT Len Industri (Persero). Keempat, PT KAI (Persero).
ADHI menjadi pelaksana proyek pengerjaan prasarana LRT sejak 2015. ADHI berbekal penugasan langsung dari pemerintah yaitu Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2015. ADHI juga membangun depo dengan dasar penugasan Perpres Nomor 65 Tahun 2016 sebagai perubahan terhadap Perpres Nomor 98 Tahun 2015.
Sementara, INKA merupakan produsen 31 trainset (rangkaian) LRT, langsung dari pabriknya di Madiun. Rangkaian pertama telah mereka kirim pada Oktober 2019 hingga yang terakhir pada akhir 2021.
Adapun LEN mengurusi Sistem persinyalan dan operasional LRT Jabodebek. BUMN ini memang jagonya persinyalan kereta api sejak lebih dari 35 tahun.
Khusus untuk KAI, pemerintah menugaskannya sebagai operator penyelenggara LRT Jabodebek. Tugas itu tertuang dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2016 sebagai perubahan terhadap Perpres Nomor 98 Tahun 2015.
KAI ditugaskan untuk menyediakan, mengoperasikan, dan merawat sarana LRT. KAI juga bertanggung jawab menyelenggarakan sistem tiket otomatis.
"Semoga kontribusi BUMN ini dapat lebih memberi kenyamanan warga Jabodebek dan sekitarnya untuk bertransportasi. Dan semoga segera dapat menekan kemacetan dan polusi. Tinggal partisipasi masyarakat. Yuk naik LRT," ujar Erick.