Kesehatan Mental dan Tumbuh Kembang Anak

Menciptakan situasi yang nyaman di lingkungan keluarga merupakn fondasi awal terciptakan kesehatan mental anak. Sebab, anak merasa memiliki tempat yang aman untuk berbagi dan berlindung. Mari mengiringi langkah anak-anak kita dengan menjaga kesehatan

retizen /Wildan Pradistya Putra
.
Rep: Wildan Pradistya Putra Red: Retizen

Setiap anak merupakan anugerah. Meskipun anak dilahirkan dari rahim yang berbeda, di lingkungan yang berbeda, dan dibesarkan dengan cara yang berbeda-beda. Namun, setiap anak seharusnya memiliki hak-hak yang sama, dapat menempuh pendidikan, mendapatkan makanan yang bergizi, dapat hak untuk bermain, dan lain sebagainya. Bahkan, hak-hak anak telah tercantum dalam Undang Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.


Ilustrasi anak bermain (sumber: shutterstock)

Keluarga merupakan langkah awal seorang anak dalam mengarungi kehidupan. Orang tualah guru pertama yang mengajarkan fondasi dalam pembentukan karakter anak. Peran orang tua begitu penting dalam mendidik anak, meskipun tidak ada sekolah formal untuk menjadi orang tua yang baik. Pola pengasuhan orang tua kepada anak biasanya berpedoman dari pendidikan kakek nenek dari anaknya, pengalaman yang di dapat, dan keinginan orang tua untuk belajar ilmu parenting. Hal inilah yang menyebabkan setiap keluarga menerapkan pola dan aturannya sendiri dalam mendidik anak.

Setiap anak yang tumbuh besar dikeluarga seharusnya memiliki kesehatan mental yang baik. Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan mental adalah kondisi sejahtera seseorang, ketika seseorang menyadari kemampuan dirinya, mampu untuk mengelola stres yang dimiliki serta beradaptasi dengan baik, dapat bekerja secara produktif, dan berkontribusi untuk lingkungannya. Namun, menurut Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey 2022, 15,5 juta (34,9 persen) remaja mengalami masalah mental dan 2,45 juta (5,5 persen) remaja mengalami gangguan mental. Hal ini menunjukkan bahwa menjaga kesehatan mental anak masih perlu digaungkan.

Apabila anak memiliki masalah kesehatan mental, maka dapat berakibat tidak optimalnya tumbuh kembang anak. Selain itu, anak menjadi gampang stress, tidak percaya diri, dan sulit beradaptasi dengan lingkungan. Rasa trauma yang muncul saat perkembangan anak inilah yang dapat memengaruhi masa depan anak. Oleh karena itu, perlu langkah preventif agar kesehatan mental anak tidak terganggu.

Elly Risman, psikolog spesialis pengasuhan anak mengatakan, “karena yang berkembang adalah perasaan, anak usia dini harus jadi anak bahagia bukan jadi anak pintar.” Berdasarkan pernyataan tersebut menyiratkan pesan bahwa orang tua harus mengedepankan aspek emosional anak terlebih dahulu daripada aspek akademisnya. Hal ini artinya, orang tua harus lebih memahami keinginan anak dan mempu menciptakan lingkungan positif bagi anak.

Di samping hal tersebut beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk menjaga kesehatan mental anak, antara lain membantu anak memecahkan masalah, mendengarkan keluh kesah anak, dan memberikan apresiasi terhadap keberhasilan anak sekecil apapun itu. Menciptakan situasi yang nyaman di lingkungan keluarga merupakn fondasi awal terciptakan kesehatan mental anak. Sebab, anak merasa memiliki tempat yang aman untuk berbagi dan berlindung. Mari mengiringi langkah anak-anak kita dengan menjaga kesehatan mentalnya.

Wildan Pradistya Putra, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang

sumber : https://retizen.id/posts/234493/kesehatan-mental-dan-tumbuh-kembang-anak
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler