Ancang-Ancang Pertamina Hapus Pertalite Tahun Depan

Nantinya, Pertalite akan digantikan dengan Pertamax Green 92.

Republika/Putra M. Akbar
Petugas melayani pengisian BBM jenis Pertalite di Jakarta, Sabtu (3/9/2022). Pertamina berencana menghapus BBM Pertalite pada 2024.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Deddy Darmawan Nasution

Baca Juga


PT Pertamina (Persero) pekan ini mengungkapkan rencana menghapus BBM Pertalite bersubsidi mulai tahun depan. Ke depannya, Pertalite akan digantikan dengan Pertamax Green 92 dengan harga yang tetap mendapatkan subsidi dari pemerintah. 

Rencana itu diungkapkan oleh Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR, di Jakarta, Rabu (30/8/2023). Nicke menjelaskan, rencana penghapusan itu merupakan bagian dari program Langit Biru untuk menurunkan emisi gas rumah kaca.

Pada program Langit Biru Tahap 1, Pertamina telah menaikkan produk BBM subsidi dari BBM RON 88 Premium menjadi RON 90 Pertalite. Pada 2024, program Langit Biru dilanjutkan dengan menaikkan RON 90 ke RON 92 (Pertamax).

"Karena KLHK menyatakan oktan number yang boleh dijual di Indonesia minimum 91,” kata Nicke dalam rapat tersebut. 

Namun, Nicke menjelaskan, Pertamina sekaligus akan mengubah Pertamax menjadi Pertamax Green 92. Meski dengan nilai oktan yang sama, produk yang akan diluncurkan itu lebih rendah emisi karena dicampur dengan bioetanol dari molases tebu. Pertamax Green 92 itu dibuat dengan pencampuran antara BB RON Pertalite etanol tujuh persen atau E7. 

“Jadi, mohon dukungannya, kami akan keluarkan lagi yang kita sebut sebagai Pertamax Green 92. Sebetulnya ini Pertalite kita campur dengan etanol sehingga naik oktannya,” kata dia. 

Dengan demikian, Nicke menuturkan, pada 2024 Pertamina hanya akan memiliki tiga produk gasoline. Yakni Pertamax Green 92, Pertamax Green 95 yang juga baru diluncurkan serta Pertamax Turbo dengan RON 98. Ihwal harga Pertamax Green 92, Nicke belum memberi penjelasan dalam rapat itu.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, belum mengiyakan apakah rencana Pertamina itu akan direalisasikan tahun depan karena masih dalam pengkajian. Namun, ia mengatakan, Pertamina memang terus mencari jenis BBM yang lebih ramah lingkungan.

“Ini kan begini, mau mencari jenis BBM yang ramah lingkungan, kalau oktan number makin tinggi, makin bagus bisa kurangi Nox dan Sox (emisi udara), ini masih dikaji,” kata Arifin di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (31/8/20230. 

Terlebih lagi, Arifin menuturkan, akan lebih baik bila bahan bakunya menggunakan campuran bahan bakar terbarukan seperti etanol untuk pembuatan Pertamax Green 92. Campuran etanol yang kini mulai diproduksi di Indonesia sekaligus akan mengurangi ketergantungan impor minyak mentah nasional. 

Direktur Celios, Bhima Yudhistira, menilai, kebijakan penanganan polusi udara saat ini terlihat saling bertabrakan. Di satu sisi ingin menggeser penggunaan kendaraan konvensional ke tenaga listrik. Di sisi yang lain, ingin mendorong BBM oktan tinggi yang notabene akan membuat masyarakat tetap nyaman dengan kendaraan BBM. 

“Penghapusan BBM Pertalite dan Pertamax subsidi justru akan membuat masyarakat makin tertarik membeli kendaraan BBM,” kata Bhima. 

Adapun, implikasi lainnya alokasi anggaran subsidi BBM berisiko melebar tahun depan dengan adanya skema baru ini. Ia menilai, seharusnya rencana itu dirapatkan dahulu dan dikaji secara mendalam. 

“Kalau tujuannya menekan polusi udara, berbagai negara yang sukses tekan polusi udara menitikberatkan pada transportasi publik. Seharusnya pemerintah kompak buat gratiskan selama tiga bulan seluruh moda transportasi publik di Jabodetabek,” ujarnya. 

Kemudian secara paralel, armada pengumpan atau feeder ke pemukiman padat penduduk ditambah, sehingga menjadi jawaban atas masalah transportasi di Indonesia. 

“Sambil jalan, program pensiun PLTU batubara yang mengepung Jakarta harus dimulai tahu ini, yang sudah tua usianya, teknologinya sudah usang, ya ditutup. Toh kita sedang oversupply listrik di Jawa-Bali,” ujarnya. 

 

 

 


Pertalite adalah BBM yang harganya hingga kini masih disubsidi pemerintah. Pada 3 September 2022, pemerintah pernah menaikkan harga BBM Pertalite. 

Saat itu, harga BBM Pertalite sebesar Rp 7.650 per liter naik menjadi Rp 10.000 per liter. Tak hanya BBM Pertalite, saat bersamaan harga Solar Subsidi juga mengalami kenaikan menjadi Rp 6.800 per liter dari yang sebelumnya Rp 5.150 per liter.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, subsidi BBM 2022 akan terjadi peningkatan di atas Rp 700 triliun jika tidak diintervensi oleh pemerintah. Hal ini mengingat ketidakpastian global akibat kenaikan harga minyak dunia mencapai 140 dolar AS per barel pada tahun lalu.

“Tanpa penyesuaian bisa mencapai di atas Rp 700 triliun. Ini memaksa pemerintah membatasi pembengkakan belanja subsidi dan kompensasi BBM,” ujarnya saat dilansir dari Youtube Rapat Paripurna DPR ke-4 masa persidangan I tahun sidang 2023-2024, Kamis (31/8/2023).

Menurutnya keputusan pemerintah itu tak terlepas dari perang Rusia versus Ukraina yang menyebabkan harga minyak dunia melejit di atas 100 dolar AS per barel. Sri Mulyani bercerita saat itu pemerintah memang tidak punya pilihan lain.

"Kami hargai seluruh fraksi DPR yang memahami posisi dilematis dan mendukung kebijakan pemerintah," ucapnya.

Sri Mulyani mengapresiasi wakil rakyat yang terus mengawal pemerintah dalam menetapkan kebijakan kompensasi penyesuaian harga BBM, termasuk melalui belanja bantuan sosial yang disalurkan ke masyarakat. Bendahara negara ini memastikan pemerintah berupaya merespons dengan tepat dinamika harga minyak dunia, utamanya imbas kondisi geopolitik.

"Pemerintah terus memantau dan mewaspadai pergerakan harga minyak dan mengantisipasi dampak, terutama yang berpotensi menghambat aktivitas ekonomi rakyat dan memberikan beban kepada kelompok paling rentan," ucapnya.

Sepanjang 2022, Kementerian Keuangan mencatat alokasi belanja subsidi dan kompensasi energi sebesar Rp 551,2 triliun. Padahal, awalnya sektor belanja ini dipatok hanya Rp 152,5 triliun pada anggaran pendapatan dan belanja negara 2022.

Realisasi ini naik tiga kali lipat. Bahkan alokasi subsidi dan kompensasi energi 2022 naik 192,7 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 188,3 triliun.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler