Ekonom: Rupiah Lesu Karena Data Consumer Spending AS Cukup Baik

Hari ini (rupiah) mungkin sedikit tertekan karena dolar AS rebound di pasar global.

ANTARA/Subur Atmamihardja
Teller memegang mata uang Dolar AS dan Rupiah di sebuah tempat penukaran uang, Jakarta, Rabu (6/7/2022).
Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom senior PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto menyatakan pelemahan rupiah dipengaruhi data consumer spending Amerika Serikat (AS) yang cukup baik sehingga menopang pergerakan dolar AS.

Baca Juga


"Hari ini (rupiah) mungkin agak sedikit tertekan karena dari globalnya dolar AS sedikit rebound. Data consumer spending Amerika cukup baik, menopang pergerakan dolar AS," ujar Rully dilansir Antara, Jakarta, Jumat (1/9/2023).

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi melemah 0,05 persen atau 8 poin menjadi Rp 15.238 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.230 per dolar AS.

Data Personal Consumption Expenditure (PCE) AS dikatakan meningkat menjadi 0,8 persen pada Juli 2023 secara month to month (MoM), lebih tinggi dari ekspektasi sebesar 0,7 persen.

Meninjau sentimen dari dalam negeri, pasar disebut menunggu data inflasi yang akan diumumkan pada hari ini. "Kami perkirakan inflasi akan sedikit mengalami kenaikan pada Agustus 2023 dibanding Juli 2023. Kami perkirakan naik menjadi 3,37 persen year on year (YoY)," ungkap Rully.

Dolar AS menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena data PCE AS terangkat kembali terhadap data yang lemah awal pekan ini.

Menurut Departemen Perdagangan AS, belanja konsumen yang menyumbang lebih dari dua pertiga aktivitas ekonomi AS meningkat 0,8 persen bulan Juli 2023, sehingga mencapai tingkat tertinggi dalam setengah tahun terakhir.

Indeks PCE menunjukkan bahwa harga meningkat 0,2 persen secara bulanan dan 3,3 persen secara tahunan. Indeks PCE inti, yang tidak termasuk makanan dan energi, menunjukkan harga meningkat 0,2 persen dari bulan sebelumnya dan 4,2 persen untuk 12 bulan yang berakhir pada Juli. Hal ini sesuai dengan ekspektasi para ekonom.

Selain itu, jumlah orang AS yang mengajukan tunjangan pengangguran turun 4 ribu menjadi 228 ribu pada pekan yang berakhir 26 Agustus 2023. Rata-rata pergerakan klaim dalam empat pekan meningkat sebesar 250 menjadi 237.500.

 

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler