Pengamat: Rupiah Berkonsolidasi Setelah Menguat Terhadap Dolar AS
Mata uang rupiah melemah sebesar 12 poin atau 0,08 persen.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menyatakan rupiah berkonsolidasi setelah beberapa hari terakhir menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
“Jadi, hingga penutupan mungkin (rupiah) masih bertahan melemah,” ujar dia ketika dihubungi Antara, Jakarta, Jumat (1/9/2023).
Pada penutupan perdagangan hari ini, mata uang rupiah melemah sebesar 12 poin atau 0,08 persen menjadi Rp 15.242 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp 15.230 per dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat turut melemah ke posisi Rp 15.252 dari sebelumnya Rp 15.237 per dolar AS.
Menurut dia, pasar sedang menunggu data tenaga kerja AS versi pemerintah pada malam ini yang mungkin dapat memberikan gambaran jelas kepada pasar perihal kondisi ketenagakerjaan di AS.
“Situasi ketenagakerjaan merupakan data penting bagi Bank Sentral AS dalam mengambil keputusan moneter. The Fed mengatakan bahwa inflasi sulit turun bila situasi ketenagakerjaan di AS masih solid,” ungkap Ariston.
Semalam, data klaim tunjangan pengangguran mingguan memberikan sinyal kondisi tenaga kerja di AS masih cukup baik. Data dirilis lebih rendah dari ekspektasi 228 ribu dengan klaim 235 ribu.
Senior Economist PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto mengatakan pelemahan rupiah dipengaruhi data consumer spending AS yang cukup baik sehingga menopang pergerakan dolar AS.
Data Personal Consumption Expenditure (PCE) AS dikatakan meningkat menjadi 0,8 persen pada Juli 2023 secara month to month (MoM), lebih tinggi dari ekspektasi sebesar 0,7 persen.