Pengamat: Manuver Cak Imin Buat Gempa Politik di 3 Koalisi
Pengamat sebut manuver Cak Imin gandeng Anies membuat gempa politik di tiga koalisi.
REPUBLIKA.CO.ID, SOLO – Dosen komunikasi politik Fisipol UGM, Nyarwi Ahmad, menyebut manuver partai Nasdem membuka peluang bagi Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sebagai cawapres berpasangan dengan Anies Baswedan akan memberikan dampak potensial di kancah perpolitikan nasional.
"(Manuver Nasdem dan Cak Imin) sangat potensial menimbulkan gempa politik yang cukup besar. Tidak hanya dalam blok koalisi perubahan dan persatuan saja, namun juga di blok koalisi partai-partai pengusung Prabowo Subianto," kata Nyarwi melalui keterangan tertulis, Jumat (1/9/2023).
Kendati berpotensi memicu riak besar, manuver tersebut tak akan menggoyang fondasi Gerindra dan PDIP. Namun, masih berpengaruh pada perubahan komposisi di setiap partai pendukung capres.
"Meski demikian, kecil kemungkinan koalisi perubahan persatuan ataupun blok-blok koalisi lainnya, khususnya blok koalisi yang dinakhodai oleh Partai Gerindra dan blok koalisi yang dinakhodai oleh PDIP akan bubar. Kemungkinan terbesar yang ada di masing-masing blok koalisi tersebut hanya perubahan komposisi partai-partai pendukungnya saja," katanya.
Menurut dia, kemungkinan dampak manuver tersebut akan berpengaruh dari segi elektoral, baik untuk Prabowo, Anies, hingga Ganjar. Namun, hal tersebut harus lebih dulu melihat hasil survei yang lebih akurat.
"Kemungkinan-kemungkinan seperti itu bisa terjadi pada bulan ini dan beberapa bulan mendatang. Tentu kita perlu melihat efek dari manuver Cak Imin dan Nasdem ini dengan data-data survei yang lebih akurat," katanya.
Menurut dia, bergabungnya PKB ke Koalisi Perubahan yang diinisiasi Nasdem sangat terbuka. Apalagi jika Cak Imin mendapatkan tawaran tiket cawapres dari Nasdem dan Anies Baswedan. Dampaknya, manuver tersebut akan menggoyang dua koalisi sekaligus.
"Ini tentu membawa konsekuensi politik lanjutan. Jika Cak Imin benar-benar gabung ke Nasdem mengusung Anies, maka sangat besar peluangnya terjadi perubahan komposisi blok koalisi partai-partai kubu Prabowo dan juga blok koalisi perubahan dan persatuan (KPP) sendiri," ungkapnya.
"Manuver Cak Imin ini mengguncang dua blok koalisi sekaligus, koalisi partai-partai pendukung Prabowo dan sekaligus partai-partai yang selama ini menominasikan Anies sebagai Capres," katanya menambahkan.
Apalagi, jika Partai Demokrat lepas dari koalisi perubahan persatuan (KPP) akan membuka kemungkinan mencari mitra koalisi lainnya. Hal tersebut juga bisa memicu terjadinya blok koalisi baru.
"(Misalnya) Sandiaga Uno peluangnya kecil untuk mendapatkan tiket cawapres Ganjar Pranowo, bisa juga akan mendorong PPP untuk mencari mitra koalisi dari partai-partai lainnya yang bisa menawarkan tiket cawapres atau bahkan capres. Bahkan masih terbuka peluangnya untuk bersama-sama dengan Partai Demokrat membangun blok koalisi baru. Meski keduanya masih belum aman memenuhi syarat presidential threshold. Namun, kemungkinan ini, masih terbuka untuk terjadi," ungkapnya.
Di sisi lain, pihaknya menjelaskan jika mengacu pada sejumlah data survei elektabilitas Anies masih tertinggal cukup jauh dari Prabowo maupun Ganjar. Mayoritas data-data survei tersebut juga menunjukkan elektabilitas Cak Imin juga masih sangat rendah. Namun, Cak Imin yang memiliki basis pendukung inti yang sangat kuat di Jawa Timur dan Jawa Tengah membuka peluang mengerek elektabilitas Anies.
"Jika keduanya dipasangkan, bukan tidak mungkin daya elevasi elektabilitas Anies meningkat cukup tajam. Dua provinsi (Jateng-Jatim) dengan basis NU yang sangat kuat. Dari data-data survei yang ada, elektabilitas Anies di kedua provinsi ini sangat rendah, tertinggal jauh dibandingkan Ganjar dan Prabowo. Di sini, peluang Cak Imin untuk membantu akselerasi elektabilitas Anies Baswedan di kedua provinsi ini masih terbuka lebar," katanya.
Terlepas dari hal tersebut, Nyarwi menilai langkah manuver politik Nasdem dan Cak Imin sangat cerdik. Begitu juga dengan momentum yang diambil keduanya.
"Momentum yang mereka pilih untuk bermanuver juga cukup tepat, dimana manuver ini dijalankan beberapa pekan setelah PAN dan Golkar bergabung ke koalisi blok pengusung Prabowo dan setelah acara perayaan ulang tahun PAN yang ke-25 kemarin," katanya.