Sebut Indonesia Seperti Supermarket, Mendag: Semua Barang Impor Ada!
Indonesia bak supermarket yang menyediakan berbagai produk impor bagi konsumen.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan tak menampik Indonesia telah menjadi negara pasar yang amat terbuka bagi berbagai produk dari berbagai belahan dunia. Ia pun menyebut, Indonesia bak supermarket yang menyediakan berbagai produk impor bagi konsumen.
“Kita memang sudah jadi supermarket. Kurang ini, impor. Sudah biasa. Cabai kurang, impor. Lengkeng kurang, impor. Terigu dari (impor) dua juta ton sekarang sudah 13 juta ton,” kata Zulkifli dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR, Senin (4/9/2023).
Lebih lanjut, menteri yang akrab disapa Zulhas itu menyebut, perilaku importasi bahkan sudah seperti menjadi kebiasaan. Ketika pemerintah melarang impor, oknum-oknum melakukan penyelundupan barang melalui pintu-pintu tikus yang lemah dalam penjagaan.
Namun, ia pun memaklumi, penyelundupan itu memang menjadi salah satu kelemahan dari negara kepulauan seperti Indonesia karena banyak jalur pemasukan yang mungkin tak terlacak oleh petugas bea cukai.
“Baru-baru ini baju bekas impor. Tidak boleh, nyelundup. Minuman apa saja, makanan apa saja ada di tempat kita, mungkin karena kepulauan banyak jalan tikusnya, pintunya juga banyak,” katanya.
Di tengah Indonesia yang telah menjadi pasar bagi banyak negara, Zulhas menilai keberterimaan produk Indonesia di negara mitra dagang tak dinilai tak imbang. Ia mencontohkan seperti perdagangan ekspor Vietnam ke Uni Eropa yang lebih besar empat kali dari Indonesia. Begitu pula Thailand ke Uni Eropa yang tiga kali lebih tinggi dari ekspor nasional.
Sementara, Indonesia masih terganjal untuk bisa meningkatkan ekspor karena perundingan perjanjian dagang Indonesia-EU CEPA yang juga belum rampung meski telah sembilan tahun dibahas bersama. Itu sebabnya kata Zulkifli, pemerintah saat ini kian gencar menyelesaikan perundingan-perundingan perjanjian dagang dengan sejumlah mitra.
“Saya tekuni betul soal ini, karena Indonesia ini negara sangat terbuka, yang tidak masuk ke Indonesia tidak ada, apa saja ke tempat kita. Tentu, imbangannya (produk) kita harus diterima negara-negara itu,” kata Zulhas.