Sejarawan Ungkap Gambaran Masjidil Haram dan Masjid Al Aqsa Sebelum Peralihan Kiblat

Masjid Al Aqsa kiblat pertama umat Islam sebelum Kabah di Masjidil Haram

AP Photo/Mahmoud Illean
Kompleks Masjid Al Aqsa. Masjid Al Aqsa kiblat pertama umat Islam sebelum Kabah di Masjidil Haram
Rep: Nidia Zuraya Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Berdasarkan nilai sejarah ini, Masjid Al Aqsa  menjadi tempat suci ketiga umat Islam setelah Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Apalagi, Masjid Al Aqsa  juga pernah menjadi kiblat pertama umat Islam sebelum datang perintah Allah kepada Rasulullah SAW untuk mengarahkan  kiblatnya ke Baitullah (Kabah) di Masjidil Haram.

Baca Juga


Dalam beberapa keterangan disebutkan, ketika Allah SWT memerintahkan sholat menghadap ke Masjid Al Aqsa , hal itu dimaksudkan agar umat Islam dalam shalatnya menghadap ke tempat yang suci, bebas dari berbagai macam berhala dan sesembahan.

Ketika itu, kondisi Masjidil Haram masih belum berupa bangunan masjid. Sedangkan Kabah, masih dipenuhi berhala-berhala yang jumlahnya mencapai 309 buah dan senantiasa disembah oleh orang Arab sebelum kedatangan Islam.

Selain itu, bila pada masa tersebut Rasulullah SAW melaksanakan sholat yang menghadap ke Masjidil Haram, hal itu akan membanggakan kaum kafir Quraisy. Kaum Quraisy akan menganggap bahwa Rasulullah SAW juga menyembah berhala-berhala mereka yang ada di Kabah. Inilah salah satu hikmah sholat umat Islam pada masa awal, masih menghadap ke Baitul Maqdis atau Masjid Al Aqsa.

Baca juga: Kecemburuan Hafshah, Putri Umar Bin Khattab yang Memicu Turunnya Ayat Alquran

Ketika Isra Miraj terjadi, baik Masjidil Haram maupun Masjid Al Aqsa , sebenarnya masih belum berupa bangunan masjid seperti yang ada pada bangunan masjid saat ini. Di Masjidil Haram hanya ada bangunan Ka’bah, sedangkan di Masjid Al Aqsa  hanya ada Qibatush Sakhra. Saat itu, Al Shakhra masih berupa batu di atas gundukan tanah (bukit Moria) yang dipenuhi debu.

Bila kemudian Alquran menyebut bangunan dalam kompleks Baitul Maqdis sebagai masjid, adalah karena Alquran berpegang pada satu pandangan bahwa seluruh tempat ibadah agama tauhid disebut dengan nama masjid.  Hal ini karena seluruh agama yang didakwahkan para nabi, pada awalnya adalah merupakan agama tauhid.

Baca juga: 10 Peringatan dan Bahayanya yang Diabadikan dalam Alquran untuk Umat Manusia

Meski demikian, menelisik sejarah dari keberadaan Masjid Al Aqsa  ini, tak bisa dilepaskan dari sejarah keberadaan Baitul Maqdis atau Al Haram As-Syarif. Ibn Al-Firkah, sejarawan berdarah Arab, dalam bukunya Baith Alnufus ila’Ziyarat Al-Quds Al Mahrus, menyebutkan Sam bin Nuh adalah pendiri Kuil Yerusalem yang dalam bahasa Arab disebut Baitul Maqdis atau Rumah Suci.

Upaya memelihara Baitul Maqdis ini kemudian dilanjutkan nabi-nabi dari Bani Israil. Antara lain, oleh Nabi Ya'qub AS, Nabi Dawud As yang menjadi raja di Yerusalem dan juga Nabi Sulaiman. Bahkan, Nabi Sulaiman menyempurnakan Baitul Maqdis dengan mendirikan Haekal (kuil) Sulaiman I atau Baitallah. Pada bagian kuil tersebut, diletakkan batu hitam bernama Sakhrah Muqaddasah.  

Hadits riwayat Bukhari dan Muslim... 

Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Dzar RA. Dia bertanya kepada Rasulullah Saw tentang masjid pertama yang dibangun di muka bumi, Rasul menjawab: ‘Masjid al-Haram.’ Abu Dzar kemudian bertanya lagi, ‘Selanjutnya masjid apa?’. Rasulullah menjawab, ‘Masjid Al-Aqsha’.  Abu Dzar kemudian bertanya, ‘Berapa lama jarak pembangunan keduanya?’ Rasulullah SAW berkata, ‘40 tahun. Lalu Allah menjadikan bumi ini bagi kalian sebagai masjid. Oleh karena itu, kapan pun waktu sholat, lakukanlah sholat di atasnya, karena dia memiliki keutamaan’.”

Meski demikian, pembangunan Masjid Al Aqsa  dalam bentuk yang seperti sekarang ini, sebenarnya dilakukan pada masa awal Kekhalifahan Bani Umayyah. Hal ini didasari pada kesaksian Arculf, seorang biarawan Galiam, yang berziarah ke Palestina pada 679-682 dan dikuatkan oleh tulisan dari ulama Yerusalem, Al-Mutahhar bin Tahir Al-Maqdisi.

Analisis atas panel dan balok kayu yang diambil dari bangunan masjid selama renovasi di tahun 1930-an, menunjukkan bahwa kayu-kayu dalam bangunan masjid berasal dari kayu cedar Libanon dan Cyprus. Penanggalan radiokarbon menunjukkan berbagai macam usia, beberapa di antaranya setua abad ke-9 SM, yang menunjukkan bahwa beberapa kayu tersebut sebelumnya telah digunakan pada bangunan-bangunan yang lebih tua.

Baca juga: Kecemburuan Hafshah, Putri Umar Bin Khattab yang Memicu Turunnya Ayat Alquran

Kompleks Baitul Maqdis saat ini berbentuk persegi dengan luas area di sekitarnya mencapai 144 ribu m2. Kawasan ini dapat menampung sampai dengan 400 ribu jamaah. Sedangkan bangunan Masjid Al Aqsa  berukuran 272 kaki (83 meter) dan lebar 184 kaki (56 meter). Dengan luas tersebut, bagian dalam Masjid Al Aqsa  dapat menampung sampai 5.000 jamaah. 

Masjid ini memiliki empat menara di sisi selatan, utara, dan barat. Awalnya hanya ada dua menara di bangunan ini. Menara pertama dikenal sebagai Al-Fakhariyyah dan menara kedua dikenal dengan nama Al-Ghawanimah. Namun, gubernur Mamluk di Suriah, Tankiz, pada tahun 1329 memerintahkan pembangunan menara ketiga yang kemudian disebut menara Al-Silsilah, dan menara keempat yang disebut Al-Asbat.       

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler