Beredar Foto Pertemuannya dengan Anies dan JK, Ini Penjelasan Budiman Sudjatmiko
Pertemuan itu diketahui di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Politikus PDI Perjuangan Budiman Sujatmiko menjelaskan pertemuan bersama Jusuf Kalla dan Anies Baswedan secara kebetulan di lounge Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Ia menerangkan, pertemuan itu terjadi pada 18 Agustus lalu.
"Pagi-pagi saat kami mau ke Semarang. Kami berpapasan dengan rombongan Pak Anies, Pak JK dan Pak Sugeng Suparwoto. Saya bersama Pak Hasyim, Pak Noel dan beberapa yang lain," katanya di Jakarta, Rabu (6/9/2023).
Hal itu disampaikan Budiman usai kegiatan diskusi publik di rumah relawan pemenangan Prabowo, Jakarta. Saat menyampaikan klarifikasi itu, Budiman didampingi Hashim Djojohadikusumo dan Ketua Relawan Prabowo Mania 08 Immanuel Ebenezer alias Noel.
"Tidak ada pembicaraan lain," ucapnya.
Budiman juga mengingatkan sejumlah pihak, agar tidak menafsirkan pertemuan itu secara berlebihan. Apalagi, ada yang menganggap pertemuan itu, sebagai agenda untuk menjatuhkan pihak tertentu.
"Itu hanya pertemuan, lalu foto-foto. Namun, saat ini narasinya kan seolah-olah ingin mengeroyok," katanya menegaskan.
Sebelumnya, beredar foto pertemuan beberapa elite politik nasional di antaranya politikus senior Golkar Jusuf Kalla, bakal calon presiden Anies Baswedan, politikus Nasdem Sugeng Suparwoto, mantan politikus PDI Perjuangan Budiman Sujatmiko, politikus Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo, Ketua Relawan Prabowo Mania 08 Immanuel Ebenezer alias Noel dan Sudirman Said.
Budiman Sudjatmiko diketahui sudah dipecat dari keanggotaan PDIP menyusul dukungannya kepada bakal capres Prabowo Subianto. Peneliti Banten Institute for Governance Studies (BIGS) yang juga Pengamat Kebijakan Publik dan Politik Dr Harits Hijrah Wicaksana menyatakan pemecatan terhadap Budiman Sudjatmiko bisa berdampak efek domino bagi PDI Perjuangan.
"Kami berharap Megawati Soekarnoputri perlu mempertimbangkan pemecatan kepada kadernya itu," kata Harist di Lebak, Senin pekan lalu.
Pemecatan Budiman itu bisa berdampak efek domino bola panas dan bola liar serta tidak tertutup kemungkinan kader-kader lainnya yang tidak sependapat dengan prinsip partai dipastikan beralih ke calon Presiden Prabowo dan tidak mendukung Ganjar Pranowo. Apalagi, ujar dia, saat ini momentum suhu politik memanas menghadapi Pemilu 2024.
Dengan demikian, Budiman tiba- tiba beralih ke Prabowo sebagai capres yang didukung Partai Gerindra, Golkar, PAN dan PKB tentu itu menjadikan pertanyaan besar. Kemungkinan besar ada prinsip yang mendasar kekecewaan Pak Budiman dengan garis partai Megawati, di mana dulu setelah gabung dengan PDI Perjuangan dididik secara habis-habisan sebagai kader yang militan hingga dua kali sebagai partai pemenang.
Melihat kasus tersebut tentu Budiman yang membela PDI Perjuangan, secara spontan membutuhkan perhatian dan penghargaan yang menjadikan dasar prinsip. Pada dasarnya, kata dia, manusia sudah terpenuhi kebutuhan materi tentu yang diharapkan penghormatan dan penghargaan.
Perhatian dan penghargaan itu macam-macam dan bisa saja dengan bentuk etika juga adab sopan santun serta bisa saja jika mereka kesulitan dan membutuhkan pertolongan tentu harus dibantu dengan diberikan porsinya yang lebih. Budiman secara material dan keperluan jabatan tidak begitu antusias, meskipun dekat dengan Presiden Joko Widodo.
"Kalo ingin jabatan tentu sangat mudah, karena mereka cukup dekat dengan Presiden Jokowi," katanya menjelaskan.