Singapura Bakal Impor 50 Persen Listrik Rendah Karbonnya dari Indonesia

Singapura telah menargetkan impor empat Gigawatt listrik rendah karbon pada 2035.

AP Photo/Mast Irham
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong (kiri) dan istrinya Ho Ching tiba untuk jamuan makan malam di KTT Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di Jakarta, Indonesia, Rabu, (6/9/2023).
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Singapura telah menyetujui untuk mengimpor listrik bersih rendah karbon dari Indonesia sebesar dua gigawatt. Adapun penyediaan listrik tersebut akan dipasok oleh sejumlah perusahaan swasta yang saat ini tengah mengembangkan listrik ramah lingkungan. 

Baca Juga


“Dengan gembira saya umumkan bahwa Energy Market Authority Singapura telah memberikan persetujuan bersyarat untuk impor listrik rendah karbon sebesar dua Gigawatt dari Indonesia ke Singapura,” kata Wakil Menteri Perdagangan dan Industri Singapura, Tan See Leng dalam Indonesia Sustainibility Forum (ISF) di Jakarta, Jumat (8/9/2023). 

Tan menuturkan, perjanjian itu nantinya akan diteken bersama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif sebagai komitmen pemerintah kedua negara dalam perdagangan listrik rendah karbon.

Lebih lanjut, Tan menyampaikan, Singapura telah menargetkan impor empat Gigawatt listrik rendah karbon pada 2035. Dengan adanya komitmen tersebut, 50 persen kebutuhan impor itu akan disuplai langsung dari Indonesia. 

Kerja sama itu, lanjutnya, akan menjadi kerangka kerja yang kuat untuk memfasilitasi proyek-proyek komersial dalam pengembangan energi karbon sekaligus perdagangan listrik lintas batas dan interkoneksi kedua negara. 

“Ini merupakan bukti kemitraan jangka panjang dan komprehensif serta ambisi bersama untuk menemukan peluang yang memungkinkan masyarakat kita untuk sejahtera bersama,” katanya menambahkan. 

Adapun sebelum perjanjian kedua negara, dalam forum ISF telah diteken perjanjian antar perusahaan yang akan menjalin kerja sama perdagangan listrik. Dari pihak Indonesia yakni konsorsium Pacific Medco Solar Energy, PT Adaro Clean Energy Indonesia, serta PT Energi Baru TBS. 

Adapun, dari pihak Singapura yakni Seraphim Solar System, LONGi Solar Technology, IDN Solar, Sungrow, serta PT Huawei Tech Investment. 

“Secara kolektif, perusahaan-perusahaan tersebut diusulkan untuk memasang sekitar 11 Gigawatt kapasitas Solar PV dan 21 Gigawatt penyimpanan energi baterai di Indonesia,” ujarnya.

Oleh karena itu, ia menekankan, kerja sama perdagangan listrik itu tidak sebatas jual beli kedua negara. Namuan sekaligus akan menumbuhkan industri listrik bersih di Indonesia, salah satunya pabrik Solar PV untuk energi listrik berbasis surya. 

Deputi Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin, menyampaikan, kerja sama antar perusahaan itu merupakan kelanjutan dari kesepakatan tertulis yang telah diteken kedua pemerintah pada Maret 2023 lalu. 

“Kami berharap kerja sama ini akan menciptakan peluang bagi Indonesia untuk menciptakan peluang bagi Indonesia menjadi pemain utama industri Solar PV,” katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler