Mayoritas Penduduk Beragama Islam, Maroko Miliki 51 Ribu Masjid
Masjid di Maroko mencapai 51 ribu.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berita bencana gempa bumi yang menimpa Maroko, Jumat (8/9/2023) kemarin, meninggalkan duka mendalam, tidak hanya bagi masyarakat setempat. Sejumlah doa dan belasungkawa disampaikan penduduk dunia, agar negara dengan bentuk monarki konstitusional ini segera bangkit.
Gempa berkekuatan 6,8 skala Richter tersebut dilaporkan merusak sejumlah bangunan tua dan bersejarah, termasuk masjid sebagai rumah ibadah umat Islam. Setidaknya ada dua masjid yang dilaporkan terdampak, yaitu Masjid Tinmel di pegunungan High Atlas dan Masjid Koutoubia di kota bersejarah Marrakesh.
Negeri dengan julukan Seribu Benteng itu memiliki sejarah panjang akan Islam. Islam pertama kali dibawa ke Maroko pada 680 oleh invasi Arab di bawah Uqba ibn Nafi, yang adalah seorang jenderal yang melayani Damaskus di bawah Bani Umayyah.
Saat ini, persentase penduduknya yang merupakan Muslim adalah 98,7 persen dari total populasi 37 juta. Sisanya merupakan mereka yang memeluk agama Yahudi.
Dilansir dari berbagai sumber, dengan jumlah Muslim yang banyak ini, Maroko tercatat memiliki sekitar 51.000 masjid. Salah satu masjid terbesar dan termegahnya adalah Masjid Hasan II yang dibangun tahun 1980 di Casablanca.
Tidak hanya itu, negara ini juga memiliki sejumlah perguruan tinggi Islam yang menjadi rujukan Muslim dari seluruh dunia. Salah satunya adalah Universitas Hassan II Casablanca (UH2C), yang berdiri pada 1975. Mulanya, univeristas ini merupakan cabang dari Universitas Mohamed V di Rabat.
Nama universitas ini diambil dari nama seorang raja terkemuka di Maroko, Raja Hasan II, yang memimpin Maroko dari 1961-1999. Institusi pendidikan ini memiliki lima Fakultas di dua kota berbeda. Fakultas Hukum, Sosial, Ekonomi, Fakultas Kedokteran, Fakultas Sains berada di Ain Syuq, sedangkan Fakultas Sastra dan Humaniora di Casablanca.
Kampus Islam lainnya yang bisa menjadi tujuan pendidikan adalah Universitas Mohammed V (UM5). Kampus ini resmi berdiri pada 1957 dan diresmikan oleh Raja Muhammad V, sekaligus raja pertama Maroko seusai merdeka dari penjajahan Prancis.
Pada 1993 universitas ini membuka dua cabang yakni Universitas Mohammed V Agdal dan Universitas Mohammed V Souissi. UM5 menjadi universitas terbaik kedua di Maroko tahun 2022 versi UniRank.
Universitas Quaraouiyine, Institut Dar Al-Hadits Al-Hissaniyah, Universitas Cadi Ayyad (UCA), Universitas Al Akhawayn, Universitas Sidi Mohamed Ben Abdellah (USMBA), Univeristas Ibnu Zohr (UIZ), Universitas Ibn Tofail, serta Uinversitas Moulay Ismail merupakan beberapa nama perguruan tinggi Islam lainnya yang ada di negara tersebut. Banyak di antara kampus ini yang membuka dirinya bagi mahasiswa internasional.
Dengan kondisi lingkungan yang hijau, subur, asri dan indah, pariwisata menjadi salah satu sumber ekonomi bagi negara ini. Bahkan, negara dengan Ibu Kota Rabat ini juga dikenal sebagai salah satu destinasi wisata religi yang paling sering dikunjungi umat muslim.
Salah satu kota yang paling sering dikunjungi adalah Kota Marrakech, dengan dua area terpisah dan mencolok perhatian, yaitu Kota Medina dan Gueliz.
Di kota ini juga terdapat beberapa bangunan ibadah agama, selain masjid. Bahkan, terdapat masjid yang letaknya berhadap-hadapan dengan gereja. Hal ini dimaknai sebagai simbol toleransi beragama di negara tersebut.
Wisata religi lainnya yang bisa dikunjungi adalah Istana Bahia. Bahia memiliki makna jelita, sama seperti gaya arsitektur yang diterapkan pada bangunan tersebut, yang memiliki 160 ruangan di dalamnya.
Selain itu, Maroko memiliki satu nama jalan yang unik dan familiar bagi bangsa Indonesia dan bisa dijadikan salah satu destinasi wisata. Nama presiden Soekarno dijadikan sebagai salah satu nama jalan di Kota Rabat.
Jalan ini diresmikan pada 1990 oleh Raja Muhamed V, sebagai tanda terima kasih sudah menyelenggarakan KTT Asia Afrika di Bandung pada 1995. Dengan jalinan persahabatan dan persaudaraan yang baik, pelancong asal Indonesia disebut bisa masuk ke negara tersebut bebas visa selama tiga bulan.
Selama di Maroko, maka belum sah jika tidak mencicipi makanan khasnya. Kuliner negara ini banyak dipengaruhi kebudayaan Arab, Maghrebi, Yahudi, Berber, Andalusia dan Afrika.
Salah satu makanan yang wajib dicicipi adalah Couscous, yaitu hidangan nasional Maroko yang wajib ada di setiap restoran. Makanan ini terbuat dari tepung semolina yang ditaburi air, lalu dibentuk menjadi biji-biji kecil menggunakan saringan.
Selanjutny ada Pastilla, yang dikenal juga sebagai b'stilla atau bastilla, yang merupakan kue isi khas Maroko. Kue ini bercita rasa manis dan gurih, diisi dengan campuran daging merpati atau ayam, telur, kacang almond, dan kayu manis. Makanan yang kerap disajikan untuk acara khusus ini dihidangkan dengan taburan, menggunakan kayu manis dan gula halus.