AS Khawatir Korut Benar-benar Jual Senjata ke Rusia
Kim dan Putin kemungkinan besar akan mendiskusikan penyediaan senjata bagi Rusia
REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah tiba di Rusia, media Jepang melaporkan pada Selasa (12/9/2023). Kim meninggalkan Pyongyang menuju Rusia pada Ahad (10/9/2023) lalu dengan menggunakan kereta pribadinya, sebagaimana dilaporkan media pemerintah Korut pada Selasa. Kim Jong Un didampingi oleh para pejabat tinggi industri persenjataan dan militer serta menteri luar negeri.
Kereta yang membawa Kim telah tiba di stasiun Khasan. Kota ini menjadi pintu gerbang kereta api utama ke Timur Jauh Rusia dari Korea Utara.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan bahwa pihaknya yakin Kim telah memasuki Rusia pada Selasa pagi. Kim yang disebut jarang bepergian ke luar negeri, hanya melakukan tujuh perjalanan ke luar negaranya dan dua kali melintasi perbatasan antar-Korea selama 12 tahun berkuasa. Empat dari perjalanan tersebut dilakukan ke sekutu politik utama Korut, Cina.
"Ini akan menjadi kunjungan penuh," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. "Akan ada negosiasi antara dua delegasi, dan setelah itu, jika perlu, para pemimpin akan melanjutkan komunikasi mereka dalam format empat mata," ujarnya.
Seorang pejabat di pemerintahan Khasan menolak untuk mengomentari laporan kedatangan Kim. Sementara itu, pejabat AS, yang pertama kali menyebut perjalanan Kim tersebut akan segera terjadi, mengatakan bahwa pembicaraan senjata antara Rusia dan Korea Utara secara aktif mengalami kemajuan.
Menurutnya, Kim dan Putin kemungkinan besar akan mendiskusikan penyediaan senjata bagi Rusia untuk perang di Ukraina.
Sementara itu, Presiden Rusua Vladimir Putin juga sudah tiba di Vladivostok pada Senin (11/9/2023), kantor berita Rusia TASS mengatakan. Ia dijadwalkan untuk menghadiri sesi pleno Forum Ekonomi Timur, yang berlangsung hingga Rabu (13/9/2023).
Peskov mengatakan bahwa pertemuan Putin dengan Kim akan dilakukan setelah forum tersebut, dan tidak ada konferensi pers yang direncanakan oleh para pemimpin, menurut kantor berita Rusia. Sampai saat ini, belum ada konfirmasi mengenai lokasi pertemuan atau apakah Kim akan menghadiri forum ekonomi tersebut.
Pyongyang dan Moskow membantah bahwa Korea Utara akan memasok senjata ke Rusia, di mana Moskow telah menghabiskan banyak sekali persediaan senjata selama lebih dari 18 bulan perang.
Washington dan sekutu-sekutunya telah menyuarakan keprihatinan mereka atas tanda-tanda kerja sama militer yang lebih erat antara Rusia dan Korea Utara yang bersenjata nuklir. Ini akan menjadi pertemuan puncak kedua Kim dengan Putin, setelah mereka bertemu pada tahun 2019 dalam perjalanan terakhirnya ke luar negeri.
Peskov mengatakan bahwa kepentingan nasional Rusia akan menentukan kebijakannya, demikian menurut kantor-kantor berita Rusia.
"Seperti yang Anda ketahui, dalam mengimplementasikan hubungan kami dengan negara-negara tetangga, termasuk Korea Utara, kepentingan kedua negara adalah hal yang penting bagi kami, dan bukan peringatan dari Washington," ujar Peskov.
Delegasi Pejabat Pertahanan
Delegasi Korea Utara termasuk anggota terkemuka partai yang menangani industri pertahanan dan urusan militer, termasuk Direktur Departemen Industri Amunisi Jo Chun Ryong, kata seorang analis, yang menunjukkan bahwa kunjungan itu akan fokus pada kerja sama industri pertahanan.
"Kehadiran Jo Chun Ryong mengindikasikan bahwa Korea Utara dan Rusia akan membuat beberapa jenis perjanjian untuk pembelian amunisi," kata Michael Madden, seorang ahli kepemimpinan Korea Utara di Stimson Center yang berbasis di Washington.
Wakil Menteri Luar Negeri Korea Selatan Chang Ho-jin, mantan duta besar untuk Rusia, mengatakan bahwa akan menjadi kepentingan Moskow untuk mempertimbangkan posisi internasionalnya setelah konflik Ukraina. Dan mengingat saat ini bahwa Korea Selatan telah membantu membentuk rezim nonproliferasi.
"Kerja sama militer akan melanggar resolusi Dewan Keamanan, apa pun yang dilakukan (Rusia) dengan Korea Utara," kata Ho-jin.
Pada hari Senin, Washington memperbarui peringatannya kepada Pyongyang untuk tidak menjual senjata kepada Rusia yang dapat digunakan dalam perang Ukraina. Washington juga mendesak Korea Utara untuk mematuhi janjinya untuk tidak menyediakan atau menjual senjata kepada Rusia.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa setiap transfer senjata dari Korea Utara ke Rusia akan melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB, yang melarang transaksi senjata dengan Korea Utara.
"Kami, tentu saja, telah secara agresif menegakkan sanksi kami terhadap entitas-entitas yang mendanai upaya perang Rusia... dan tidak akan ragu-ragu untuk menjatuhkan sanksi baru secara tepat," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, kepada para wartawan.
Korea Utara adalah salah satu dari sedikit negara yang secara terbuka mendukung Rusia sejak invasi ke Ukraina tahun lalu, dan Putin berjanji minggu lalu untuk "memperluas hubungan bilateral dalam segala hal dengan cara yang terencana dengan menyatukan upaya".
Dalam sebuah tampilan yang mencolok, Kim memberikan tur pribadi ke pameran senjata untuk Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu ketika dia mengunjungi Pyongyang pada bulan Juli lalu. Mereka berdiri bersama untuk menyaksikan parade militer yang menampilkan rudal balistik yang dilarang.
Rusia telah memberikan suara, bersama dengan Tiongkok, untuk menyetujui resolusi Dewan Keamanan pada akhir 2017 yang menghukum Korea Utara atas peluncuran rudal balistik dan uji coba nuklir.