Jungkook BTS Dulu tak Suka 1 Hal Ini dari Dirinya, Tapi Kini Punya Cara Jitu Mengatasinya
Alih-alih mencaci diri, Jungkook BTS berusaha mengatasinya.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Selama bertahun-tahun, para penggemar melihat Jungkook sebagai member BTS yang paling menonjol dengan semangat dan bakatnya. Namun, di balik penampilan dan kharismanya yang sempurna, terdapat perjalanan pribadi yang bisa membuat banyak orang terpesona.
Dalam wawancaranya baru-baru ini dengan DAZED, Jungkook berbagi tentang perjuangan dan konflik internal yang ia hadapi selama bertahun-tahun. Momen perenungan ini terjadi ketika masa hiatus BTS yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.
Pandemi telah berdampak pada penundaan seluruh konser BTS “Map of the Soul” yang sangat dinanti pada 2020. Para member BTS, tak terkecuali Jungkook, ternyata memanfaatkan momen ini untuk introspeksi.
Menurut Jungkook, masa istirahat ini lebih dari sekadar jeda dari kariernya yang sibuk. Baginya, ini ibarat undangan untuk menyelami bagian-bagian dalam dirinya yang selama ini tak disukai. Salah satu aspek tersebut adalah rasa malas, yang menurutnya membebani ambisi dan semangat kompetitifnya.
Yang menarik adalah bagaimana cara dia mengatasinya. Alih-alih terus mencaci maki diri atau berusaha menghilangkan sifatnya ini, ia memilih untuk menerima dan memahami. Dengan mengubah sudut pandangnya, Jungkook mulai melihat dirinya sendiri dengan cara yang baru, berfokus pada banyak hal positif dalam dirinya dan belajar untuk menerima dan merangkul dirinya yang sebenarnya.
“Daripada terus menyalahkan diri sendiri karena memiliki rasa malas, saya lebih memilih untuk menerima diri saya yang seutuhnya dan fokus pada apa yang bisa saya lakukan,” kata Jungkook seperti dilansir Koreaboo, Rabu (13/9/2023).
Apa yang dilakukan Jungkook memang sangat penting dilakukan di tengah tren hustle culture. Pesannya adalah tidak masalah untuk mengambil waktu istirahat, dan menerima semua sifat yang dianggap buruk sebagai suatu kesatuan utuh diri sendiri.
Kejujuran sang superstar dalam wawancara DAZED, bisa menjadi pengingat, pentingnya penerimaan diri dan pemahaman. Hal ini menyoroti gagasan bahwa keberhasilan bukan hanya tentang perjuangan tanpa henti tetapi juga tentang mengenali, mencintai diri, dan menerima segala kekurangan.