Keluarga Miliarder AS akan Kembalikan 33 Artefak Kamboja yang Dijarah

Situs arkeologis Kamboja mengalami penjarahan besar-besaran selama perang sipil.

Ekskavasi arkeologi, ilustrasi
Rep: Lintar Satria Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Keluarga miliarder pipa Amerika Serikat (AS) George Lindemann setuju mengembalikan 33 artefak Kamboja yang dijarah. Kantor Kejaksaan Agung AS menggambar keputusan ini "penting" bagi negara Asia Tenggara itu.

Baca Juga


Koleksi patung dewa, malaikat dan setan itu berasal dari abad ke-10. Pada Selasa (13/9/2023) Kantor Kejaksaan Distrik Selatan New York mengatakan patung-patung itu dijarah dari Koh Ker, kota suci kuno Kerajaan Khmer dan kuil Angkor Wat.

Dalam pernyataan keluarga Lindemann mengatakan keputusan pengembalian artefak itu dilakukan dengan sukarela. Pengacara keluarga tersebut belum menanggapi permintaan komentar.

Situs arkeologis Kamboja mengalami penjarahan besar-besaran selama perang sipil antara tahun 1960-an sampai 1990-an. Pemerintah Kamboja menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengembalikan barang-barang jarahan tersebut. Beberapa disebutkan dipamerkan di museum-museum AS.

Pada tahun 2021 AS mengembalikan 27 barang antik selundupan ke Kamboja. Termasuk patung Hindu dan Budha senilai 3,8 juta dolar AS dan tahun lalu mengembalikan 30 barang antik lainnya yang berusia lebih dari 1.000 tahun.

Pengacara yang memberikan saran mengenai repatriasi dan kepala tim penyelidikan, Bradley Gordon mengatakan artefak yang dimiliki keluarga Lindemann diperkirakan akan dikembalikan tahun ini. Ia  mengatakan ia mengetahui keluarga Lindemann menghabiskan 20 juta dolar AS untuk artefak tersebut.

Dalam pernyataannya Kementerian Kebudayaan dan Seni Rupa Kamboja mengatakan keputusan keluarga Lindemann untuk mengembalikan artefak tersebut memberikan “contoh yang sangat baik dan tepat bagi museum dan kolektor pribadi lainnya.”

Dalam pidatonya di depan Kamar Dagang Amerika pada bulan Juni, dua bulan sebelum menjadi pemimpin Kamboja, Perdana Menteri Hun Manet mengatakan barang-barang antik adalah harta nasional dan lebih dari sekedar peninggalan sejarah.

“Mereka adalah darah di pembuluh darah kita dan jiwa di hati kita yang membentuk identitas sebagai orang Khmer, warisan kita menentukan siapa kita dan akan menjadi siapa kita,” katanya.

Pihak berwenang AS menghabiskan lebih dari satu dekade berupaya menemukan artefak dari Kamboja dan sejauh ini telah memulangkan 65 artefak. Pada tahun 2019, pedagang seni Douglas Latchford didakwa melakukan penipuan dan kejahatan lain terkait penjualan artefak Kamboja, namun tuduhan tersebut dibatalkan setelahnya kematiannya. 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler