Warga Yogyakarta Diminta Waspada Cuaca Ekstrem Peralihan Kemarau ke Musim Hujan
Potensi cuaca ekstrem di Yogyakarta diperkirakan terjadi pada akhir Oktober.
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengimbau masyarakat mewaspadai cuaca ekstrem pada peralihan musim kemarau ke musim hujan. Potensi cuaca ekstrem diperkirakan terjadi pada akhir Oktober hingga pertengahan November 2023.
BMKG DIY memprediksi awal musim hujan akan terjadi pada November dasarian I 2023. Perkiraan awal musim hujan ini mundur dua sampai tiga dasarian dari kondisi rata-rata.
"Pada periode peralihan musim pada akhir Oktober sampai pertengahan November 2023, perlu diwaspadai cuaca ekstrem, seperti hujan lebat, angin kencang, puting beliung, dan potensi hujan es yang bisa terjadi pada periode tersebut," kata Kepala Stasiun Klimatologi BMKG DIY, Reni Kraningtyas, Jumat (15/9/2023).
Bagi pemerintah daerah dan masyarakat di wilayah rawan bencana, diimbau waspada menjelang maupun pada puncak musim hujan. Baik masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana banjir, tanah longsor maupun angin kencang.
"Dengan melakukan tindakan mitigasi bencana meliputi membersihkan saluran-saluran air, memangkas dahan pohon, memastikan kekuatan baliho-baliho di jalan raya, dan tindakan-tindakan mitigasi bencana lainnya," ucap Reni.
Puncak musim hujan di DIY diperkirakan akan terjadi pada Februari 2024. Sedangkan, akhir musim hujan di wilayah DIY diperkirakan pada pada April dasarian III hingga Mei dasarian I.
Selain itu, Reni juga mengimbau agar pemerintah daerah maupun masyarakat untuk lebih siap dan lebih antisipatif terhadap dampak potensi cuaca ekstrem yang dapat terjadi. Terutama yang berada di wilayah-wilayah rawan bencana.
Selain itu, pemerintah daerah dan masyarakat juga diminta antisipasi dampak dari musim hujan yang mundur dari kondisi rata-rata. Terlebih, musim kemarau tahun 2023 ini cenderung lebih kering dari tahun-tahun sebelumnya.
"BMKG mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat luas untuk lebih siap dan antisipatif terhadap dampak musim hujan 2023/2024 yang cenderung mundur dari kondisi rata-ratanya, dengan melakukan penghematan penggunaan air bersih dan penyesuaian pola tanam," ungkap Reni.