Benarkah Setelah Transplantasi Ginjal Pasien tak akan Sakit Lagi?
Kebanyakan pasien merasa sehat dan bugar setelah transplantasi ginjal, padahal...
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prevalensi penyakit ginjal kronik (PGK) di seluruh dunia setiap tahunnya terus meningkat. Salah satu terapi pilihan untuk pasien PGK adalah transplantasi ginjal.
Namun, kebanyakan pasien PGK ini merasa sudah sehat dan bugar seusai menjalani transplantasi ginjal. Pada akhirnya membuat masalah lain. Apa saja komplikasi yang terjadi pascatransplantasi ginjal?
“Saat ini semakin banyak PGK yang ingin melakukan transplantasi ginjal karena memiliki kelebihan yang memberikan keuntungan," ujar Dr dr Maruhum Bonar H Marbun, Sp.PD-KGH., FINASIM dalam acara edukasi kesehatan yang diselenggarakan PT Etana Biotechnologies Indonesia (Etana) dan Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) dalam rangka World Patient Safety Day, pada akhir pekan lalu.
Menurut dia, kelebihan setelah transplantasi ginjal ada beberapa hal yakni kesehatan dan kebugaran tubuh meningkat, batasan makan dan minum lebih longgar, dapat beraktivitas seperti sedia kala sebelum mengalami penyakit ginjal, dan dapat hidup lama dibandingkan jika tetap menjalani dialisis. Akan tetapi, kata dia, banyak juga pasien yang setelah melakukan transplantasi menjadi abai dengan kondisinya karena merasa sehat dan bugar. "Sehingga tidak mengatur pola hidup dengan baik, tidak melakukan pemeriksaan secara rutin dimana hal ini sangat disayangkan," ujarnya.
Dokter Bonar mengatakan, setelah menjalani transplantasi ginjal, ada risiko infeksi dari luka operasi. Selain itu dapat muncul infeksi, rejeksi, serta keganasan atau kanker post transplantasi.
1. Rejeksi
Rejeksi, secara normal, sistem imun akan melawan atau, menolak apapun yang bersifat asing. Oleh karena itu diperlukan obat antirejeksi (antiimunosupresan) untuk mencegah kerusakan dari ginjal yang baru ditransplantasi.
Ada dua tipe rejeksi yakni rejeksi akut dan kronik. Rejeksi akut terjadi dalam satu tahun pertama pasca transplantasi. Pengobatan biasanya berhasil mengatasi rejeksi akut.
Sedangkan rejeksi kronik terjadi dalam jangka waktu panjang. Penyebab dan mekanismenya kurang dipahami. Pengobatan biasanya tidak berhasil mengatasi rejeksi kronik.
Tanda dan gejala rejeksi adalah jumlah urine berkurang, darah pada urine, demam dengan suhu diatas 37,8 derajat Celsius, nyeri pada area ginjal yang baru, gejala seperti flu (nyeri otot, batuk, lemas, hidung tersumbat), serta peningkatan berat badan diatas 1,4 kg dalam dua hari.
2. Infeksi
Infeksi bisa terjadi paska transplantasi ginjal, mengapa? Sistem imun menurun akibat konsumsi obat imunosupresan. Selain itu, terdapat pajanan kuman dari lingkungan.
"70 persen penerima transplantasi akan mengalami episode infeksi dalam tiga tahun pertama pascatransplantasi," ujarnya.