Tuntunan Membaca Al Fatihah dan Surat Lain dalam Sholat

Membaca surat Al Fatihah dalam sholat termasuk rukun.

EPA-EFE/MARK R. CRISTINO
Warga melaksanakan Sholat Idul Fitri di Masjid Niujie di Beijing, China, 22 April 2023.
Rep: Andrian Saputra Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Membaca surat Al Fatihah dalam sholat termasuk rukun. Maka, tidak sah sholatnya orang yang tidak membaca Al Fatihah.

Penting juga bagi setiap Muslim untuk memperhatikan fasihnya saat membaca surat Al Fatihah dan bacaan lainnya ketika menunaikan sholat. Terlebih, bila menjadi imam sholat.

Baca Juga



Imam Al Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah memberikan tuntunan ketika seorang yang sholat telah melakukan takbiratul ihram dan membaca iftitah, maka kemudian dilanjutkan dengan membaca taawuz lalu membaca surat Al Fatihah. Dalam membaca surat Al Fatihah, hendaknya orang yang sholat benar-benar memperhatikan pengucapan tasydid dalam surat Al Fatihah.

Ini termasuk juga panjang pendek bacaan, dan hukum-hukum tajwid lainnya. Termasuk juga harus dapat membedakan pengucapan huruf Dhod dengan dzo. Misalnya, pada kalimat waladdhoolliyn bukan waladzolin.

Setelah membaca surat Al Fatihah, maka ucapkan Aamiin. Namun, dengan catatan jangan diwasholkan atau disambungkan antara akhir surat Al Fatihah dengan membaca Aamiin. Sehingga harus ada jeda sedikit.

ثم قل :( أعوذ بالله من الشيطان الرجيم). ثم اقرأ الفاتحة بتشديداتها ، واجتهد في الفرق بين الضاد والظاء ، وقل: (آمين) ، ولا تصله بقولك: (ولا الضالين) وصلا.

Artinya: Kemudian bacalah 'audzubillahi minassyaithonir rojiym. Kemudian bacalah surat Al Fatihah dengan tasydid-tasydidnya. Dan bersungguh-sungguhlah engkau dalam membedakan antara huruf dhod dengan dzo. Dan ucapkanlah aamiin setelah baca Al Fatihah. Dan jangan engkau menyambung lafadz amin dengan bacaan waladholin dengan washol. (Lihat kitab Bidayatul Hidayah halaman 138 cetakan Darul Minhaj Lebanon Beirut).

Ketika menjadi Imam dalam sholat Subuh, Maghrib dan Isya maka hendaknya membaca surat Al Fatihah dan surat lainnya dibaca secara jahar atau dikeraskan suaranya pada dua rakaat pertama. Namun, bila menjadi makmum tidak perlu. Maka, cukup membacanya pelan saja. Tetapi ketika membaca Aaamiin dijaharkan.

Tuntunan pemilihan surat pendek...

Tuntunan memilih surat pendek dalam sholat

Imam Al Ghazali pun memberikan tuntunan pemilihan surat dalam setiap sholat. Dianjurkan pada sholat subuh membaca surat yang agak panjang misalnya surat-surat pada juz 28-29 dan juz 30 awal. Sedangkan ketika sholat Maghrib hendaknya membaca surat-surat pendek seperti surat Al Kafirun, Al Lahab dan sejenisnya. Sedang saat melaksanakan sholat Isya, Dzuhur, dan Ashar hendaknya membaca surat yang sedang, seperti surat at thoriq dan sejenisnya. Tetapi bila seseorang sedang dalam perjalanan lalu menunaikan sholat subuh, maka hendaknya membaca surat yang pendek saja seperti surat Al Kafirun dan Al Ikhlas.

واجهر بالقراءة في الصبح والمغرب والعشاء - أعني في الركعتين الأوليين - إلا أن تكون مأموما ، واجهر بالتأمين. واقرأ في الصبح بعد الفاتحة من السور طوال المفصل ، وفي المغرب من قصاره ، وفي الظهر والعصر والعشاء من أوساطه ، نحو: (والسماء ذات البروج) وما قاربها وفي الصبح في السفر: قل يا أيها الكافرون) ، و (قل هو الله احد).

Artinya: Dan jaharkan bacaan Fatihah dan surat di dalam sholat subuh dan Maghrib dan Isya. Yang dimaksudkan adalah di dalam dua rakaat yang pertama . Kecuali jika engkau menjadi makmum. Dan zaharkan bacaan amin. Dan ucapkanlah dalam sholat subuh setelah bacaan Fatihah dari surat-surat yang panjang dari surat mufasol (agak panjang) dan dalam sholat Maghrib dari surat-surat pendek, dan sholat Dzuhur dan Ashar serta Isya di ambil surat yang tengah-tengah (tidak terlalu panjang dan tak terlalu pendek). Contohnya surat wassam idzatil buruj dan surat -surat yang sejenisnya, dan dalam melaksanakan subuh ketika dalam perjalanan bacalah surat Al Kafirun dan Al ikhlas. (Lihat kitab Bidayatul Hidayah halaman 139 cetakan Darul Minhaj Lebanon Beirut).

Imam Al Ghazali juga memberikan catatan bahwa setelah membaca surat jangan langsung rujuk. Tetapi, hendaknya berhenti sejenak seukuran kira-kira membaca subhanallah baru membaca takbir untuk rukuk.

ولا تصل آخر السورة بتكبيرة الركوع ، ولكن افصل بينهما بمقدار قولك: (سبحان الله).

Dan jangan engkau sambung akhir surat dengan takbir rujuk. Tetapi pisahlah antara keduanya dengan sekitar ukuran membaca subhanallah. (Lihat kitab Bidayatul Hidayah halaman 139)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler