Dianggap Merugikan, Pedagang di Pasar Tanah Abang Minta Tiktok Shop Ditutup

Pedagang mengeluhkan harga barang TitTok Shop yang murahnya tak masuk akal.

Republika/ Iit Septyaningsih
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki meninjau para pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (19/9/2023).
Rep: Iit Septyaningsih Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta, meminta pemerintah menutup Tiktok Shop. Platform social commerce itu dinilai sangat merugikan pedagang, karena harga yang dijual di sana terlalu murah.

Baca Juga


"Minta tolong ke Pak Menteri online shop TikTok berpengaruh banget buat pedagang di sini," ujar pedagang di Pasar Tanah Abang bernama Anton kepada wartawan, Selasa (19/9/2023).

Anton mencontohkan, ada baju gamis yang dijual seharga Rp 39 ribu di Tiktok Shop, padahal ia menjual dengan harga Rp 100 ribu. Ia mengaku bingung, mengapa harga di platform tersebut bisa lebih murah. Padahal menurut perhitungannya, jika melakukan produksi secara mandiri pun, masih tidak bisa mendapat untung jika dijual seharga Rp 39 ribu.

"Kalau kita pikir, kita beli bahan dan bikin sendiri saja, enggak masuk harganya. Enggak masuk di akal," kata Anton.

Dirinya mengeluhkan, omzetnya kini ia. Biasanya ia bisa mengantongi Rp 20 juta per hari, tapi sekarang mendapatkan Rp 2 juta per hari saja sulit.

Pedagang lainnya, Anggi, juga mengeluhkan hal serupa. Ia pun meminta Tiktok Shop ditutup. Ia menyebutkan, omzet atau pendapatannya berkurang sampai 80 persen hingga 90 persen. Biasanya Anggi bisa mendapatkan Rp 40 juta sampai Rp 50 juta per hari, namun kini mengantongi Rp 1 juta saja tidak mudah.

Anggi mengaku sudah menurunkan harga barang dagangannya. Hanya saja tetap tidak bersaing dengan penjual di Tiktok yang menjual dengan harga lebih murah lagi. 

Juliarti, salah satu pemilik usaha toko baju wanita di Tanah Abang turut mengaku, pendapatannya menurun hingga 50 persen sejak musim Lebaran 2023 hingga saat ini. Bahkan ia telah mencoba berjualan online namun tetap saja sepi pembeli.

"Jualan online dan offline sama-sama sepi, bahkan menurun secara drastis. Pendapatan terus berkurang, tetapi harga sewa terus naik. Saya pun pernah ambil bahan baku sampai utang," kata Juliarti.

Dia mengatakan, sudah berjualan di Tanah Abang selama 10 tahun lebih dan sekarang dampaknya yang paling terasa. Sebenarnya, sambung dia, setuju dengan adanya e-commerce, tetapi harga jualnya harus sesuai dengan harga pasar. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler