Empat Hadits Larangan Mendendam
Terdapat hadits sangat penting tentang fadhilah memaafkan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika seseorang berbuat salah diutamakan untuk memberi maaf dan tidak mendendam.
Terdapat sebuah hadits sangat penting tentang fadhilah memaafkan yang bisa mengantarkan seseorang ke dalam surga.
Pengurus Bidang Dakwah MIUMI Yogjakarta, Nanung Danar Dono menyebutkan sebuah hadits,
Pertama,
فَلَمَّا وَلَّيْتُ دَعَانِي، فَقَالَ: مَا هُوَ إِلَّا مَا رَأَيْتَ، غَيْرَ أَنِّي لَا أَجِدُ فِي نَفْسِي لِأَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ غِشًّا، وَلَا أَحْسُدُ أَحَدًا عَلَى خَيْرٍ أَعْطَاهُ اللهُ إِيَّاهُ . فَقَالَ عَبْدُ اللهِ هَذِهِ الَّتِي بَلَغَتْ بِكَ، وَهِيَ الَّتِي لَا نُطِيقُ
"Tatkala aku berpaling pergi, ia pun memanggilku dan berkata bahwa amalannya hanyalah seperti yang terlihat, hanya saja ia tidak memiliki perasaan dendam dalam hati kepada seorang muslim pun dan ia tidak pernah hasad kepada seorang pun atas kebaikan yang Allah berikan kepada yang lain." Abdullah berkata, "Inilah amalan yang mengantarkan engkau (menjadi penduduk surga, pen.) dan inilah yang tidak kami mampui.” (HR. Ahmad no. 3: 166).
Syekh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim.
Kedua,
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: “Kami sedang duduk bersama Rasulullah ﷺ, maka Beliau pun berkata, ‘Akan muncul kepada kalian sekarang seorang penduduk surga.’ Maka munculah seseorang dari kaum Anshar, jenggotnya masih basah terkena air wudhu, sambil menggantungkan kedua sendalnya di tangan kirinya. Tatkala keesokan hari, Nabi ﷺ mengucapkan perkataan yang sama, dan munculah orang itu lagi dengan kondisi yang sama seperti kemarin. Tatkala keesokan harinya lagi (hari yang ketiga) Nabi ﷺ juga mengucapkan perkataan yang sama dan muncul juga orang tersebut dengan kondisi yang sama pula. Tatkala Nabi berdiri (pergi) maka ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash mengikuti orang tersebut lalu berkata kepadanya, “Aku bermasalah dengan ayahku dan aku bersumpah untuk tidak masuk ke rumahnya selama tiga hari. Jika menurutmu aku boleh menginap di rumahmu hingga berlalu tiga hari?” Maka orang tersebut menjawab, “Silakan.”
Lihat halaman berikutnya >>>
Ketiga,
Anas bin Malik melanjutkan tuturan kisahnya:
“Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash bercerita bahwasanya ia pun menginap bersama orang tersebut selama tiga malam. Namun ia sama sekali tidak melihat orang tersebut mengerjakan shalat malam. Hanya saja jika ia terjaga di malam hari dan berbolak-balik di tempat tidur maka ia pun berdzikir kepada Allah dan bertakbir, hingga akhirnya ia bangun untuk shalat Shubuh. ‘Abdullah bertutur, ‘Hanya saja aku tidak pernah mendengarnya berucap kecuali kebaikan.’
Dan tatkala berlalu tiga hari dan hampir saja aku meremehkan amalannya maka aku pun berkata kepadanya, ‘Wahai hamba Allah (fulan), sesungguhnya tidak ada permasalahan antara aku dan ayahku, apalagi boikot. Akan tetapi aku mendengar Rasulullah ﷺ berkata sebanyak tiga kali bahwa akan muncul kala itu kepada kami seorang penduduk surga. Lantas engkaulah yang muncul, maka aku pun ingin menginap bersamamu untuk melihat apa amalanmu untuk aku teladani. Namun aku tidak melihatmu banyak beramal. Lantas apakah yang telah membuatmu memiliki keistimewaan sehingga disebut-sebut oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?’ Orang itu berkata, ‘Tidak ada kecuali amalanku yang kau lihat.’
Keempat,
Abdullah bertutur,
فَلَمَّا وَلَّيْتُ دَعَانِي، فَقَالَ: مَا هُوَ إِلَّا مَا رَأَيْتَ، غَيْرَ أَنِّي لَا أَجِدُ فِي نَفْسِي لِأَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ غِشًّا، وَلَا أَحْسُدُ أَحَدًا عَلَى خَيْرٍ أَعْطَاهُ اللهُ إِيَّاهُ . فَقَالَ عَبْدُ اللهِ هَذِهِ الَّتِي بَلَغَتْ بِكَ، وَهِيَ الَّتِي لَا نُطِيقُ
"Tatkala aku berpaling pergi, ia pun memanggilku dan berkata bahwa amalannya hanyalah seperti yang terlihat, hanya saja ia tidak memiliki perasaan dendam dalam hati kepada seorang muslim pun dan ia tidak pernah hasad kepada seorang pun atas kebaikan yang Allah berikan kepada yang lain." Abdullah berkata, "Inilah amalan yang mengantarkan engkau (menjadi penduduk surga, pen.) dan inilah yang tidak kami mampui.” (HR. Ahmad no. 3: 166).
Lihat halaman berikutnya >>>
Sepintas, memaafkan kesalahan orang yang telah berbuat dzalim kepada kita adalah amalan yang sangat sepele. Namun ternyata Rasulullah menyatakan bahwa amalan tersebut bisa mengantarkan seseorang kepada kemuliaan surga. Seseorang bisa mendapat anugerah Surga jika ia bukan pendendam dan gemar memaafkan kesalahan orang yang telah berbuat dzalim kepada dirinya.
Namun ternyata tidak mudah bagi kita mempraktekannya jika kita tidak terlatih melakukannya. Maka marilah kita belajar untuk bisa menjadi pribadi yang pemaaf dan mulai menikmati hidup dengan ketenangan yang luar biasa, karena tidak ada sekecil apapun kemarahan atau dendam kepada orang lain yang telah berbuat kesalahan kepada kita.