Israel Optimistis Bisa Wujudkan Normalisasi Diplomatik dengan Arab Saudi

Israel sesumbar normalisasi beri manfaat dalam proses perdamaian dengan Palestina

AP Photo/Susan Walsh
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengaku optimistis bahwa negaranya, dibantu oleh Amerika Serikat (AS), dapat mencapai normalisasi diplomatik dengan Arab Saudi.
Rep: Kamran Dikarma Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengaku optimistis bahwa negaranya, dibantu oleh Amerika Serikat (AS), dapat mencapai normalisasi diplomatik dengan Arab Saudi. Hal itu disampaikan ketika Netanyahu melakukan pertemuan bilateral perdana dengan Presiden AS Joe Biden di sela-sela sidang Majelis Umum PBB di New York, Rabu (20/9/2023).

“Saya pikir di bawah kepemimpinan Anda, Bapak Presiden, kita dapat mewujudkan perdamaian bersejarah antara Israel dan Arab Saudi,” kata Netanyahu kepada awak media saat menceritakan perbincangannya dengan Biden, dikutip laman Al Arabiya.

Netanyahu menambahkan, dia yakin, normalisasi diplomatik Israel-Arab Saudi akan memberikan manfaat besar dalam proses perdamaian Israel dengan Palestina. Pekan lalu Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengakui bahwa saat ini AS sedang mengupayakan normalisasi diplomatik antara Israel dan Arab Saudi. Washington menginginkan Riyadh dan Tel Aviv mencapai perjanjian transformatif. Namun Blinken mengakui proses tersebut belum membahas hal-hal spesifik.

“Bahkan ketika kami sedang mengupayakannya, ini masih merupakan proposisi yang sulit. Hal-hal spesifik dari setiap perjanjian, dalam hal apa yang diinginkan oleh berbagai pihak, merupakan suatu tantangan,” kata Blinken kepada awak media ketika ditanya tentang kemungkinan kesepakatan normalisasi antara Israel dan Saudi, Jumat (15/9/2023), dilaporkan Bloomberg.

Blinken menambahkan, meskipun dia yakin normalisasi diplomatik Israel-Saudi sangat mungkin terjadi, hal itu sama sekali bukan suatu kepastian. “Namun kami percaya bahwa manfaat yang akan diperoleh, jika kami mampu mencapainya, tentu akan sepadan dengan usaha yang kami lakukan,” ucapnya.

Menurut Blinken, pakta Saudi-Israel akan membawa stabilitas yang lebih besar di Timur Tengah. Dia berpendapat, jika kedua negara tersebut secara resmi saling mengakui, gaungnya bakal sangat kuat bagi kawasan.

Kendati demikian, Blinken menegaskan, kesepakatan apa pun yang mungkin terjadi antara Israel dan Saudi tidak akan menjadi pengganti bagi solusi dua negara Israel-Palestina. Dalam beberapa bulan terakhir, para pejabat Israel telah berbicara tentang kemungkinan normalisasi hubungan dengan Saudi. Namun Riyadh telah berulang kali menegaskan bahwa hal itu tidak akan terjadi sebelum solusi untuk penyelesaian konflik Israel-Palestina tercapai.

Pada Juni lalu, Menlu Israel Eli Cohen sempat menyampaikan dia optimistis Israel dapat memperluas hubungan dengan lebih banyak negara Arab dan Muslim. “Saya sangat optimistis bahwa kami akan dapat memperluas hubungan kami dengan lebih banyak negara Arab dan Muslim,” kata Eli Cohen di sela-sela kunjungannya ke Wina, Austria, 1 Juni 2023 lalu.

Cohen mengungkapkan, kawasan Arab telah berubah dramatis sejak Israel menandatangani Abraham Accords pada 2020, yakni kesepakatan pemulihan hubungan dengan Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, dan Maroko. AS diketahui menjadi mediator dalam Abraham Accords. Sebelum kesepakatan tersebut lahir, Israel sudah memiliki relasi diplomatik dengan Mesir dan Yordania.

Cohen juga pernah menyinggung tentang potensi normalisasi diplomatik antara Israel dan Arab Saudi. Menurutnya, normalisasi relasi dengan Riyadh hanya masalah waktu. “Ini bukan soal jika, tapi kapan. Kami dan Arab Saudi memiliki kepentingan yang sama,” kata Cohen, dikutip laman Middle East Monitor, 22 Mei 2023.

Sejauh ini Saudi tidak menggubris keinginan Israel untuk melakukan normalisasi hubungan dengannya. Saudi pun telah beberapa kali menegaskan bahwa mereka tetap berpegang pada Inisiatif Perdamaian Arab. Artinya pembukaan hubungan resmi dengan Israel hanya akan dilakukan jika mereka telah hengkang dari wilayah yang didudukinya, termasuk Tepi Barat, Jalur Gaza, Dataran Tinggi Golan, dan Lebanon.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler