Cina Jatuhi Hukuman Seumur Hidup Kepada Cendekiawan Uighur

Lebih dari 400 akademisi, penulis, artis, dan seniman terkemuka ditahan di Xinjiang.

AP Photo
FILE - Dalam file foto tanggal 4 November 2017 ini, personel keamanan Uighur berpatroli di dekat Masjid Id Kah di Kashgar,Cina barat
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Seorang cendekiawan Uighur terkemuka yang merupakan pakar studi cerita rakyat dan tradisi masyarakatnya telah dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.Rahile Dawut dinyatakan bersalah atas tuduhan membahayakan keamanan negara pada Desember 2018 dalam sebuah persidangan rahasia.

Baca Juga


“Hukuman penjara seumur hidup terhadap Profesor Rahile Dawut adalah tragedi yang kejam, kerugian besar bagi masyarakat Uighur, dan bagi semua yang menghargai kebebasan akademis,” kata John Kamm, direktur eksekutif Dui Hua Foundation yang berbasis di San Francisco.

Dawut adalah seorang profesor di Universitas Xinjiang dan pendiri Pusat Penelitian Cerita Rakyat Etnis Minoritas di sekolah tersebut. Dia menghilang pada akhir 2017 ketika pemerintah melakukan tindakan keras yang ditujukan terhadap warga Uighur, etnis Turki yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan berasal dari wilayah Xinjiang, barat laut Cina.

Selama bertahun-tahun, status Dawut tidak diketahui karena pihak berwenang Cina tidak mengungkapkan keberadaannya atau sifat tuduhan terhadapnya. Hal ini berubah pada bulan ini ketika Yayasan Dui Hua melihat dokumen pemerintah Cina yang mengungkapkan bahwa Dawut dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

Dalam konferensi pers pada Jumat (22/9/2023) juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Mao Ning mengatakan, dia tidak memiliki informasi mengenai kasus Dawut. Namun dka menambahkan, pemerintah akan menangani kasus sesuai dengan hukum.

Dawut terkenal secara internasional karena karyanya mempelajari situs-situs suci Islam dan praktik budaya Uighur di Xinjiang dan di seluruh Asia Tengah. Dia menulis banyak artikel dan buku serta mengajar sebagai sarjana tamu di luar negeri, termasuk di Cambridge dan Universitas Pennsylvania.

Dawut adalah salah satu dari lebih 400 akademisi, penulis, artis, dan seniman terkemuka yang ditahan di Xinjiang. Para kritikus mengatakan, pemerintah menargetkan kaum intelektual sebagai cara untuk melemahkan, atau menghapus, budaya, bahasa, dan identitas Uighur.

“Sebagian besar intelektual Uighur terkemuka telah ditangkap. Mereka tidak pandang bulu,” kata Joshua Freeman, peneliti Academia Sinica yang pernah bekerja sebagai penerjemah untuk Dawut.

“Menurut saya, bukan pekerjaannya yang membuatnya mendapat masalah.  Saya pikir yang membuatnya mendapat masalah adalah karena dia terlahir sebagai seorang Uighur," ujar Freeman.

Freeman dan akademisi lain di bidang studi Uighur terkejut dengan kabar tentang hukuman seumur hidup yang dijatuhkan kepada Dawut. Menurut mereka, Dawut tidak terlibat dalam aktivitas yang menentang pemerintah Cina.  Dawut adalah anggota Partai Komunis Cina. Dia menerima hibah dan penghargaan dari Kementerian Kebudayaan Cina sebelum ditangkap.

Putri Dawut, Akeda Pulati mengatakan, dia terkejut dengan berita tersebut dan meminta pihak berwenang Cina untuk membebaskan ibunya.  “Saya tahu pemerintah Cina menyiksa dan menganiaya warga Uighur. Tapi saya tidak menyangka mereka akan sekejam itu, hingga menjatuhkan hukuman seumur hidup kepada ibu saya yang tidak bersalah.Kekejaman mereka di luar imajinasi saya," ujar Pulati

Pulati menyebut Dawut sebagai seorang pekerja paling keras. Pulati mengatakan, sejak kecil, dia terinspirasi oleh dedikasi ibunya terhadap kariernya.

“Dia orang yang sangat sederhana, yang dia inginkan dalam hidupnya hanyalah menemukan kesenangan dalam pekerjaan dan kariernya serta melakukan sesuatu yang baik untuk masyarakat, untuk orang-orang di sekitarnya,” kata Pulati.

Mukaddas Mijit, seorang etnomusikologi Uighur yang berbasis di Brussels, mengatakan, Dawut telah menjadi penasihat penting baginya dan banyak cendekiawan lainnya di awal karir mereka. Mijit mengatakan, Dawut adalah jembatan penting antara akademisi global dan budaya Uighur, yang membimbing generasi cendekiawan Uighur terkemuka di seluruh dunia.

“Dia adalah penjaga identitas Uighur, dan itu adalah sesuatu yang diinginkan oleh pemerintah Cina. Mereka ingin menghapus segalanya, dan mereka ingin warga Uighur melupakan betapa indah dan penuh warna budaya yang mereka miliki," ujar Mijit.

Lebih dari satu juta Muslim Uighur diperkirakan ditahan di “pusat kontra-ekstremisme” di wilayah paling barat Cina. Xinjiang telah diselimuti oleh keamanan yang menyesakkan selama bertahun-tahun, terutama sejak kerusuhan anti-pemerintah yang mematikan terjadi di ibu kota wilayah Urumqi pada 2009. Cina berdalih tindakan tersebut diperlukan untuk memerangi ekstremisme dan terorisme.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler