Krisis Properti Bikin 7,2 Juta Rumah di China tak Berpenghuni
Itu saja belum termasuk perumahan yang telah terjual tapi belum selesai dibangun.
REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Populasi China yang berjumlah 1,4 miliar tidak akan cukup untuk mengisi semua apartemen kosong yang berserakan di negeri.
Sektor properti China, yang pernah menjadi pilar perekonomian, telah merosot sejak 2021 ketika raksasa real estate China Evergrande Group gagal membayar kewajiban utangnya menyusul pembatasan pinjaman baru. Pengembang ternama seperti Country Garden Holdings terus terhuyung-huyung mendekati gagal bayar utang (default) sampai hari ini, sehingga membuat sentimen pembeli rumah tetap tertekan.
Seperti dilansir dari laman Reuters, Senin (24/9/2023) pada akhir Agustus, total luas lantai rumah yang tidak terjual di China mencapai 648 juta meter persegi (tujuh miliar kaki persegi), berdasarkan data terbaru dari Biro Statistik Nasional (NBS).
Jumlah tersebut setara dengan 7,2 juta rumah, menurut perhitungan Reuters, berdasarkan rata-rata ukuran rumah sebesar 90 meter persegi. Itu belum termasuk sejumlah proyek perumahan yang telah terjual, tapi belum selesai karena masalah arus kas atau beberapa rumah yang dibeli oleh spekulan saat pasar mulai menanjang terakhir pada 2016, yang secara keseluruhan merupakan sebagian besar rumah yang tidak terpakai.
"Berapa banyak rumah kosong yang ada saat ini? Masing-masing ahli memberikan angka yang berbeda-beda. Yang paling ekstrem percaya bahwa jumlah rumah kosong saat ini cukup untuk tiga miliar orang," kata mantan wakil kepala Biro Statistik, He Keng.
"Perkiraan itu mungkin agak berlebihan, tetapi 1,4 miliar orang mungkin tidak dapat memenuhinya," kata He Keng berdasarkan sebuah video yang dirilis oleh media resmi China News Service.
Pandangan negatifnya terhadap sektor yang penting secara ekonomi pada forum publik sangat kontras dengan narasi resmi yang mengatakan perekonomian China memiliki ketahanan yang baik.
"Segala macam komentar yang meramalkan keruntuhan perekonomian China terus muncul. Namun yang runtuh adalah retorika, bukan perekonomian China," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China pada konferensi pers baru-baru ini.